Kegiatan branding kampus menjadi hal yang lumrah dilakukan semua perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Namun, harus diakui bahwa branding dari perguruan tinggi swasta lebih berdarah-darah.
Disebut demikian, karena nyaris tidak ada perguruan tinggi negeri yang sepi pendaftar mahasiswa baru. Hal ini terjadi karena di mata masyarakat, masuk ke PTN sudah terjamin mutu pendidikannya karena dikelola pemerintah. Serta lulusan PTN dianggap lebih mudah mendapat pekerjaan.
Alhasil, peminat di PTN tinggi dan banyak yang menolak pendaftar dengan seleksi ketat. Meskipun begitu, bukan berarti PTN pasif dalam melakukan branding. Aktualnya, baik PTN Maupun PTS sama-sama butuh branding yang tepat dan berkelanjutan. Berikut informasinya.
Sebelum membahas secara mendalam mengenai branding kampus, maka dibahas dulu mengenai apa itu branding. Dilihat dari aspek etimologi atau asal kata, istilah “branding” berasal dari kata “brand” yang dalam bahasa Inggris memiliki arti “merek”.
Dikutip melalui website Coding Studio, dijelaskan bahwa branding secara umum adalah sebuah upaya komunikasi perusahaan terhadap konsumennya berupa pencitraan yang dibuat agar sebuah merek perusahaan dapat menarik perhatian masyarakat khususnya yang menjadi target market mereka.
Secara sederhana, branding adalah upaya untuk memperkenalkan perusahaan kepada publik lengkap dengan produk yang disediakan. Semakin banyak masyarakat mengenal perusahaan dan produknya, semakin besar kemungkinan produk tersebut diminati.
Sehingga perusahaan mendapat pemasukan untuk menunjang kegiatan operasional yang menelan biaya. Semua kegiatan bisnis, membutuhkan proses branding yang dijalankan beriringan dengan kegiatan marketing atau pemasaran.
Dikutip melalui artikel ilmiah berjudul Branding yang Dilakukan Humas pada Perguruan Tinggi Swasta dan dipublikasikan di jurnal Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni. Dijelaskan bahwa branding kampus sama pentingnya dengan branding di organisasi (profit maupun nonprofit).
Dilihat secara lebih umum, perguruan tinggi masih masuk ke dalam cakupan organisasi. Namun, memasukkannya ke organisasi profit maupun organisasi nonprofit kurang tepat. Sehingga disebutkan bahwa perguruan tinggi punya posisi tersendiri sebagai sebuah organisasi.
Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan dimana karakternya tidak persis sama dengan dua organisasi tersebut. Sebab fungsi pendidikan yang dimiliki perguruan tinggi adalah jauh dari komersialisasi.
Meskipun begitu, perguruan tinggi tetap perlu dikelola sebagaimana sebuah perusahaan atau organisasi agar tetap “hidup”. Secara sederhana, perguruan tinggi juga membutuhkan sumber pemasukan untuk bisa menyelenggarakan pendidikan.
Sehingga branding kampus penting untuk dilakukan dengan tepat dan secara kontinyu. Tujuannya agar perguruan tinggi dikenal oleh masyarakat dan dipilih sebagai tempat mengenyam pendidikan.
Semakin tepat strategi branding yang dilakukan, semakin mudah membangun citra positif. Sehingga perguruan tinggi tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan mahasiswa. Hal ini akan memastikan perguruan tinggi menerima pemasukan dan bisa mendukung penyelenggaraan pendidikan di dalamnya.
Sebab, perguruan tinggi juga membutuhkan gedung ruang kelas, laboratorium, peralatan laboratorium yang memadai, perpustakaan dengan koleksi lengkap, laboratorium komputer dengan unit lengkap dan sehat, perlu menggaji dosen dan tenaga kependidikan, dan sebagainya. Semua sarana dan prasarana ini butuh biaya.
Dikutip dari berbagai sumber, ada banyak sekali strategi branding kampus bisa diterapkan perguruan tinggi dan hasilnya efektif. Berikut beberapa diantaranya:
Dikutip dari banyak sumber yang membahas strategi branding bagi perguruan tinggi, pilihan utama dan prioritas adalah meraih akreditasi tinggi. Salah satunya meraih akreditasi unggul dari BAN-PT maupun LAM sesuai ketentuan.
