Parafrase

3 Cara Memperpendek Kalimat dan Contoh

Memperpendek kalimat mungkin menjadi satu topik dalam dunia kepenulisan yang jarang dibahas. Namun, harus dipahami bahwa menyusun kalimat yang pendek atau hemat kata menjadi salah satu syarat kalimat tersebut efektif. 

Sehingga, seorang penulis memiliki kebutuhan dan kewajiban untuk memahami bagaimana menjadikan kalimat yang disusun selalu pendek. Sebab jika terlalu panjang maka tidak memenuhi syarat menjadi kalimat efektif. 

Dampak yang ditimbulkan dari kalimat yang terlalu panjang juga semakin kompleks. Oleh sebab itu, panjang pendek kalimat tidak bisa diabaikan begitu saja ketika ingin menyusun karya tulis dengan kualitas yang baik. Berikut penjelasan detailnya. 

Kalimat Lisan, Penyebab Kalimat yang Anda Tulis Menjadi Panjang Sekali

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lisan memiliki definisi sebagai sesuatu yang berkenaan dengan kata-kata yang diucapkan. Lisan kemudian bisa disampaikan secara langsung lewat ucapan, tapi bisa juga disampaikan lewat tulisan. Sehingga menjadi kalimat lisan. 

Kalimat lisan idealnya menjadi kalimat yang efektif. Kalimat efektif sendiri secara sederhana adalah kalimat yang mudah dipahami oleh orang lain dengan tepat. Menurut Parto (2013), kalimat dikatakan efektif pada saat memenuhi 6 syarat. 

Syarat tersebut antara lain (1) kesepadanan, (2) keparalelan, (3) kehematan, (4) kecermatan, (5) kepaduan, dan (6) kelogisan. Salah satu syarat yang sering diabaikan adalah poin ketiga, yaitu kehematan. 

Artinya, suatu kalimat efektif sebaiknya tidak boros kata dan hanya menggunakan kosakata yang memang diperlukan. Ketika suatu kalimat terlalu panjang maka biasanya akan menyulitkan pembaca memahami makna kalimat tersebut. 

Menariknya, masih banyak orang dan bahkan penulis yang masih melakukan kesalahan tersebut. Kira-kira, kenapa kalimat yang ditulis berakhir menjadi kalimat panjang? Rupanya ada banyak hal yang menjadi penyebabnya, seperti: 

1. Tidak atau Kurang Paham Topik (Ide Tulisan)

Penyebab yang pertama dimana banyak penulis masih boros kata dalam menyusun kalimat adalah karena tidak paham topik. Pada saat topik atau ide tulisan tidak dipahami, penulis kesulitan memberi penjelasan atau menjabarkan topik tersebut. 

Pada akhirnya, penulis kemungkinan akan asal menyusun kalimat. Sehingga seolah-olah mampu menjabarkan topik tersebut meskipun aktualnya tidak. Kondisi ini menjadi perhatian untuk semua penulis agar fokus memahami topik dulu. 

Tujuannya agar penulis tidak kehabisan ide dan kehabisan kata-kata untuk menjabarkan topik tersebut. Sekaligus memastikan penjelasan yang diberikan ringkas, padat, dan jelas. Bukan penjelasan yang bertele-tele dan terkesan asal lengkap. 

2. Perbendaharaan Kata yang Terbatas

Penyebab yang kedua adalah perbendaharaan kata penulis yang masih terbatas. Hal ini bisa menyebabkan kalimat yang disusun panjang karena cenderung mengulang beberapa kata dalam satu kalimat yang sama. 

Pasalnya, penulis kehabisan ide untuk memakai kata ganti maupun kata lain dari inti pembahasan. Kondisi ini juga membuat penulis kehabisan ide menentukan kata hubung setiap klausa. Sehingga pada akhirnya setiap kalimat menjadi terlalu panjang. 

3. Terjadi Pengulangan atau Redudansi

Penyebab yang ketiga dari penyusunan kalimat panjang adalah terjadi pengulangan kata atau redudansi. Pengulangan kata bisa terjadi ketika penulis tanpa sadar melakukannya. 

Baik itu menuliskan subjek sampai dua kali pada satu kalimat, maupun memakai dua kata dengan makna yang sama. Misalnya menggunakan kata “para” yang berarti jamak, diikuti dengan kata “siswa-siswa” yang juga berarti jamak. 

4. Dikejar Jumlah Kata Maupun Jumlah Halaman

Penyebab ketiga yang membuat seorang penulis perlu cara memperpendek kalimat adalah karena dikejar jumlah kata. Penyebab lainnya adalah dikejar oleh jumlah halaman, bagi penulis buku yang ada ketentuan jumlah halaman minimal. 

