Teknik Menulis Bagi Pemula: Memperdalam Penggunaan Kata Sebelum Menulis

teknik menulis

Penggunaan kata adalah salah satu faktor kesuksesan dalam menulis buku. Teknik menulis dengan penggunaan kata sesuai fungsi dari kata pada setiap kalimat haruslah tepat pada tempatnya.

Teknik Menulis – Kata. Siapa yang tidak bisa menghilangkan satu unsur media berkomunikasi ini? Baik dalam komunikasi verbal maupun nonverbal, kata adalah kunci utama dalam komunikasi. Sebenarnya, aturan pembentukan kalimat tidak begitu menjadi acuan komunikasi, karena yang penting lawan bicara kita mengerti. Mengapa? Coba lakukanlah komunikasi dengan hanya menggunakan kata, tanpa kalimat. Seperti berikut ini:

Ahmad                 : Lapar ga?
Bambang             : Iya, gimana?
Ahmad                 : Ayo makan!
Bambang             : Ayo, dimana?
Ahmad                 : Di bebakaran.
Bambang             : Yaudah, Ayo.

Sekarang siapa yang tidak bisa mengerti percakapan antara Ahmad dan Bambang diatas? Kalau ada orang yang tidak mengerti, jelas dia bukan orang Indonesia, ataupun dia bukan orang Indonesia modern. Dari percakapan diatas, membuktikan bahwa kita sebenarnya tidak membutuhkan kalimat dalam hal berkomunikasi.  Kita bisa menggunakan satu-dua kalimat untuk berkomunikasi. Terus apa gunanya kalimat?

Kalimat digunakan ketika kita ingin berkomunikasi secara tidak langsung. Salah satunya adalah berkomunikasi melalui tulisan.Sekarang cobalah komunikasikan apa yang Anda pikirkan secara tepat, melalui tulisan, namun tidak boleh menggunakan kalimat. Susah bukan? Jika Anda memaksakan diri untuk melakukannya, yang akan Anda dapatkan hanyalah kata tak berangkai dan bermakna lebih dari satu. Bahkan ada juga yang tidak memiliki makna sama sekali. Untuk itu, kalimat berfungsi sebagai media untuk menempatkan kata secara tepat, dari skala kecil hingga skala besar seperti saat menulis buku.

Berbicara tentang menulis buku, kualitas buku ditentukan dengan pembentukkan kalimat dengan ketepatan penggunaan kata di dalam kalimat. Hal ini sangat amat penting, karena kita tentunya tidak mau ada miskomunikasi antara penulis dan pembaca. Miskomunikasi juga menyebabkan penyampaian ide atau gagasan tidak sepenuhnya tersampaikan dan hal itu sangat fatal dalam kegiatan menulis buku. Maka dari itu, wajib bagi kita untuk mendalami penggunaan kata secara baik dan benar. Berikut ini beberapa jenis kata yang wajib kita pelajari kembali.

A. Teknik Menulis –  Kata Dasar 

Sungguh terlalu jika kita tidak paham apa itu kata dasar. Mungkin bagi kita yang sampai saat ini masih bingung membedakan mana kata dasar dan mana yang bukan, sudah saatnya kembali ke Sekolah Dasar. Kata dasar adalah kata inti atau kesatuan suatu makna. Kata dasar BUKAN kata yang sudah diberi imbuhan. Seperti; mereka, hingga, pergi, kantor, kemarin, dan sebagainya.

Contoh kalimat menggunakan kata dasar secara murni:
– Aku percaya bahwa hukum karma itu ada.
– Rumah itu sangat suram!
– Lemari Gilang penuh dengan buku sejarah.

 

B. Teknik Menulis – Kata turunan

                Kata turunan adalah kata yang terlahir dari perkawinan antara kata dasar dengan imbuhan. Kata turunan juga memberikan makna baru dari kata dasar yang sudah diimbuh, secara branching. Maksudnya, kata turunan memiliki makna yang masih berelasi dengan kata dasarnya.

