Daftar Isi
Menentukan batasan masalah dalam penelitian menjadi keharusan demi menunjang jalannya penelitian tersebut. Tanpa adanya batasan masalah, penelitian akan lebih kompleks sehingga memakan waktu sampai biaya yang lebih besar.
Pembatasan masalah akan membantu peneliti fokus pada satu aspek masalah dan tidak melebar. Hal ini memberi kemudahan untuk fokus meneliti masalah tersebut dan memberikan efisiensi waktu, tenaga, dan juga biaya.
Namun, menentukan batasan masalah di dalam sebuah penelitian kadang kala tidak mudah. Ada saja kesulitan yang bisa dialami oleh peneliti. Apalagi untuk suatu masalah yang memang punya sebab sampai dampak yang kompleks. Berikut penjelasannya.
Menurut Asep Saepul Hamdi dan E. Bahruddin (2015) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan, batasan masalah adalah pembatasan permasalahan-permasalahan yang akan diambil dalam penelitian.
Batasan masalah dalam penelitian sangat penting karena membantu pelaksanaan penelitian tersebut. Suatu penelitian tanpa batasan masalah akan meneliti lebih banyak masalah. Hal ini membuat penelitian berlangsung lebih lama dan menelan biaya lebih besar.
Salah satu alasan utama kenapa batasan masalah ditentukan adalah untuk menyesuaikan dengan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Misalnya seorang dosen ingin melakukan penelitian di masa A.
Supaya bisa berlangsung tidak lebih dari satu tahun, peneliti perlu merumuskan batasan masalah. Hal ini membantu penelitian tersebut terarah dan fokus di satu masalah saja sehingga tidak perlu meneliti masalah lain yang menjadi perluasan dari masalah utama.
Adanya batasan masalah yang jelas juga membantu proposal penelitian mendapat persetujuan karena ada pertimbangan mengenai ketersediaan anggaran untuk mendukung suatu penelitian. Jika batasan masalahnya jelas dan biayanya sesuai anggaran, peluang penelitian disetujui menjadi lebih tinggi.
Menetapkan batasan masalah dalam penelitian tentu bukan iseng atau tanpa alasan dilakukan. Berikut adalah manfaat atau fungsi dari batasan masalah:
Fungsi atau manfaat yang pertama dari batasan masalah di dalam sebuah penelitian adalah membantu proses identifikasi masalah. Penelitian dapat dilakukan ketika memang ada masalah untuk dijelaskan penyebabnya atau dicari solusinya.
Masalah tersebut bisa saja memiliki dampak kompleks atau luas sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk ditetapkan hendak fokus di sisi yang mana. Batasan masalah yang dirumuskan membantu proses tersebut.
Pasalnya, peneliti akan melihat dari berbagai sudut dan mencari teori-teori yang menjelaskan masalah tersebut. Sehingga mereka bisa terbantu menentukan masalah mana yang perlu dan layak diteliti serta sudah terfokus.
Penelitian memang bertujuan untuk mendapat penjelasan atas suatu fenomena maupun menyelesaikan suatu masalah. Penelitian akan lebih efektif dan efisien jika fokus di satu masalah saja tanpa melebar kemana-mana.
Fungsi utama kedua dari batasan masalah dalam penelitian adalah untuk mencapai hal tersebut. Sebab efektif membantu peneliti fokus di satu persoalan. Sehingga, kualitas proses dan hasil penelitian lebih maksimal karena fokus tidak terpecah.
Jika terlalu banyak masalah yang diperhatikan peneliti. Maka akan membuat penelitian tidak terfokus dan butuh waktu lama untuk selesai. Bahkan tanpa merumuskan batasan masalah, suatu penelitian bisa jadi tidak akan pernah selesai.
Fungsi yang ketiga dari batasan masalah dalam penelitian adalah membatasi jangkauan proses. Penelitian butuh waktu yang lama, dan jika meneliti terlalu banyak hal atau masalah. Maka durasi penelitian akan semakin panjang.
Maka proses dalam penelitian tersebut dibatasi untuk mencegah resiko durasi yang berlebihan. Sebab semakin panjang durasi penelitian, semakin tinggi kebutuhan SDM dan biaya penelitian.
