Daftar Isi
Ada banyak metode yang bisa digunakan peneliti untuk menentukan sampel penelitian, salah satunya dengan accidental sampling. Teknik ini umum digunakan peneliti saat melakukan kunjungan langsung ke lapangan.
Sehingga bisa bertatap muka dengan calon sampel penelitian yang potensial dan tentunya memenuhi kriteria. Teknik atau metode ini juga jamak digunakan karena dipandang punya banyak kelebihan.
Jika Anda sedang atau akan melakukan penelitian dan data didapatkan dengan datang ke lokasi langsung. Maka bisa mempelajari dulu teknik ini, siapa tahu memang bisa digunakan dan tidak gagap ketika diterapkan. Berkut penjelasan detailnya.
Dikutip melalui kumparan.com, menurut Notoatmodjo, accidental sampling merupakan pengambilan sampel secara aksidental dengan mengambil responden yang kebetulan ada di suatu tempat yang sesuai dengan konteks penelitian.
Sementara menurut Sugiyono, accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, sehingga peneliti bisa mengambil sampel pada siapa saja yang ditemui tanpa perencanaan sebelumnya.
Secara sederhana, accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel secara langsung dan tanpa perencanaan. Peneliti dalam hal ini akan berkunjung langsung ke lokasi penelitian. Kemudian bertemu orang di lokasi dan dijadikan sampel penelitian.
Sampel penelitian sendiri adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai sumber data untuk menjawab hasil penelitian. Sampel sendiri menjadi salah satu dari beberapa jenis sumber data yang dipilih melalui penyederhanaan populasi penelitian.
Misalnya, jika populasi di lokasi penelitian ada 100 orang. Maka diambil sampel misal hanya 20 orang. Sebab semakin banyak sampel yang dipilih, maka semakin banyak waktu sampai biaya penelitian yang dibutuhkan. Maka untuk efisiensi, pengambilan sampel akan disesuaikan kondisi dan kebutuhan.
Ada banyak teknik dalam menentukan sampel penelitian, termasuk accidental sampling. Dimana penentuan bisa disebut dilakukan secara spontan atau tanpa rencana sebelumnya. Sebab bergantung pada siapa saja yang ditemui di lokasi penelitian.
Lalu, apa alasan teknik ini digunakan peneliti? Umumnya ada dua alasan yang sering dipakai. Pertama, peneliti ingin mendapatkan data secara langsung di lokasi penelitian. Kedua, lokasi penelitian adalah tempat wisata sehingga sampel yang dipilih adalah pengunjung wisata.
Sebagaimana teknik penentuan sampel penelitian lainnya, accidental sampling juga memiliki kelebihan tersendiri. Kelebihan ini yang sering menjadikannya dipertimbangkan oleh para peneliti. Diantaranya adalah:
Kelebihan yang pertama dari teknik penentuan sampel penelitian ini adalah hemat biaya. Dikutip melalui website Telkom University, teknik penentuan sampel secara garis besar ada dua. Yakni random sampling (acak) dan nonrandom sampling.
Accidental sampling masuk dalam kategori random sampling, dimana dilakukan pemilihan sampel secara acak dan spontan (tanpa rencana). Hal ini membuat penentuan sampel dilakukan saat peneliti berkunjung ke lokasi penelitian.
Teknik ini cenderung hemat biaya, karena peneliti bisa mengajukan pertanyaan pada sampel langsung dan bahkan gratis. Misalnya menanyai pengunjung objek wisata. Jadi, tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk fee sumber data (sampel penelitian).
Bandingkan dengan sampel penelitian yang sudah ditentukan dan ditelusuri latar belakangnya. Ada kemungkinan peneliti perlu memberi uang jasa maupun souvenir (barang) sebagai ucapan terima kasih. Sebab sampel tersebut sudah meluangkan waktu memberi data penelitian yang sangat berharga.