Misalnya pada dosen, dimana untuk menerbitkan buku ilmiah seperti buku ajar, ditetapkan minimal punya 60 halaman. Jadi, ada tuntutan untuk mengejar 60 halaman tersebut bagaimanapun caranya. 

Pada saat kehabisan ide untuk menjabarkan topik, atau kehabisan ide harus membahas apa lagi. Maka biasanya terjadi pengulangan kata dan penyusunan kalimat terlalu panjang. 

5. Kesalahan Penggunaan Tanda Baca

Penyebab selanjutnya adalah karena terjadi kesalahan dalam menggunakan tanda baca. Tanda baca membantu memisahkan dua klausa agar menjadi dua kalimat pendek yang efektif. 

Namun, ada kalanya penulis kesulitan dalam menentukan tanda baca yang tepat. Atau bisa juga karena ada kesalahan dalam pemilihan tanda baca. Sehingga kalimat yang seharusnya berakhir justru terus dilanjutkan dan menjadi kalimat majemuk kompleks. 

6. Dikejar Deadline Hingga Terburu-Buru dalam Menulis

Penyebab yang keenam adalah karena terburu-buru dalam menulis. Misalnya saat penulis dikejar deadline yang terlalu mepet. Maka biasanya akan menulis dengan cepat dan tanpa sadar menyusun kalimat terlalu panjang. 

Inilah alasan kenapa perlu mulai menulis lebih dini untuk karya tulis yang memang memiliki deadline. Tujuannya untuk menghindari kesalahan teknis seperti susunan kalimat terlalu panjang yang jumlahnya berlebihan. 

7. Kesulitan Mengakhiri Kalimat

Kesulitan penulis untuk mengakhiri kalimat juga menjadi penyebab kalimat yang disusun terlalu panjang. Ada kalanya penulis merasa suatu kalimat masih harus dilanjutkan agar memberi penjelasan yang detail atau mendalam. 

Pemikiran ini membuat kalimat tersebut menjadi terlalu panjang dan justru menjadi kalimat tidak efektif. Padahal untuk menjelaskan secara detail, bisa saja satu paragraf terdiri dari kalimat-kalimat pendek dalam jumlah banyak. 

8. Berlebihan dalam Menggunakan Kiasan

Khusus untuk penulisan karya fiksi, baik novel maupun cerpen atau yang lainnya. Beberapa penulis sengaja menggunakan majas atau kata kiasan untuk memberi kesan estetik pada tulisannya. 

Bisa juga dengan alasan mencegah kebosanan maupun memberi penekanan. Sayangnya, pada saat berlebihan memakai kiasan maka terjadi pemborosan kata. Kalimat yang tersusun menjadi tidak efektif karena terlalu panjang. 

Kerugian Menuliskan Kalimat Panjang

Pada dasarnya, menulis menjadi lebih mudah dan tidak memakan waktu lama ketika terbiasa menyusun kalimat pendek tapi efektif. Sayangnya, menulis kalimat yang pendek tidak selalu mudah untuk dilakukan. 

Melalui penjelasan di atas, tentu bisa dipahami kenapa sulit untuk dilakukan. Sebab memang ada banyak aktor yang membuat proses menulis kalimat pendek jauh dari kata mudah. 

Menulis kalimat terlalu panjang dan ketidakpahaman mengenai tata cara memperpendek kalimat bisa menimbulkan banyak kerugian. Diantaranya adalah: 

1. Kalimat yang Disusun Kehilangan Makna

Kalimat yang terlalu panjang sekali lagi tidak memenuhi salah satu syarat menjadi kalimat efektif. Sehingga kalimat tersebut menjadi kalimat tidak efektif yang salah satu dampaknya adalah tidak memiliki makna jelas. 

Makna dari kalimat tersebut bisa samar atau bahkan tidak disadari pembaca sama sekali, sehingga terkesan menjadi kalimat tanpa makna. Padahal, karya tulis disusun untuk menyampaikan informasi dan setiap kalimat di dalamnya harus punya makna. 

2. Kehilangan Minat Pembaca

Setiap pembaca biasanya dengan mudah kehilangan mood atau semangat untuk melanjutkan bacaannya ketika bertemu kalimat panjang. Kesulitan untuk memahami makna dalam kalimat panjang tersebut menjadi salah satu penyebabnya. 

Jika pembaca kehilangan mood untuk melanjutkan, maka ada kemungkinan buku atau tulisan Anda tidak dibaca lagi sama sekali. Review pembaca lain yang negatif akan mempengaruhi minat pembaca lainnya. 

Pada dampak lebih luas, kondisi ini bisa menurunkan angka penjualan buku. Jika karya dipublikasikan dalam jurnal misalnya, maka ada kemungkinan penulis tidak meraih sitasi yang tinggi. Hal ini membuat publikasi tersebut dipandang punya mutu maupun manfaat yang tidak maksimal. 

