Daftar Isi
Dalam Tri Dharma, terkait tugas penelitian para dosen juga wajib menyebarluaskan hasil penelitian ke dalam buku monograf maupun publikasi ilmiah jenis lainnya. Terkait buku jenis monograf, ada baiknya menjadi pilihan dosen.
Sebab di dalam PO BKD dijelaskan jika setiap tahunnya dosen di Indonesia minimal menerbitkan satu judul buku jenis monograf tersebut. Selain itu, buku ilmiah ini juga diketahui punya nilai angka kredit atau KUM yang tinggi. Yakni mencapai 20 poin.
Bagi dosen muda, ada kemungkinan masih sedikit kesulitan dalam menulis buku monograf. Atau merasa bingung membedakannya dengan buku referensi karena ada banyak persamaan antara keduanya. Jadi, simak penjelasan lengkap penulisannya di bawah ini.
Hal pertama yang dibahas adalah pengertian dari buku monograf. Secara umum, buku monograf adalah tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam satu bidang ilmu kompetensi penulis.
Misalnya saja seorang dosen ilmu pemasaran, maka bisa menulis buku monograf dengan topik pemasaran digital melalui marketplace. Bisa juga menyusun topik pemasaran digital di Instagram.
Jadi, di dalam satu judul buku hanya akan ada satu topik yang dibahas dan dikupas secara tuntas dari bab awal sampai akhir. Buku ilmiah jenis ini juga termasuk buku terbitan tunggal yang artinya terbit hanya sekali, tidak berseri seperti jurnal.
Adapun sumber tulisan atau sumber isi buku monograf adalah dari hasil penelitian dosen tersebut. Kemudian ditambahkan dengan data dari referensi lain, baik dalam bentuk jurnal, buku ilmiah, maupun yang lainnya.
Meskipun begitu, buku jenis monograf tidak lantas bersumber dari skripsi, tesis, maupun disertasi. Melainkan murni dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh dosen. Sebab monograf bukanlah hasil konversi karya tulis ilmiah menjadi buku.
Baca Juga:
Dapatkan full akses penjelasan mengenai buku monograf secara detail! Panduan ini akan membantu Anda menulis buku hingga tuntas
GRATIS: Ebook Panduan Ringkas Menulis Buku Monograf
Berikutnya adalah pembahasan tentang karakteristik dari buku monograf, dimana ada beberapa poin. Berikut penjelasannya:
Karakteristik yang pertama adalah sumber isi buku monograf yakni dari hasil penelitian dosen. Sehingga penulisan dan penerbitannya menjadi bagian dari pelaksanaan Tri Dharma terkait tugas penelitian.
Sebab dengan menulis buku ilmiah ini, dosen bisa menyebarluaskan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Sehingga bisa dimanfaatkan oleh dosen lain baik untuk mendampingi kegiatan mengajar maupun meneliti.
Dilihat dari segi penggunaan, buku monograf digunakan oleh dosen untuk mengajar dan meneliti. Sehingga bisa menjadi buku pegangan saat mengajar mahasiswa, dan bisa dijadikan referensi saat menjalankan penelitian. Khususnya penelitian lanjutan.
Buku monograf berisi satu topik dari suatu bidang keilmuan yang kemudian dipaparkan menurut alur logika keilmuan. Yakni berurutan dari pembahasan paling mendasar menuju ke pembahasan lebih kompleks.
Selain itu, buku ilmiah jenis ini juga diketahui memaparkan mengenai peta penelitian atau peta keilmuan. Sehingga selain disampaikan dengan alur logika juga harus ditambahkan peta keilmuan ataupun penelitian.
Buku jenis monograf termasuk buku ilmiah atau publikasi ilmiah dalam bentuk buku. Sehingga ada aturan terkait gaya bahasa di dalamnya yakni menggunakan gaya bahasa atau gaya penyajian formal.
Tidak masalah jika menggunakan banyak istilah ilmiah, karena memang target pembaca buku jenis ini adalah kalangan dosen dan peneliti.
Karakteristik berikutnya adalah memenuhi batas minimal jumlah halaman yang mengacu pada PO PAK Tahun 2019. Dimana disebutkan buku monograf minimal sejumlah 40 halaman, tidak boleh kurang.
Buku monograf juga diwajibkan untuk dipublikasikan secara resmi. Baik melalui penerbit resmi, penerbit perguruan tinggi, maupun yang lainnya. Sehingga memiliki ISBN dan bisa terdata di Perpusnas.