Sedang mempertimbangkan metode lainnya? Pelajari teknik sampling lain berikut:
Dikutip dari buku Metodologi Penelitian Pendidikan karya dari Rita Kumala Sari dkk., accidental sampling adalah teknik yang hemat, baik dari segi biaya maupun waktu. Sehingga tak hanya hemat biaya, tapi juga waktu dan tenaga.
Disebut hemat waktu dan tenaga karena peneliti tidak perlu berlama-lama dalam menentukan sampel penelitian. Peneliti cukup datang ke lokasi penelitian dan menjadikan orang yang ditemui sebagai sampel penelitian.
Hal ini akan mempercepat proses penentuan sampel. Berbeda dengan teknik lain, terutama dari kategori nonrandom sampling. Sebab butuh waktu lebih dalam menentukan kelayakan sampel penelitian agar data yang didapatkan sesuai dan berkualitas.
Kelebihan ketiga dari teknik accidental sampling adalah memberi informasi lebih banyak dan efektif kepada peneliti. Peneliti memiliki kebebasan dalam memilih sampel penelitian.
Dilihat dari sisi sampel penelitian pun, bisa memberi jawaban dari pertanyaan sesuai pengalaman pribadi. Sekaligus penilaian pribadi mereka, sehingga jawaban tersebut lebih kompleks dan lebih mendalam.
Data yang didapatkan peneliti bisa melebihi dari yang diharapkan. Sekaligus lebih efektif dengan sifatnya yang lebih mendalam. Data yang bagus, tentu memudahkan peneliti dalam melakukan analisa.
Data penelitian yang dibutuhkan peneliti tentu bisa dari berbagai sumber. Hal ini disesuaikan dengan topik dan karakteristiknya. Jika menggunakan accidental sampling sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Maka akan mempercepat prosesnya.
Peneliti bisa mendapatkan data yang cukup untuk dianalisis hanya dalam waktu satu hari. Yakni ketika kunjungan ke lokasi penelitian dilakukan. Intinya, jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan teknik penentuan sampel penelitian lain.
Semakin cepat data penelitian didapatkan, semakin cepat pula peneliti bisa melakukan analisis. Sehingga bisa segera ditarik kesimpulan dan didapatkan hasil dari penelitian tersebut.
Baca Juga :
Teknik pengambilan sampel penelitian secara spontan ini juga dikenal tidak rumit. Sebab memang minim aturan, sangat berbeda dengan teknik sampel lainnya. Misalnya ada stratified random sampling yang harus ditentukan pada tingkatan tertentu.
Pada accidental sampling, peneliti mendapat kebebasan menentukan sampel secara acak dan tanpa aturan pasti. Baik itu dari segi usia, latar belakang, dan aspek lain. Selama memenuhi satu kriteria, yakni ada di lokasi penelitian. Maka sudah bisa disebut layak dijadikan sampel penelitian.
Meskipun begitu, peneliti juga diharapkan bijak memilih sampel penelitian. Misalnya di lokasi ada anak-anak dan orang dewasa. Maka lebih dianjurkan memilih sampel dari kalangan orang dewasa. Kecuali untuk lokasi penelitian yang berhubungan dengan anak-anak.
Hal penting berikutnya yang perlu dipahami adalah rumus dalam teknik accidental sampling. Rumus yang dimaksud disini adalah rumus untuk menentukan jumlah sampel penelitian memakai teknik accidental.
Ada banyak rumus bisa digunakan dalam menentukan batas minimal jumlah sampel. Begitu pula dalam teknik accidental ini. Penentuan jumlah sangat penting, sebab tidak memungkinkan semua orang di lokasi penelitian menjadi narasumber atau responden kuesioner.
Dalam penelitian, peneliti perlu menentukan batas minimal untuk sumber data. Sehingga didapatkan data yang valid dan berkualitas. Dimana jumlahnya pas, dalam artian tidak terlalu sedikit maupun terlalu berlebihan.
