Mempelajari tata cara menentukan topik untuk buku referensi adalah hal penting. Sebab ternyata masih banyak dosen yang kesulitan dalam memilih topik yang masuk ke dalam naskah. Hal ini lumrah, karena pilihan topik di satu bidang keilmuan sangat beragam.
Buku referensi memang membahas banyak topik di satu bidang keilmuan. Namun, banyak disini bukan berarti semua topik akan dibahas. Jika di satu bidang keilmuan ada 100 topik, apakah mungkin akan dibahas di naskah yang disusun? Pastinya tidak.
Maka, salah satu tahap dalam menyusun naskah buku referensi adalah menentukan topik yang akan dibahas. Menentukan topik disini ternyata tidak bisa sembarangan karena akan ikut mempengaruhi nasib buku referensi ketika sudah diterbitkan.
Sebelum membahas mengenai bagaimana cara menentukan topik untuk buku referensi. Maka akan dibahas dulu mengenai beberapa hal mendasar terkait buku referensi. Dimulai dari definisi buku referensi itu sendiri.
Dikutip melalui website Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, buku referensi adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya fokus pada satu bidang ilmu dan fokus membahas topik yang luas.
Artinya, topik dalam buku referensi tidak hanya satu sebagaimana dalam buku monograf. Inilah alasan penulis perlu teliti memilih topik yang akan dikembangkan di dalam naskah. Selain harus di satu bidang keilmuan, juga memperhatikan banyak aspek yang nanti dijelaskan di bawah.
Banyaknya topik yang dibahas membuat buku referensi umumnya disusun dari hasil kolaborasi. Misalnya beberapa dosen. Selain itu, buku referensi juga akan terbit periodik yang artinya terbit menjadi beberapa buku dan tidak terbit bersamaan (tidak satu waktu).
Dikutip melalui website resmi Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin (UNISKA). Cara menentukan topik untuk buku referensi dimulai dari proses mencari topik, disusul dengan menyaring topik-topik tersebut.
Hasil penyaringan atau filter inilah yang kemudian akan menjadi topik pilihan dan dikembangkan di naskah. Terdapat 3 strategi yang bisa dilakukan dosen untuk menemukan dan mengumpulkan topik sebanyak-banyaknya. Yaitu:
Tahap yang pertama dalam mendapatkan atau menemukan topik untuk buku referensi adalah mencari publikasi ilmiah terkini. Secara umum, sumber dari naskah buku referensi adalah hasil penelitian.
Namun, topik yang akan dibahas tentunya perlu bersumber dari penelitian terkini. Sehingga tidak harus dari penelitian yang dilakukan dosen itu sendiri. Bisa oleh peneliti atau dosen lain.
Supaya topik yang dibahas relevan dengan hasil penelitian terbaru. Maka dosen perlu mencari publikasi ilmiah terkini. Sehingga didapatkan topik-topik segar yang memang penting dan menarik untuk disajikan dalam bentuk buku referensi.
Strategi atau cara kedua dalam mengumpulkan topik buku referensi adalah mengumpulkan gagasan topik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gagasan adalah rancangan yang tersusun di dalam pikiran.
Melalui kegiatan di poin pertama, tentu akan menemukan banyak topik menarik. Semakin banyak publikasi ilmiah terbaru dibaca, semakin banyak inspirasi topik didapatkan. Topik-topik ini tentunya perlu dibuat lebih khas dan spesifik.
Misalnya, jika menemukan publikasi ilmiah yang mengusung topik dampak pembakaran sampah pada kerusakan lapisan ozon. Maka topik ini bisa dikembangkan lagi menjadi gagasan baru.
Misalnya dikembangkan menjadi dampak pembakaran sampah terhadap kesehatan tanah, kesehatan tanaman di sekitar area pembakaran, dan seterusnya. Gagasan-gagasan ini dikumpulkan sebanyak mungkin, sebab beberapa akan dipilih menjadi topik buku referensi.
Strategi menemukan topik untuk buku referensi berikutnya adalah aktif mencari informasi permasalahan. Topik yang baik dan menarik pada dasarnya adalah topik segar. Semakin baru maka semakin baik.
Maka dalam menemukan topik seperti ini, para dosen bisa aktif mencari informasi mengenai permasalahan. Misalnya dengan rajin bersosialisasi, siapa tahu dari tetangga ada informasi masalah baru di lingkungan sekitar.
Bisa juga dengan rajin membaca koran atau mendengarkan acara berita di stasiun televisi lokal. Bisa juga dengan cara lain, karena update informasi di era sekarang bisa dengan banyak cara dan dari banyak media.
Selain itu, ada 3 hal yang wajib dihindari dalam menentukan topik untuk buku referensi. Berikut penjelasannya:
Tidak semua topik yang berhasil ditemukan bisa dan ideal dijadikan topik untuk buku referensi. Ada beberapa topik yang disarankan untuk dihindari. Salah satunya adalah topik hasil kesimpulan sendiri.