Fungsi berikutnya dari batasan masalah di dalam sebuah penelitian adalah menghasilkan penyelesaian pada masalah yang diteliti. Penelitian tentu diharapkan bisa menemukan penyelesaian.
Baik untuk menjelaskan suatu fenomena, maupun mengatasi masalah yang ditimbulkan suatu fenomena. Penyelesaian ini lebih mudah didapatkan jika ada batasan masalah yang diteliti. Sehingga tidak ada lebih dari satu masalah yang perlu dicari penyelesaiannya.
Fungsi berikutnya dari batasan masalah dalam penelitian adalah menjelaskan apa saja yang terjadi dan dibahas dalam penelitian. Misalnya mulai dari masalah yang diteliti, proses pencarian data dan metode yang digunakan, percobaan yang dilakukan, teori yang diterapkan sebagai solusi, dan lain sebagainya.
Batasan masalah akan berbentuk daftar poin yang menjelaskan secara rinci tapi singkat mengenai semua proses penting dalam penelitian. Sehingga pembaca proposal maupun laporan hasil penelitian memiliki gambaran mengenai proses penelitian tersebut.
Memahami fungsi yang cukup penting dan beragam dari batasan masalah dalam penelitian. Maka setiap peneliti dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menulis atau merumuskannya. Namun, bagaimana caranya?
Cara dalam menentukan batasan masalah adalah mengetahui parameter dalam penelitian tersebut. Parameter ini menjadi alat ukur serta menjadi pembatas antara masalah yang diteliti sampai di batas atau titik mana.
Dalam penelitian, parameter yang membantu merumuskan batasan masalah cukup beragam. Seperti waktu, partisipan, metode, teori, letak geografis, faktor demografis, dan variabel lainnya.
Jadi, secara garis besar tahapan dalam merumuskan batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Parameter pertama yang harus diperhatikan adalah keuangan atau dana penelitian yang tersedia. Hal ini menjadi prioritas, karena dana yang tersedia akan mempengaruhi parameter penelitian lain secara signifikan.
Jadi, penelitian yang dilakukan tentunya perlu dipastikan ada dana yang mendukung. Baik dana dari internal PT atau lembaga penelitian, dana dari program hibah, dan lain sebagainya.
Jumlah dana penelitian akan menentukan isi RAB dan kemudian mempengaruhi jumlah SDM, durasi penelitian, jumlah partisipan, dan aspek lainnya. Sehingga peneliti wajib membatasi masalah agar dana yang tersedia cukup tanpa resiko kurang.
Berikutnya adalah memperhatikan parameter partisipan untuk merumuskan batasan masalah dalam penelitian. Jumlah partisipan akan mempengaruhi besaran dana penelitian yang dikeluarkan serta durasi penelitian.
Semakin banyak narasumber yang perlu diwawancarai, maka semakin besar kebutuhan dana yang dibutuhkan. Kebutuhan waktu juga semakin panjang. Sebab melakukan wawancara dengan 100 orang tentu memakan waktu lebih lama dibanding dengan 10 orang.
Maka untuk mendukung kelancaran penelitian dan mencegah pembengkakan biaya maupun waktu. Peneliti bisa merumuskan batasan masalah. Misalnya hanya melibatkan 100 partisipan dari suatu populasi.
Parameter berikutnya adalah letak geografis dan nantinya akan mempengaruhi pertimbangan kondisi demografis. Penelitian yang dilakukan tentu perlu memilih lokasi yang sesuai.
Kadang kala lokasi ini cukup jauh, sehingga jarak tempuhnya membutuhkan waktu panjang. Batasan masalah perlu dirumuskan agar pemilihan lokasi tidak terlalu jauh. Sehingga durasi penelitian, dana yang dibutuhkan, dll tidak membengkak dari yang sudah ada (tersedia). Misalnya hanya mencari lokasi di satu kota yang sama.
Berikutnya adalah memperhatikan parameter waktu agar tidak keliru dalam merumuskan batasan masalah dalam penelitian. Waktu yang dimaksud disini adalah durasi.