Dikutip dari beberapa sumber, berikut adalah 2 jenis rumus yang paling banyak digunakan:
Dikutip melalui website STIE MCE (STIE Malangkucecwara), rumus Slovin adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti.
Rumus ini biasanya digunakan untuk populasi penelitian dalam jumlah besar. Sehingga perlu dilakukan penyederhanaan, agar jumlah sampel tidak terlalu banyak dan pas. Rumus Slovin adalah sebagai berikut:
n = N / (1 + (N x e2 ))
Keterangan:
n: jumlah sampel.
N: jumlah populasi keseluruhan
e: batas toleransi kesalahan atau error.
Contoh:
Suatu penelitian memiliki jumlah populasi 105 dan merupakan jumlah pengunjung di suatu lokasi objek wisata. Asumsi wawancara atau pembagian kuesioner untuk 15 pengunjung per hari. Penelitian berlangsung selama 7 hari, sehingga akan ada 105 orang di hari ke-7 (15×7= 105).
Penentuan jumlah sampel kemudian dihitung dengan rumus Slovin dan hasilnya sebagai berikut:
n = N / (1 + (N x e2 ))
Sehingga n = 105 / (1 + (105 x 0,052 ))
n = 105 / (1 + (105 x 0,0025))
n = 105 / (1 + 0,2625)
n = 105 / 1,2625
n = 83,1749
Dari hasil perhitungan ini maka diketahui jumlah sampel minimal adalah 83 orang dari total 105 orang. Sehingga lebih efisien untuk proses pengumpulan data dan tetap memastikan kualitas data maksimal.
Dikutip melalui website IAIN Kudus, Rumus Lemeshow merupakan rumus yang digunakan untuk mengetahui jumlah sampel yang tidak diketahui. Rumus ini juga sering digunakan untuk teknik accidental sampling. Rumusnya adalah sebagai berikut:
n= Z2 x P (1 – P) / e2
Keterangan:
n = jumlah sampel yang dicari
Z = skor z pada kepercayaan 90%=1,64
P = fokus kasus/ maksimal estimasi=0,5
e = alpha (0.010) atau sampling error 10%
Contohnya adalah sebagai berikut:
Peneliti akan memperkirakan fokus kasus sampel konsumen yang membeli produk Oriflame di Kabupaten Jepara. Jumlah sampel minimum yang harus digunakan jika tingkat kepercayaan ditentukan 90% dan nilai Z adalah 1,64. Sampling errornya adalah 10% atau 0,10 dan karena karena nilai maksimal estimasi tidak diketahui maka dipertimbangkan nilainya adalah 0,05, maka dapat dihitung:
n= Z2 x P (1 – P) / e2
n= 1,64 2 x 0,5 (1 – 0,5) / 0,10 2
n= 2,689 x 0,25 / 0,01
n= 67,24 (dibulatkan menjadi 68)
Berdasarkan pada perhitungan diatas jumlah sampel yang dipergunakan yaitu sebanyak 67,24 = 68 orang. Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil sebanyak 68 responden.
Selain dua rumus tersebut, tentunya masih ada rumus lain yang bisa digunakan. Para peneliti bebas memilih rumus yang mana. Sebab masing-masing rumus sudah teruji dan banyak digunakan oleh peneliti di Indonesia dan dunia.
Bias yang ada di penelitian bisa menurunkan objektivitas dan integritas penelitian yang dilakukan. Pelajari Jenis, Contoh dan Cara Menghindari Bias Penelitian
Jika membahas mengenai accidental sampling maka akan sering disamakan dengan purposive sampling. Apalagi, kedua teknik ini masuk dalam kategori random sampling dalam penelitian.
Lalu, apa perbedaan keduanya? Perbedaan yang paling menonjol adalah pada karakteristik sampel yang dipilih. Pada accidental, peneliti tidak harus menetapkan kriteria atau persyaratan tertentu. Sebab bisa memilih sampel secara acak setibanya di lokasi penelitian.