Akreditasi sangat efektif dalam membangun branding bagi perguruan tinggi. Sebab semua masyarakat akan memilih perguruan tinggi berdasarkan nilai akreditasinya. Jika sukses meraih akreditasi tinggi, maka mahasiswa baru akan datang dengan sendirinya.
Akreditasi menjadi jaminan bahwa perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan dengan mutu yang baik. Semakin tinggi nilai akreditasi yang diraih, semakin mumpuni fasilitas pendidikan yang disediakan.
Jadi, masyarakat akan menjadikan perguruan tinggis eperti ini sebagai pilihan. Jika saat ini nilai akreditasi belum maksimal, maka sudah seharusnya melakukan perbaikan strategis. Sehingga bisa segera meraih nilai akreditasi tinggi.
Branding kampus juga bisa dilakukan dengan meraih pemeringkatan tinggi, baik pemeringkatan tingkat nasional maupun internasional. Sejauh ini, isi pemeringkatan kampus terbaik di Indonesia masih didominasi kampus negeri atau PTN.
Namun, terhitung sejak tahun 2021, sudah ada beberapa kampus swasta yang bersaing ketat dengan PTN. Termasuk di pemeringkatan internasional seperti yang dilakukan oleh QS World University Rankings.
Meraih pemeringkatan yang tinggi, bisa membantu kampus dikenal lebih luas oleh masyarakat. Serta dipandang sebagai kampus atau perguruan tinggi dengan kualitas baik.
Oleh sebab itu, selain berusaha meraih akreditasi tinggi. Perguruan tinggi juga bisa berupaya meraih pemeringkatan setinggi mungkin. Upaya yang dilakukan mengacu pada indikator penilaian dalam pemeringkatan tersebut.
Misalnya, jika pada QS World University Rankings menjadikan jumlah publikasi di jurnal dan terbitan buku sebagai salah satu indikator. Maka perguruan tinggi bisa membangun kebijakan untuk mendorong peningkatan jumlah publikasi. Misalnya dengan workshop kepenulisan, insentif publikasi ilmiah, dan sebagainya.
Strategi branding kampus berikutnya adalah membangun sistem informasi modern. Yakni mengutamakan sistem informasi yang sudah terkomputerisasi dan bersifat online. Sebab dengan sistem informasi yang modern maka akan lebih mudah dikenal masyarakat.
Sistem informasi dalam bentuk website misalnya, maka masyarakat dengan mudah mendapatkan informasi tentang perguruan tinggi. Mulai dari sejarahnya, profilnya, siapa pengisi jabatan strukturalnya, apa saja prestasinya, siapa saja dosennya, dll.
Semua diakses secara online, sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja serta dimana saja. Sistem informasi seperti ini akan membantu perguruan tinggi lebih dikenal sehingga semakin banyak yang mendaftar sebagai mahasiswa.
Harus diakui, bahwa selain akreditasi, strategi branding kampus yang bagus dan sper efektif adalah dari alumni. Secara sederhana, nasib alumni setelah lulus akan menjadi tolak ukur kualtas perguruan tinggi yang meluluskannya.
Masyarakat akan menilai kualitas suatu perguruan tinggi dari nasib lulusannya tersebut. Secara logika, hal ini benar adanya. Sebab perguruan tinggi yang paham kebutuhan dunia industri akan membekali mahasiswanya dengan keterampilan sesuai.
Hal ini akan membantu lulusan tersebut mendapat pekerjaan dengan cepat atau masuk ke perusahaan dengan gaji yang baik. Masa depan alumni kemudian menjadi cermin dari kebijakan perguruan tinggi dan dinilai langsung oleh masyarakat.
Berkaca dari langkah perguruan tinggi besar yang memiliki ikatan alumni kuat, maka bisa ditiru. Misalnya ada grup khusus alumni yang menjadi tempat berbagai informasi lowongan kerja.
Bisa juga membangun career center khusus alumni, menyelenggarakan workshop, kolaborasi untuk program magang dengan industri, dan sebagainya. Namun, kebijakan ini sesuai dengan visi misi perguruan tinggi.