Penelitian yang dilakukan tentu dibatasi waktunya oleh pihak terkait, khususnya pihak penyedia dana penelitian. Batasan masalah perlu dirumuskan agar durasi penelitian sesuai dengan proposal usulan dan ketentuan dari pihak penyedia dana.
Misalnya pada hibah penelitian mono tahun, maka batasan masalah disusun agar durasi penelitian tidak melewati masa satu tahun. Masalah penelitian yang dikerucutkan akan mempercepat proses penelitian, sehingga bisa segera selesai.
Jenis parameter yang dipakai dalam merumuskan batasan masalah disesuaikan kondisi masing-masing peneliti. Sebab antara satu penelitian dengan penelitian lain tentu banyak perbedaan. Meskipun sama-sama mencari solusi atas satu masalah yang sama.
Contohnya, peneliti yang mendapat dana hibah Rp100 juta dibandingkan dengan peneliti dengan hibah Rp50 juta. Perbedaan dana penelitian akan mempengaruhi durasi, jumlah SDM, jumlah partisipan, dan aspek lain dalam penelitian. Sehingga dana penelitian menjadi faktor prioritas dalam menentukan batasan masalah.
Jika membahas mengenai batasan masalah dalam penelitian, maka banyak yang mengira akan sama dengan keterbatasan penelitian. Aktualnya ternyata tidak, sebab batasan masalah berbeda dengan keterbatasan penelitian.
Batasan masalah adalah batasan yang dipilih dan ditentukan oleh peneliti. Tujuannya beragam, sesuai kondisi dan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Misalnya, ada batasan jumlah narasumber dengan maksud menghemat dana penelitian dan durasi penelitian.
Sehingga batasan masalah ada kendali penuh dari peneliti. Peneliti akan menentukan apa saja yang dibatasi dilihat dari berbagai parameter seperti penjelasan sebelumnya. Sehingga batasan masalah ini sengaja dibuat oleh peneliti untuk mendukung kelancaran penelitian.
Lain halnya dengan keterbatasan penelitian, dimana terbentuk dengan sendirinya dan peneliti tidak punya kendali atas keterbatasan ini. Misalnya, peneliti butuh partisipan setidaknya 50 orang. Namun aktual di lapangan hanya didapatkan 20 orang yang memenuhi kriteria. Maka jumlah partisipan yang tersedia di lapangan tidak bisa dikendalikan peneliti.
Hal lain yang sering membuat peneliti bingung adalah perbedaan antara rumusan masalah dengan batasan masalah dalam penelitian. Dikutip melalui perbedaan.co.id, berikut adalah daftar perbedaan keduanya:
Perbedaan yang pertama adalah pada fokus. Pada rumusan masalah, fokus utamanya adalah daftar pertanyaan yang perlu dijawab melalui kegiatan penelitian. Sehingga penelitian yang dilakukan diharapkan bisa menjawab rumusan masalah tersebut.
Sementara fokus utama dari batasan masalah adalah batasan ruang lingkup penelitian. Tujuannya agar penelitian lebih mudah dilaksanakan dan menyesuaikan dengan kondisi maupun keterbatasan penelitian.
Perbedaan yang kedua terletak pada tujuan. Tujuan dari perumusan rumusan masalah adalah mengidentifikasi masalah apa saja yang perlu dipecahkan dalam penelitian.
Semenatar tujuan dari batasan masalah adalah membatasi ruang lingkup penelitian agar relevan. Sehingga penelitian berjalan lancar sesuai dengan ketersediaan dana dan unsur penting lainnya dari penunjang kegiatan tersebut.
Perbedaan yang ketiga adalah dari aspek keterkaitan. Pada dasarnya rumusan masalah memiliki kaitan erat dengan batasan masalah. Rumusan masalah ditentukan dahulu oleh peneliti, sehingga membantu merumuskan batasan masalah.
Jadi, rumusan masalah akan mempengaruhi batasan masalah yang dirumuskan. Akan tetapi tidak sebaliknya. Sebab batasan masalah tidak mempengaruhi rumusan masalah.