Lain halnya dengan teknik purposive, dimana ada setidaknya satu kriteria yang harus ditetapkan peneliti. Misalnya, peneliti ingin mendapatkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam kurun 5 tahun terakhir.
Namun, untuk memastikan data yang didapatkan valid dan jumlah sampel tidak berlebihan sampai seluruh penduduk Indonesia. Maka peneliti menetapkan kriteria tertentu, misalnya masyarakat di Surabaya saja dan usia 25 tahun ke atas. Maka sampel yang dipilih wajib memenuhi kriteria ini.
Jika masih bingung, maka berikut adalah penjelasan dalam bentuk contoh dengan teknik accidental dan purposive:
Peneliti akan melakukan survey kepuasan masyarakat terhadap pemerintah. Peneliti akan mengambil data di mall dengan cara menanyakan pengunjung yang berlalu lalang secara acak. Namun bukan berarti hasil sampel menjadi sampel acak sehingga tidak menarik kesimpulan secara acak.
Ketika ingin meneliti tentang opini mahasiswa disabilitas di suatu kampus. Maka peneliti memilih beberapa mahasiswa disabilitas yang ada dengan beragam kebutuhan khusus untuk mengumpulkan variasi data.
Dalam menentukan sampel penelitian memakai teknik accidental sampling. Maka ada beberapa tahapan yang akan dilalui peneliti. Berikut penjelasannya:
Tahap pertama, yang juga berlaku untuk teknik sampling lainnya adalah memahami populasi penelitian. Populasi dalam penelitian tentu terdiri dari setiap individu dengan karakter tersendiri. Memahami hal ini menjadi hal penting dan dilakukan di awal.
Memahami karakter populasi akan membantu mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Misalnya, populasi tersebut cocok untuk teknik accidental sampling atau tidak. Kemudian karakternya bisa membantu menentukan kapan pengumpulan data bisa dilakukan. Apakah di hari kerja, akhir pekan, atau yang lainnya.
Tahap kedua adalah membuat kerangka sampling. Kerangka ini dilakukan untuk semua teknik sampling dan tujuannya untuk memudahkan penentuan sampel dan aspek lain.
Kerangka sampling untuk teknik accidental diketahui menjadi yang paling sederhana jika dibanding teknik lainnya. Yakni berisi daftar individu dan daftar wilayah di mana sampel akan diambil.
Tahap berikutnya adalah peneliti datang ke lokasi penelitian yang sudah ditentukan. Pada accidental sampling, sampel dipilih secara acak. Misalnya dengan mewawancara orang pertama yang ditemui saat tiba di lokasi.
Setelah data didapatkan di tahap sebelumnya, maka berlanjut ke proses pemeriksaan data. Adapun tujuan tahap ini adalah untuk memastikan bahwa data yang diperoleh cukup valid dan representatif terhadap populasi yang diteliti.
Berikut adalah beberapa contoh accidental sampling selain beberapa contoh lain yang dijelaskan sekilas sebelumnya:
Peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan ketidakpuasan tubuh dengan perilaku diet tidak sehat pada mahasiswi di Kota Semarang. Teknik accidental sampling yang digunakan ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan sejumlah kriteria. Kriteria sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan Non Probability Sampling. Non Probability Sampling adalah teknik pengambil sampel yang anggota populasinya tidak mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel (Asnawi, 2009:122). Peneliti menggunakan metode sampling aksidental (accidental sampling). Menurut Santoso dan Tjiptono (2001:89) accidental sampling (convenience sampling) adalah prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:221) accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya adalah orang tersebut merupakan konsumen atau pelanggan dari minimarket Alfamidi di tersebut.
Alasan penggunaan metode ini dikarenakan jumlah populasi yang tidak diketahui dari pelanggan minimarket Alfamidi. Sehingga metode ini sangatlah tepat untuk penelitian ini. Penelitian ini dilakukan ketika peneliti mengajukan kuesioner pada saat pelanggan sedang melakukan transaksi di minimarket Alfamidi tersebut.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk memastikan informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…