  1. Kata turunan diciptakan melalui Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) yang ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
    Contohnya :
    bergema = ber+getar, dengan kata dasar getar
    dibentuk = di+bentuk, dengan kata dasar bentuk
    memermainkan             = memer+main+kan, dengan kata dasar main
    menegok                          = men+tengok, dengan kata dasar tengok

Catatan: Kata dasar dengan awal huruf K,T,S, dan P menjadi lebur jika diberi imbuhan didepan. Kata semacam perjuangan, memang bukan murni kata dasar walau makna katanya sudah berbeda dengan kata juang. Jadi kata memerjuangkan masih lebih tepat daripada memperjuangkan.

  1. Kata turunan diciptakan melalui awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
    Contohnya :
    bertepuk tangan = ber+tepuk(spasi)tangan, dengan kata dasar tepuk dan tangan
    menganak sungai =meng+anak(spasi)sungai, dengan kata dasar anak dan sungai
    – sebar luaskan                 = sebar(spasi)luas+kan, dengan kata dasar sebar dan luas
  2. Kata turunan diciptakan melalui bentuk dasar ang berupa gabungan kata, sekalligus mendapatkan awalan dan akhiran. Sehingga, kata-kata itu ditulis serangkai.
    Contohnya :
    memberitahukan = mem+beri+tahu+kan, dengan kata dasar beri dan tahu
    pertanggungjawaban = per+tanggung+jawab+an, dengan kata dasar tanggung dan jawab
    pelipatgandaan              = pe+lipat+ganda+an, dengan kata dasar lipat dan ganda
    dihancurleburkan         = di+hancur+lebur+kan, dengan kata dasar hancur dan lebur

4.Kata turunan juga dapat diciptakan, jika salah satu gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi. Sehingga, gabungan kata tersebut ditulis serangkai.
Contohnya :
antikapitalis, aerodinamika, antarkota, biseksual, caturtunggal, dasawarsa, ekstrakurikuler, infrastruktur, mancanegara, nonkolaborasi, Pancasila, pramusaji, subdivisi, ultraviolet

 

C. Teknik Menulis – Kata Ulang

                Kata ulang adalah kata yang ditulis berulang (sekali ulang) untuk memberikan makna yang berbeda. Dalam kata lain, kata lain dibunyikan dengan 2 kata yang sama, walaupun ada juga yang secara vokal berbeda. Kata ulang dihubungkan menggunakan tanda hubung (-).

Contohnya :
– anak-anak                        = lebih dari 1 anak
– kupu-kupu                       = sejenis serangga
– gerak-gerik                      = aktivitas dengan gerakan yang terencana
– mondar-mandir             = berjalan ke titik A lalu ke titik B secara berulang
– tunggang-langgang       = berlari karena tidak ingin tertangkap
– dibesar-besarkan          = melebihkan sesuatu yang bersifat normative

 

D. Teknik Menulis – Kata Gabungan

                Kata gabungan dalam istilah ilmiah Bahasa Indonesia sering disebut juga dengan kata majemuk. Maksudnya, kata ini akan bermakna jika dipadukan dengan kata lain. Dua kata tersebut juga tak lain dan tak bukan hanya kata dasar semata.

Contohnya:
– duta besar                        = seorang yang menjadi ambassador suatu negara
– kambing hitam               = seorang yang menjadi objek fitnah (baca: disalahkan)
– orang tua                          = kata ganti untuk ayah dan ibu
– mata kuliah                      = salah satu subjek pelajaran dalam pendidikan tinggi
– simpang tiga                    = jalan yang bercabang dengan jumlah tiga jalur

Adapun kata gabungan yang ditulis dalam satu rangkai, seperti:
– adakalanya                       = salah satu keterangan waktu kondisional
– olahraga                            = salah satu aktivitas kebugaran fisik
– dukacita                            = situasi berkabung
– radioaktif                          = limbah beracun
– kasatmata                        = tak dapat dilihat dengan mata telanjang

 

Kata Ganti Kepemilikan

Kata ganti kepemilikan ada 5 macam yaitu: ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya. Ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti setelahnya, seperti: kumiliki, kaurenggut, dan sebagainya. Lalu, -ku, -mu, dan –nya digunakan serangkai dengan kata yang mengikuti sebelumnya, seperti: rumahku, bukumu, motornya, dan sebagainya.

