Menerbitkan buku adalah salah satu keinginan setiap penulis yang sejatinya tidak dapat diwujudkan dengan mudah. Ada perjuangan panjang yang harus dilalui oleh seorang penulis hingga tulisannya berhasil diterbitkan oleh sebuah penerbit buku. Berangkat dari kondisi tersebut, kita bisa melihat bahwa penerbit buku memiliki kewenangan yang besar untuk menentukan nasib dari tulisan yang sudah kita buat. Apabila tulisan kita dianggap baik, maka akan dengan mudah tulisan kita diterbitkan oleh pihak penerbit, begitu juga sebaliknya. Tidak sedikit tulisan-tulisan yang baik pada dasarnya berasal dari naskah-naskah yang pernah ditolak oleh penerbit. Dengan adanya penolakan tersebut, banyak penulis yang kemudian mempelajari kembali berbagai hal terkait dengan dunia kepenulisan, baik secara substantif ataupun teknis kepenulisan. Dari pelajaran tersebut, penulis tersebut kemudian merasa siap kembali untuk mengajukan naskahnya kepada pihak penerbit. Tentu hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi karena menyangkut mental dan nasib tulisan yang kita buat.
Pada sisi yang lain, tidak sedikit juga para penulis yang berhasil meloloskan tulisannya ketika sedang dilakukan penilaian oleh pihak penerbit buku. Kita bisa menduga bahwa mereka adalah penulis-penulis yang memang sudah berpengalaman ketika harus berurusan dengan penerbit. Meskipun demikian, ada beberapa penulis baru juga yang mereka secara cermat memperhatikan kriteria tulisan yang ditetapkan oleh sebuah penerbit. Artinya sejak awal mereka sudah menyiapkan berbagai hal untuk menghadapi proses penilaian di penerbit. Beberapa hal yang biasanya dilakukan adalah dengan melakukan penelitian kecil-kecilan terhadap profil penerbit yang ditujunya. Kegiatan tersebut tentu berguna bagi penulis untuk meminimalisir ditolaknya naskah yang sudah dibuatnya tersebut. Kita tentu menyadari bahwa setiap penerbit memiliki ciri khasnya masing-masing. Dalam artian setiap penerbit memiliki prioritas terbitannya sendiri. Untuk mengantisipasi penolakan dari pihak penerbit, berikut ada beberapa hal yang perlu kita ketahui.
Salah satu alasan yang sering digunakan penerbit buku untuk menolak naskah kita yaitu terkait dengan topik yang kita angkat. Bagi penerbit yang memiliki logika keuntungan, hal tersebut menjadi kriteria tersendiri. Ketika topik yang kita angkat tidak sedang banyak dibahas oleh masyarakat, maka kemungkinan buku kita untuk diterbitkan adalah cukup kecil. Dengan kata lain, kita tidak menyesuaikan kebutuhan masyarakat terhadap sebuah topik yang sedang hangat dibahas oleh publik. Sebagai contohnya ketika kita sedang memasuki masa-masa pemilihan umum, maka buku yang tepat untuk diterbitkan yaitu yang terkait dengan politik. Akan cukup kesulitan bagi penerbit untuk mempublikasikan tulisan kita yang memiliki topik tidak relevan dengan kondisi sosial pada saat-saat tertentu. Meskipun demikian, bukan berarti tulisan kita tidak bisa diterbitkan sama sekali. Kita tentu perlu sabar untuk menunggu momen yang tepat. Artinya akan ada waktu tersendiri bagi tulisan kita untuk bisa diterbitkan dan sesuai dengan keinginan masyarakat.
Ketidaksesuaian topik yang kita angkat dengan kebutuhan masyarakat tersebut secara tidak langsung juga berdampak pada jumlah penjualan. Apabila kita memaksakan untuk tetap menerbitkan buku kita, maka kemungkinan yang muncul adalah tidak banyak masyarakat yang mengetahui buku kita. Dengan kata lain, pengguna dari buku kita cenderung kecil dan hanya menyentuh pada segmen-segmen tertentu saja. Ketika kita menerbitkan buku tentang sejarah kerajaan Singosari, maka segmen pasar tetap kita adalah mereka yang memang menyukai hal-hal terkait dengan sejarah, khususnya kerajaan. Beberapa kalangan akademisi bisa jadi menggunakan buku kita. Hanya saja buku kita kurang diminati oleh masyarakat umum yang sebenarnya bukan target pasar kita. Oleh karena itu, kita juga harus memikirkan segmen pembaca secara cermat. Penerbit buku akan berani menerbitkan tulisan kita selama segmen pembaca yang kita target jumlahnya bisa dihitung dan kemungkinan memang direspon positif oleh masyarakat.