3. Proses Menulis Memakan Waktu Lebih Lama

Kerugian ketiga jika tidak pernah memperpendek kalimat adalah proses menulis bisa memakan waktu lebih lama. Kenapa? Sebab, pada saat menulis kalimat pendek maka jauh lebih cepat dibanding menulis kalimat panjang. 

Bayangkan jika proses menulis dilakukan dalam 10 paragraf atau bahkan satu judul buku. Maka waktu yang berhasil dihemat bisa lebih banyak, dan penulis bisa melakukan lebih banyak aktivitas dibanding hanya berkutat dengan naskah. 

Alih-alih sibuk menyelesaikan satu judul buku dalam tempo satu tahun. Penulis yang bisa menulis cepat lewat rangkaian kalimat pendek. Maka berkesempatan menulis dua judul setahun. Atau minimal dalam waktu kurang dari setahun, satu judul buku sudah diselesaikan dan punya waktu untuk istirahat. 

4. Resiko Tinggi Ditolak Penerbit

Jika Anda menulis buku dan berniat diterbitkan, pastilah naskah akan dikirimkan ke pihak penerbit. Dalam hal ini akan ada proses pemeriksaan dari editor atau sesuai kebijakan internal penerbit tersebut. 

Naskah yang terdiri dari kalimat panjang dan tidak efektif cenderung dipandang tidak layak terbit. Sehingga naskah seperti ini memiliki resiko ditolak penerbit dan gagal diterbitkan. Sekalinya diterima, sudah tentu revisi skala mayor akan ditanggung penulis. 

5. Citra Penulis Menjadi Buruk

Penulis yang karyanya dipenuhi kalimat tidak efektif, seperti kalimat yang terlalu panjang. Maka karyanya dipandang memiliki kualitas yang kurang dan keterbacaannya rendah. 

Hal ini bisa berdampak pada citra penulis tersebut. Bisa saja dipandang membuat karya dengan mutu yang buruk. Kemungkinan lain, penulis bisa dianggap tidak memiliki kemampuan menyusun kalimat efektif. Sehingga dinilai tidak memiliki kompetensi yang cukup menjadi penulis profesional. 

Panjang Kalimat yang Ideal

Memahami betul bahwa menyusun kalimat panjang dan kesulitan dalam memperpendek kalimat berakibat fatal. Maka penting sekali untuk menyusun kalimat yang memang pendek dan efektif. 

Salah satu jurus sederhana untuk tetap konsisten menyusun kalimat pendek adalah memperhatikan jumlah kata per kalimat. Artinya Anda perlu memastikan panjang kalimat sudah ideal sesuai standar umum. 

Berapa standar umum panjang kalimat? Secara aturan dari EYD, kalimat dikatakan efektif ketika terdiri dari setidaknya dua kata. Kata pertama berperan sebagai subjek dan kata kedua menjadi predikat. Kalimat dengan dua kata pada akhirnya menjadi frasa. 

Jika ingin lebih ideal lagi, maka setidaknya satu kalimat terdiri dari 4 kata yang mengandung unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam proses menulis, menyusun kalimat yang terdiri dari 4 kata, bahkan hanya 2 kata terbilang sangat sulit. 

Oleh sebab itu, banyak sumber menjelaskan jika satu kalimat idealnya tidak lebih dari 10 kata. Bahkan banyak yang menyarankan kurang dari 10 kata untuk tetap menjadi kalimat pendek yang efektif. 

Jadi, prinsipnya adalah semakin pendek kalimat maka semakin baik. Apalagi, kalimat sendiri bisa hanya terdiri dari dua kata saja dan maknanya sudah jelas. Maka tidak perlu membuang waktu dan tenaga menyusun kalimat sampai 15 atau bahkan lebih dari 20 kata. 

Cara Memperpendek Kalimat

Jika sudah terlanjur menyusun kalimat panjang, bagaimana cara memperpendek kalimat tersebut? Hal ini tentu menjadi pertanyaan ketika sudah banyak kalimat melebihi jumlah kata ideal yang dijelaskan sebelumnya. 

Dikutip melalui website Medium, tulisan karya Ivan Lanin menyebutkan setidaknya ada 3 cara bisa dilakukan untuk memendekkan kalimat. Berikut penjelasannya: 

1. Memenggal Kalimat pada Konjungsi

Kalimat menjadi panjang dan boros kata biasanya karena tidak diakhiri dengan tanda titik. Melainkan dilanjutkan dengan menambahkan konjungsi atau kata hubung. Alhasil, dua kalimat berubah menjadi satu kalimat dan terlalu panjang. 