  1. Kata Depan

Kata depan adalah kata yang digunakan untuk menyatakan letak atau tempat. Kata depan juga seringkali digunakan sebagai perbandingan. Kata tersebut seperti di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali jika gabungan kata itu sudah dianggap satu kata, seperti kepada dan dan daripada.

Contohnya :
– Baju itu terletak di dalam lemari.
– Bibi datang dari Jakarta seminggu yang lalu.
– Dia selalu berpikir sepuluh tahun ke depan

Adapun contoh yang menggangap kata depan tersebut sebagai suku kata:
– Yusuf lebih tinggi daripada Alwan
– Kami semua percaya kepada mukjizat-Nya
Kesampingkan saja semua masalah yang tidak berkaitan denganmu

  1. Kata Si dan Sang

Dua kata ini cukup spesial karena sering digunakan dalam penulisan buku fiksi. Kata si adalah kata pelengkap untuk menegaskan suatu karakter secara normatif, alias tidak begitu tinggi derajatnya. Sedangkan kata sang digunakan untuk menegaskan karakter agar lebih punya prestige.

Contohnya:
– Timun mas akhirnya dibawa oleh sang Kancil.
– Polisi tersebut menembak kaki si pencuri.

Kesimpulannya, mempelajari kata  lebih mendalam adalah wajib hukumnya jika ingin menulis buku yang berkualitas. Setali tiga uang, dengan mempelajari penggunaan kata lebih dalam, maka kita juga turut berkontribusi dalam pengokohan konsistensi Bahasa Indonesia. Tulislah apa yang anda pelajari, pelajari apa yang anda tulis. Itulah hakikat sejati dalam proses menulis buku! Tetap semangat dan semoga artikel ini bermanfaat!

Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.

Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang teknik menulis anda dapat melihat Artikel-artikel berikut:

  1. Teknik Menulis : Kaidah Penggunaan Catatan Kaki
  2. Teknik Menulis : Cara Menambahkan Nomor Halaman dalam Naskah
  3. Teknik Menulis : Mengenal Cara Menyajikan Tabel yang Benar Pada Buku
  4. Teknik Menulis Kutipan Secara Tepat

Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!

Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.

[Mas Aji Gustiawan]

 

Referensi:

  1. Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2002. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Edisi Revisi 2012. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
  2. http://www.leithart.com/archives/001625.php diakses pada hari Senin 18 April 2016 pada pukul 02.03 WIB
  3. https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_ejaan_dan_penulisan_kata diakses pada hari Senin 18 April 2016 pada pukul 02.15
  4. https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Daftar_kosakata_bahasa_Indonesia_yang_sering_salah_dieja diakses pada hari Senin 18 April 2016 pada pukul 02.15 WIB

Mau menulis tapi waktu Anda terbatas?

Gunakan saja Layanan Parafrase Konversi!

Cukup siapkan naskah penelitian (skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah atau naskah lainnya), kami akan mengonversikan jadi buku yang berpeluang memperoleh nomor ISBN!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan informasi terbaru dari kami seputar promo spesial dan event yang akan datang

logo deepublish

Penerbit Deepublish adalah penerbit buku yang memfokuskan penerbitannya dalam bidang pendidikan, pernah meraih penghargaan sebagai Penerbit Terbaik pada Tahun 2017 oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).

Kritik/Saran Pelayanan  : 0811-  2846 – 130

Alamat Kantor

Jl.Rajawali G. Elang 6 No 3 RT/RW 005/033, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I Yogyakarta 55581

Telp/Fax kantor : (0274) 283-6082

E1 Marketing : [email protected]
E2 Marketing : [email protected]

© 2024 All rights reserved | Penerbit Buku Deepublish - CV. Budi Utama