Sesuai penjelasan di poin sebelumnya, salah satu perbedaan khas dari rumusan masalah dengan batasan masalah adalah urutan pembuatannya. Rumusan masalah wajib disusun terlebih dahulu.
Isi rumusan masalah ini yang kemudian dijadikan dasar dalam menentukan batasan masalah. Sehingga isi dari rumusan masalah akan sangat mempengaruhi hasil dari batasan masalah yang ditetapkan peneliti.
Membantu lebih memahami lagi apa itu batasan masalah dalam penelitian dan bagaimana merumuskannya. Maka berikut adalah beberapa contoh yang bisa dipelajari dan dijadikan sumber atau referensi:
Di Indonesia penelitian mengenai whistleblowing juga sudah pernah dilakukan beberapa peneliti. Penelitian mengenai whistleblower sudah pernah dilakukan Malik (2010) dengan tujuan untuk menguji perbedaan tingkat komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif antara mahasiswa PPA dan Non-PPA pada hubungannya dengan whistleblowing yang meliputi persepsi pentingnya whistleblowing dan whistleblowing intention mereka. Selain itu penelitian mengenai whistleblowing juga pernah dilakukan Fultanegara (2010) dengan tujuan untuk menguji hubungan antara komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif mahasiswa PPA dengan whistleblowing. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa komitmen profesional dan sosialisasi antisipatif berhubungan dengan persepsi dan rencana whistleblowing.
Meskipun penelitian mengenai whistleblowing sudah pernah dilakukan di Indonesia, namun penelitian mengenai persepsi mahasiswa akuntansi terhadap niat melakukan whistleblowing masih jarang dilakukan. Penelitian mengenai persepsi dan pengaruhnya terhadap niat sudah sering dilakukan dengan topik penelitian yang berbeda, seperti penelitian yang dilakukan oleh Amijaya, 2010 yang meneliti mengenai pengaruh persepsi teknologi informasi, kemudahan, risiko dan fitur layanan terhadap minat ulang nasabah bank dalam menggunakan internet banking . Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan saat ini akan meneliti persepsi mahasiswa akuntansi di Semarang dan Yogyakarta terhadap pengungkap kecurangan.
CV Mustika Indah Kencana (CV MIK) merupakan salah satu perusahaan manufaktur plastic injection dengan jumlah karyawan sekitar 80 orang. Dengan jumlah karyawan yang relatif cukup banyak, perusahaan ini masih memiliki beberapa kekurangan untuk sistem penggajiannya.
Sering terjadi perhitungan yang tidak sesuai atas potongan yang terjadi antara lain ketika karyawan tidak masuk, telat masuk, pulang sebelum waktunya, dan lainnya. Potongan seharusnya dilakukan atas gaji pokok karyawan. Akan tetapi karena bagian keuangan seringkali kesulitan untuk menghitung potongan atas gaji pokok, potongan akhirnya dibebankan pada gaji untuk lembur.
Masalah lain yang juga banyak muncul adalah pemotongan gaji atas pelunasan pinjaman yang dilakukan karyawan terhadap perusahaan. Karyawan dapat meminjam uang pada perusahaan dan karyawan melunasi pinjaman dengan pemotongan secara berkala pada gaji mereka. Seringkali pinjaman ini lupa atau tidak dicatat sehingga pinjaman karyawan tidak dilunasi sesuai dengan jumlah yang dipinjam.
Atas keterangan di atas peneliti tertarik untuk membuat tugas akhir dengan judul “Analisis Perancangan Sistem Informasi Akuntansi pada Siklus Penggajian untuk Efektivitas Pengendalian Internal pada CV Mustika Indah Kencana”. Peneliti akan melakukan analisis pada sistem yang lama dan akan merancang sistem baru dari sistem semula secara manual menjadi sistem penggajian secara terkomputerisasi.
Merumuskan batasan masalah dalam penelitian secara tepat akan menunjang kelancaran penelitian tersebut. Sebab, penelitian sejatinya memang akan dihadapkan pada banyak keterbatasan. Tanpa merumuskan batasan masalah maka penelitian akan sulit dilaksanakan apalagi diselesaikan.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…