Tidak semua perguruan tinggi fokus mencetak lulusan yang mudah diterima dunia kerja. Beberapa merancang lulusan yang siap menjadi pengusaha sukses. Sehingga semua program dan kebijakan memberi bekal cukup bagi alumni untuk mendirikan perusahaan sendiri setelah lulus.
Jumlah masyarakat di Indonesia yang bisa mengakses pendidikan tinggi masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama faktor ekonomi masyarakat. Masih banyak yang menilai biaya di pendidikan tinggi jauh dari jangkauan.
Sehingga banyak yang memutuskan tidak kulit atau banyak pula yang memilih bekerja sambil kuliah bagi yang ingin menempuh pendidikan dengan biaya sendiri. Fakta ini memberi peluang bagi perguruan tinggi menetapkan strategi branding kampus.
Yakni dengan menyelenggarakan program beasiswa. Program beasiswa dari internal kampus adalah hal umum di lingkungan PTN sampai PTS. Semakin banyak beasiswa dirilis, semakin menjadi magnet bagi masyarakat untuk memilih kuliah di kampus tersebut.
Sebab beasiswa penuh maupun parsial dipandang memberi solusi terbaik untuk mengatasi keterbatasan finansial. Jadi, menyelenggarakan program ini akan membantu perguruan tinggi lebih dikenal. Apalagi jika ditunjang dengan strategi branding lainnya.
Branding kampus juga bisa dilakukan dengan aktif di media sosial. Pertama, perguruan tinggi membangun akun profesional di media sosial. Khususnya media sosial populer seperti Facebook, Instagram, TikTok, YouTube, dan sebagainya.
Sebab banyak orang mencari informasi kampus melalui media sosial. Jika sudah memiliki akun yang update berbagai informasi, program, dan sebagainya. Maka akan mudah ditemukan oleh pencari kampus tersebut.
Jika branding di media sosial berhasil, maka unggahan di akun tersebut akan sukses meraih kepercayaan penggunanya. Jadi, tidak ada salahnya dilakukan selama bisa konsisten dan merekrut SDM khusus untuk pengelolaan akun tersebut.
Kedua, adalah dosen yang aktif di media sosial. Jika diperhatikan, ada beberapa dosen yang aktif di media sosial. Baik itu membagikan konten edukasi, konten seputar publikasi, konten keseharian sebagai dosen, dan sebagainya sesuai ciri khas masing-masing.
Langkah ini selain menjadi personal branding bagi dosen, juga bagian dari branding kampus. Sebab seseorang yang dikenal pengguna media sosial sebagai dosen akan mendorong pengguna mencari tahu kampus tempatnya mengabdi.
Dosen yang tampak bahagia, inspiratif, rutin membagikan motivasi, aktif mengisi kegiatan baik webinar sampai seminar, dan sebagainya di media sosial. Akan ikut mendorong citra positif kampus yang menaunginya.
Bahkan dosen yang dikenal asyik di media sosial akan menjadi dosen impian pengguna media sosial. Sehingga semakin tertarik mendaftar di kampus dosen tersebut agar ada kesempatan dibimbing. Jadi, tidak ada salahnya sebuah kampus mendorong para dosen aktif di media sosial secara bijak.
Branding kampus berikutnya adalah melalui publikasi perguruan tinggi. Publikasi disini mengarah ke publikasi ilmiah, khususnya yang dilakukan dosen dan mahasiswa.
Dosen dan mahasiswa bisa didukung untuk melakukan publikasi ke prosiding (ikut konferensi ilmiah), ke jurnal, dan menerbitkan buku. Namun, bisa diutamakan menerbitkan buku, karena target pembacanya masyarakat luas.
Semakin banyak buku diterbitkan dosen di perguruan tinggi, maka semakin mendorong masyarakat mengenal perguruan tinggi tersebut. Sehingga tercipta citra positif dan memunculkannya sebagai pilihan untuk studi lanjut.
Lalu, bagaimana upaya kampus mendorong publikasi tersebut? Bisa dengan menggelar workshop kepenulisan agar dosen semakin terampil menulis dan percaya diri menerbitkan buku. Sampai penyelenggaraan program insentif penerbitan buku.