Maka solusi atas kondisi ini adalah memenggal kalimat tersebut menjadi dua atau lebih sesuai kebutuhan. Pemenggalan kalimat bisa dilakukan tepat di konjungsi tersebut dicantumkan. Berikut penjelasan dalam contoh: 

  • Kalimat asli:
    Manfaat KKI tidak hanya dirasakan oleh UMKM yang mengikuti secara langsung, namun juga dirasakan agen-agen ekonomi penopang UMKM seperti para pengrajin, petani, karyawan, maupun supplier bahan baku.
  • Kalimat yang sudah dipenggal:
    Manfaat KKI tidak hanya dirasakan oleh UMKM yang mengikuti secara langsung. Namun, juga dirasakan agen-agen ekonomi penopang UMKM seperti para pengrajin, petani, karyawan, maupun supplier bahan baku. (Pemenggalan pada konjungsi “namun”).

2. Memenggal Kalimat pada Atribut yang Tidak Diperlukan

Cara kedua untuk memperpendek kalimat adalah memenggal kalimat pada atribut yang dianggap tidak diperlukan. Dalam hal ini, penulis bisa mempertahankan atribut tersebut dan dipenggal menjadi dua kalimat seperti poin pertama. 

Langkah kedua, atribut tersebut dihapus dan kata berikutnya diubah menjadi kalimat baru. Sehingga satu kalimat panjang dipenggal atau dipecah menjadi dua kalimat pendek setelah atribut dihapus. 

Atribut disini bisa dalam bentuk konjungsi maupun atribut seperti kata “yang” dimana bisa dihapus begitu saja ketika dipandang tidak diperlukan. Berikut penjelasannya dalam contoh: 

  • Kalimat asli:
    Acara reuni hari ini diadakan untuk menyambung silaturahmi untuk kita yang sudah 10 tahun lebih tidak bertemu, padahal banyak di antara kita yang masih tinggal satu kota. .
  • Kalimat usai dipenggal:
    Acara reuni hari ini diadakan untuk menyambung silaturahmi. Kita sudah 10 tahun lebih tidak bertemu, padahal banyak di antara kita yang masih tinggal satu kota. (atribut “untuk” dan “yang” dihapus).

3. Menghindari Kalimat Majemuk Kompleks

Cara ketiga untuk memperpendek kalimat adalah menghindari kalimat majemuk kompleks. Lalu, bagaimana jika sudah terlanjur menyusun kalimat majemuk kompleks? Maka bisa dipenggal. 

Kalimat majemuk kompleks sendiri adalah kalimat yang terdiri dari tiga klausa atau lebih, di mana ada yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif.

Sehingga bisa dipenggal sesuai klausa yang terbentuk. Misalnya, satu kalimat terdiri dari dua klausa maka ketika dipenggal bisa menjadi dua kalimat pendek. Begitu juga saat satu kalimat terdiri dari tiga klausa atau lebih. Berikut penjelasannya dalam contoh: 

  • Kalimat asli:
    Kapten tim kami setuju dengan keputusan wasit menganulir gol tersebut, tetapi pemain lawan menentang karena mereka merasa tidak terjebak offside.
  • Kalimat usai dipenggal:
    Kapten tim kami setuju dengan keputusan wasit menganulir gol tersebut. Akan tetapi, pemain lawan menentang karena mereka merasa tidak terjebak offside.

Memperpendek kalimat sangat mungkin untuk dilakukan. Apalagi jika sudah paham kalimat mana saja yang bisa dipenggal menjadi dua kalimat atau lebih. Sehingga bisa memastikan seluruh kalimat yang disusun sudah menjadi kalimat pendek yang efektif. 

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Matriks Eisenhower & Penerapannya agar Makin Produktif!

Menggunakan matriks Eisenhower untuk membantu memanajemen waktu, menetapkan prioritas pekerjaan, dan mencegah penumpukan pekerjaan. Menjadi…

6 jam ago

Sampling Jenuh dan Cara Penerapannya dalam Penelitian

Pernahkah Anda mendengar istilah sampling jenuh atau sampel jenuh? Istilah ini tentu cukup familiar bagi…

6 jam ago

Pengalihan Akreditasi ke LAMSPAK dan Implementasi SAPTO 2.0 oleh BAN-PT

BAN-PT baru saja mengatakan pengalihan akreditasi ke LAMSPAK dan implementasi SAPTO 2.0. Pengumuman ini tentunya…

7 jam ago

Teknik Consecutive Sampling: Penerapan, Kelebihan, Perbedaannya

Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti perlu memilih sampel penelitian. Salah satu teknik dalam menentukan…

7 jam ago

Proportional Random Sampling dan Contoh Penerapannya

Salah satu teknik dalam menentukan sampel penelitian adalah proportional random sampling. Teknik ini menjadi salah…

7 jam ago

Probabilistic Sampling, Jenis, Kelebihan, dan Contoh Penerapannya

Salah satu teknik dalam penentuan sampel penelitian adalah probabilistic sampling atau probability sampling. Teknik sampling…

7 jam ago