Aspek lain lagi yang perlu kita ketahui yaitu terkait dengan kemiripan buku yang ingin kita terbitkan dengan buku-buku lain yang sudah ada di pasaran. Untuk mengantisipasi hal ini, kita bisa melakukan observasi terlebih dahulu. Caranya adalah dengan menentukan topik yang ingin kita angkat. Selanjutnya yaitu mencari informasi terkait dengan buku-buku yang sudah ada. Kita bisa mencari informasi tersebut melalui internet atau dengan datang langsung ke beberapa toko buku. Ketika kita ingin menulis tentang karakteristik partai politik yang ada di Indonesia, maka kita harus memastikan bahwa bahasan yang ingin kita sampaikan belum pernah dibahas oleh penulis lain. Apabila kita menemukan hal yang serupa temanya, maka kita perlu mengetahui isi dari buku yang ditulis oleh orang lain. Perbedaan isi buku tersebut akan menjadi kunci penting bagi kita untuk terus melanjutkan buku yang kita tulis atau tidak. Pihak penerbit buku tentu tidak ingin apabila buku yang kita terbitkan ternyata sudah ada di pasaran. Artinya kita hanya melakukan pengulangan dan tidak ada hal baru yang ditawarkan.
Penggunaan bahasa dalam menulis sebuah buku menjadi hal penting yang juga perlu untuk kita perhatikan bersama. Kita perlu menyadari bahwa setiap penulis memiliki gaya bahasanya masing-masing. Meskipun demikian, kita juga perlu memahami bahwa tidak semua pembaca memahami bahasa yang kita gunakan. Oleh karena itu, menjadi hal yang penting bagi kita untuk menggunakan gaya bahasa yang relatif mudah dipahami oleh pembaca. Hal tersebut bisa kita lakukan dengan cara melakukan analisis terhadap segmen pasar yang ingin kita tuju. Ketika tulisan kita memang dibuat untuk tujuan akademis, maka kita bisa menggunakan bahasa-bahasa yang sering digunakan di kalangan akademisi. Di sisi lain, kita juga perlu menggunakan gaya bahasa yang umum ketika segmen pasar kita adalah masyarakat biasa. Pada aspek ini, pihak penerbit buku nantinya akan melakukan pengecekan terhadap segmen pasar yang kita tuju dengan gaya bahasa yang kita gunakan.
Terakhir, banyaknya kesalahan yang kita buat sendiri terhadap tulisan kita juga menjadi sumber masalah bagi nasib tulisan kita. Banyaknya kesalahan yang kita buat juga berdampak pada keputusan penerbit buku untuk menolak naskah kita. Tentu pihak penerbit tidak ingin terbebani oleh kesalahan-kesalahan sepele yang kita lakukan sendiri. Pada kasus tersebut, pihak penerbit biasanya akan mengembalikan naskah kita untuk diperbaiki. Selanjutnya, kesalahan tersebut bukan hanya terkait dengan teknis penulisan (typo), tetapi juga terkait dengan sistematika bab dan hal-hal teknis lainnya. Oleh karena itu, kita perlu membaca dan mencermati ulang tulisan yang sudah kita buat sebelum mengirimkannya kepada pihak penerbit. Ketika tulisan kita jauh dari berbagai kesalahan yang dibuat secara pribadi, pihak penerbit tentu akan memberikan penilaian tersendiri kepada kita. Kita nantinya juga dianggap sebagai penulis yang cermat dan bertanggung jawab terhadap tulisannya sendiri.
Referensi
Arifin, Syamsul dan Kusrianto, Adi, 2009, Sukses Menulis Buku Ajar dan Referensi, Jakarta: PT Grasindo.
[Bastian Widyatama]
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…