Kegiatan dan strategi berikutnya untuk branding kampus adalah sosialisasi ke sekolah-sekolah. Cara ini bisa disebut klasik dan konvensional, sebab perlu kunjungan langsung ke sekolah. Khususnya jenjang menengah atas (SMA, SMK, MA, dan yang sederajat).
Kunjungan ini bisa dilakukan untuk mempromosikan kampus, program studi yang dibuka, dan sebagainya kepada siswa sekolah menengah. Sebab setelah lulus, mereka akan mencari kampus untuk studi lanjut. Sehingga sosialisasi ke sekolah masih sangat efektif.
Strategi ini dipandang tepat, efektif, dan juga menarik. Sebab bisa bekerjasama dengan sekolah untuk membagikan brosur dan membantu siswa yang lulus melakukan pendaftaran. Selain itu, pihak kampus juga bisa melakukan pendekatan langsung ke siswa dan wali atau orang tuanya. Sehingga lebih meyakinkan.
Strategi branding kampus berikutnya adalah dengan berkolaborasi. Perguruan tinggi yang aktif berkolaborasi lebih mudah menjalankan berbagai program dan kegiatan menarik. Hal ini bisa menjadi magnet untuk pendaftaran mahasiswa baru.
Misalnya, kolaborasi dengan perguruan tinggi di luar negeri, sehingga bisa membuka program pertukaran mahasiswa. Kolaborasi dengan perusahaan atau industri, memungkinkan perguruan tinggi membuka lebih banyak program menarik.
Mulai dari penyelenggaraan program magang, pengadaan buku (jika perusahaan penerbitan), menggelar pelatihan keterampilan tertentu, dan sebagainya. Sehingga kolaborasi dengan perusahaan bisa dilakukan untuk optimasi proses branding.
Branding kampus sangat efektif jika bisa menyelenggarakan sejumlah event atau kegiatan kampus yang menarik. Ada banyak event yang bisa diselenggarakan kampus dan menjadi sarana memperkenalkan diri kepada masyarakat.
Misalnya, menggelar event bedah buku dan dibuka untuk umum. Sehingga masyarakat yang suka membaca bisa ikut serta. Contoh lain, menggelar bazar buku dan nonbuku yang dibuka untuk umum.
Kampus juga bisa menjadi sponsor untuk berbagai kegiatan yang dibuka untuk umum. Selama masih berkaitan dengan dunia pendidikan dan publikasi, maka bisa menjadi sponsor agar semakin dikenal oleh publik.
Strategi berikutnya adalah kolaborasi dengan media, baik media online maupun media cetak. Sehingga setiap kali menggelar event kampus akan dimuat menjadi artikel berita di media tersebut. Hal ini akan mendorong lebih banyak orang mengenal kampus dan tertarik menempuh pendidikan di dalamnya.
Salah satu dari beberapa strategi branding kampus yang dijelaskan adalah melalui publikasi ilmiah. Baik dalam bentuk prosiding, jurnal, maupun menerbitkan buku. Menerbitkan buku bisa dijadikan prioritas.
Sebab buku menjangkau masyarakat umum yang menjadi target pasar sebuah perguruan tinggi. Masyarakat inilah yang nantinya akan memutuskan hendak kuliah dimana. Menghadirkan buku yang diterbitkan para dosen tentu membantu branding kepada mereka secara tepat.
Sayangnya, branding kampus melalui penerbitan buku tidak semudah membalikan telapak tangan. Salah satu kendala yang sering menjadi hambatan adalah keterampilan menulis para dosen yang belum mumpuni.
Oleh sebab itu, sangat penting bagi perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pelatihan atau workshop kepenulisan. Sehingga keterampilan dosen dalam menulis meningkat dan membuat mereka lebih percaya diri menulis buku dan menerbitkannya.
Tidak melulu harus menyelenggarakan workshop kepenulisan secara mandiri, perguruan tinggi bisa berkolaborasi dengan pihak eksternal. Salah satunya bersama Penerbit Deepublish melalui program bertajuk Kerjasama Institusi.
Kerjasama Institusi membantu perguruan tinggi melakukan akselerasi publikasi di kampus. Sehingga bisa dijadikan bagian dari strategi branding dengan hasil lebih efektif dan tepat sasaran.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik branding kampus di dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…