Isi di dalam buku monograf juga wajib tidak menyimpang dari UUD 1945 maupun Pancasila. Sehingga isinya disesuaikan dengan hasil penelitian dan berpedoman pada ketetapan satu ini.
Karakteristik yang terakhir adalah bisa dijadikan rujukan, jadi buku monograf yang ditulis dan diterbitkan dosen bisa dijadikan rujukan dosen lain. Baik dalam melakukan penelitian maupun menyusun karya tulis ilmiah.
Terkait isi buku monograf, maka akan dilihat dari dua aspek. Pertama dari bagian luar buku dan yang kedua adalah bagian dalam buku. Jika dilihat dari bagian luar buku, maka akan ada tiga bagian utama. Yaitu:
Bagian luar buku yang pertama adalah cover depan atau sampul bagian depan, yang standarnya adalah berisi poin-poin berikut ini:
Kemudian untuk bagian kedua adalah punggung buku, yang juga memuat sejumlah informasi terkait identitas buku. Secara garis besar sama seperti isi di dalam cover depan, yaitu:
Bagian terakhir dari bagian luar buku adalah cover belakang, yang isinya mencakup:
Kemudian, jika dilihat dari bagian dalam buku maka akan berisi 3 bagian isi. Berikut penjelasannya:
Bagian isi yang pertama adalah bagian preliminaries yang terdiri dari beberapa bagian dan beberapa jenis halaman. Berikut detailnya:
Bagian isi yang kedua adalah bagian isi utama buku, yakni inti dari pembahasan atau topik yang diangkat oleh dosen yang menulis buku monograf. Dalam bagian ini terdiri dari bab dan sub bab yang jumlah disesuaikan kondisi dan isi konten disesuaikan dengan data yang dihimpun.
Bagian akhir atau bagian penutup adalah postliminaries, yang mencakup lampiran, epilog, daftar istilah (glosarium), halaman indeks, dan biografi penulis. Khusus untuk halaman indeks sifatnya disarankan sehingga tidak wajib. Jika ditambahkan maka lebih baik.
Saat menyusun hingga menerbitkan buku monograf, Anda harus menyesuaikan standar Dikti agar buku Anda diakui. Oleh karena itu, jangan sampai Anda salah memilih penerbit dan berakhir tidak bisa klaim angka kredit.
Kuncinya kuasai cara identifikasi penerbit berkualitas dan kredibel! Silakan cek rangkuman dan download gratis E-Book Kunci Sukses Publikasi [NEW 2024]. Mulai dari etika, kriteria, hingga cara mengidentifikasi dibahas secara lengkap di e-book tersebut. Dowload segera karena kunci sukses publikasi ada di tangan Anda.
Buku referensi dan monograf sering susah dibedakan, khususnya oleh dosen muda yang masih meniti karir dari awal. Tidak heran, karena memang keduanya memiliki banyak sekali persamaan.
Seperti dari sumber tulisan yang sama-sama diambil dari hasil penelitian, kemudian gaya bahasa yang sama-sama formal, lalu dari segi penerbitan. Dimana keduanya sama-sama diwajibkan diterbitkan oleh penerbit resmi dan ber-ISBN.
Belum lagi dengan kegunaan keduanya yang memang sama-sama menjadi pegangan dosen dalam mengajar dan meneliti. Meskipun begitu, setidaknya terdapat 3 poin yang membedakan keduanya. Yaitu:
Perbedaan pertama dilihat dari isi buku, dimana di dalam buku monograf mencakup 2 hal. Yakni urutan pemaparan sesuai alur logika keilmuan dan terdapat peta keilmuan. Sementara buku referensi ada peta keilmuan dan studi kasus dan ilustrasi.
Perbedaan yang kedua adalah dari substansi pembahasan, dimana pada buku referensi adalah berbagai topik di satu bidang keilmuan. Sementara buku monograf hanya memaparkan satu topik di bidang keilmuan dosen.
Misalnya dosen pemasaran, dalam menulis buku referensi bisa menjelaskan 3 topik pemasaran berbeda yang saling terhubung satu sama lain. Sementara jika dijadikan monograf, maka 3 topik tersebut bisa menjadi 3 judul buku berbeda.
Perbedaan lainnya adalah berhubungan dengan poin angka kredit yang didapatkan dosen. Jika menerbitkan buku referensi maka akan diberi 40 poin angka kredit, sedangkan monograf diberikan 20 poin angka kredit.
Meskipun sekilas monograf memberikan lebih sedikit poin angka kredit. Namun karena hanya membahas satu topik saja, maka bisa dikatakan tingkat kesulitannya lebih ringan dibanding buku referensi. Namun, tidak ada salahnya dosen menulis keduanya secara bergantian.
Baca Juga:
Jika sudah memahami apa itu buku monograf, lalu bisa berlanjut ke pembahasan mengenai cara pembuatannya atau cara penyusunannya.
Terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan oleh dosen untuk bisa menulis monograf dengan baik dan benar. Berikut adalah beberapa tahapan yang dimaksudkan:
Tahap pertama dan yang utama bagi dosen yang hendak menulis buku adalah memahami kode etik kepenulisan. Mencakup beberapa hal berikut ini:
Tahap selanjutnya adalah memahami pengertian buku monograf agar tahu isinya tentang apa, struktur penulisannya bagaimana, dan alasan kenapa perlu menulis lalu menerbitkannya.
Semakin paham semakin sadar kewajiban dan kebutuhan untuk menulis dan menerbitkannya. Hal ini penting agar dosen produktif menulis monograf, karena tidak mungkin dosen hanya menulis satu judul saja.
Mengingat monograf perlu ditulis dan diterbitkan sepanjang karir dosen tersebut.
Tahapan selanjutnya adalah memahami seluruh struktur isi buku, mulai dari bagian luar buku sampai bagian isi. Bagian isi sendiri sesuai penjelasan sebelumnya terdiri dari beberapa bagian yang tentunya perlu diikuti karena sudah standar umum.
Salah satu dasar atau alasan dosen menulis monograf adalah untuk pengembangan karir akademiknya. Jadi, monograf tersebut perlu disesuaikan dengan ketentuan di dalam PO PAK 2019. Mulai dari jumlah halaman, ukuran fisik buku, dan lain-lain.
Berikutnya adalah menentukan topik, karena memang monograf membahas satu topik di satu bidang keilmuan. Silahkan memilih topik sesuai penelitian dan bisa disesuaikan dengan kondisi.
Jika topik sudah ditentukan, maka tahap berikutnya adalah mengumpulkan data. Data utamanya adalah hasil penelitian, kemudian ditunjang dengan data dari referensi lain berupa jurnal, buku ilmiah, dan lain-lain.
Tahap berikutnya adalah menyusun kerangka karangan yang menjadi peta menulis buku monograf. Sehingga terarah, tetap fokus pada pembahasan utama, dan selesai tepat waktu.
Jika kerangka karangan sudah siap, maka mulailah menulis mengikuti ketentuan yang ada dan data yang diperoleh. Selalu luangkan waktu setiap hari untuk menulis, jika tekun maka dalam 3 bulan bahkan kurang. Satu naskah monograf siap diterbitkan.
Jika bab demi bab sudah selesai dipaparkan, maka masuk ke proses pembacaan ulang untuk editing dan revisi mandiri. Cek adakah kesalahan penulisan kalimat, tanda baca, pengetikan, dan lainnya? Jika ada segera perbaiki.
Tahap terakhir adalah mengirimkannya ke penerbit agar bisa diterbitkan dan memiliki ISBN, sebab pengajuan ISBN hanya bisa dilakukan penerbit resmi. Selain itu, pilih penerbit yang memang menerima naskah monograf.
Berikut adalah beberapa contoh dari buku monograf karya para dosen di seluruh Indonesia yang diterbitkan bersama penerbit deepublish:
Dengan penjelasan mendetail di atas, maka diharapkan setiap pembaca khususnya kalangan dosen. Bisa lebih mudah dalam menyusun buku monograf dan menerbitkannya sesuai dengan ketentuan, sehingga bisa mengembangkan diri dan karir akademiknya.
Itulah penjelasan tentang buku monograf hingga contohnya. Setelah menulis, Anda perlu menerbitkan buku monograf ber-ISBN di penerbit anggota IKAPI agar buku diakui Dikti.
Terbitkan buku di Penerbit Deepublish saja! Sudah 6000+ lebih akademisi menerbitkan di sini. Tak perlu ragu dan daftar melalui laman Menerbitkan Buku di Deepublish sekarang juga!
Artikel Terkait:
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…