Dalam proses mencari dan mengumpulkan topik yang potensial. Para dosen sangat mungkin melakukan penarikan kesimpulan pribadi. Misalnya menemukan topik yang dinilai menarik oleh diri sendiri. Namun lupa melakukan survei.
Misalnya dengan mencari jumlah pencari topik tersebut di mesin pencari, seperti Google. Maka topik tersebut belum tentu menarik di mata masyarakat yang menjadi target pembaca. Jadi, topik yang dipilih sebaiknya bukan hasil kesimpulan sendiri tanpa dasar yang jelas.
Topik kedua yang harus dihindari untuk dipilih adalah topik yang sudah banyak dibahas. Topik yang banyak dibahas di berbagai publikasi memang menjamin ada banyak referensi. Namun, hal ini menjadikan topik tersebut pasaran.
Jika menulis topik yang sama tanpa ada pembahasan baru di dalamnya. Maka selain dipandang usang oleh pembaca. Juga dipandang mengulang penyampaian dari penulis lain.
Ditambah, minat baca menjadi lebih rendah. Sebab pembaca lain sangat mungkin sudah membaca topik tersebut dari publikasi sebelumnya. Jadi, semakin langka suatu topik dibahas di publikasi lain. Maka semakin baik.
Topik ketiga yang sebaiknya dihindari untuk buku referensi adalah topik yang terlalu luas. Semakin luas suatu topik, semakin kompleks pembahasannya. Padahal, di buku referensi perlu membahas banyak topik.
Tentunya topik yang ideal dipilih adalah yang sudah spesifik. Fokus di satu hal saja, sehingga dalam satu kali terbit buku referensi membahas beberapa topik. Oleh sebab itu, jika menemukan topik menarik yang masih terlalu luas. Maka perlu disederhanakan.
Misalnya, topik mengembangkan keterampilan menulis dengan workshop dan membangun budaya membaca. Anda bisa menyederhanakannya menjadi fokus di workshop saja atau di budaya membaca saja.
Jika semua topik potensial sudah berhasil didapatkan dan dikumpulkan. Maka proses selanjutnya adalah menyaring topik-topik tersebut. Sehingga menjadi beberapa topik paling potensial dan ideal dikembangkan di naskah.
Berikut adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam proses filter tersebut sehingga sukses dalam menerapkan tata cara menentukan topik untuk buku referensi:
Aspek yang pertama adalah kemungkinan. Artinya, topik tersebut sangat mungkin dipilih dan dikembangkan di naskah. Kemungkinan ini semakin besar jika topik tersebut tidak termasuk topik yang harus dihindari. Yakni sesuai penjelasan sebelumnya.
Cara menentukan topik untuk buku referensi berikutnya adalah memastikan keaslian topik tersebut. Artinya, topik tersebut bukan hasil jiplakan dan dikembangkan dengan usaha serta buah pikiran sendiri. Sebab mencuri gagasan penulis lain juga termasuk salah satu jenis plagiarisme.
Aspek ketiga adalah topik tersebut memiliki kebermanfaatan. Artinya, suatu topik layak dikembangkan di dalam naskah jika memang ada manfaatnya bagi pembaca. Misalnya bisa menjadi solusi atas masalah pembaca, memberi informasi mengenai teknologi terkini, dan sejenisnya.
Topik yang dipilih sebaiknya juga sejalan dengan minat dan memiliki kaitan dengan kebutuhan industri. Sebab umumnya, isi dari buku referensi dibutuhkan oleh pelaku industri. Kesesuaian ini akan meningkatkan kebermanfaatan buku referensi yang disusun.
Jika sudah memahami bagaimana cara menentukan topik untuk buku referensi. Lalu, bagaimana menyusun judul untuk buku referensi? Secara umum, topik buku referensi akan masuk ke judul buku referensi itu sendiri.
Namun, penyusunan judul tidak cukup hanya memasukan topik buku. Melainkan ada beberapa hal tambahan perlu dilakukan. Berikut adalah 4 hal yang harus diperhatikan agar judul buku referensi yang disusun sudah baik dan menarik:
Hal pertama yang harus diperhatikan pada saat menyusun judul buku referensi adalah tidak memposisikannya sebagai mata kuliah. Buku referensi memang bisa dijadikan pegangan dosen dalam mengajar.
Namun, judul dari buku tersebut tidak harus mencantumkan nama mata kuliah. Sehingga harus dibuat berbeda dan memenuhi standar umum dari judul buku pada umumnya. Yakni mencerminkan isi buku dan memiliki unsur menarik, sehingga menggugah minat baca masyarakat.
Judul dari buku referensi sebaiknya spesifik. Dalam buku referensi memang akan membahas beberapa topik. Namun umumnya topik ini saling terkait satu sama lain. Maka silahkan memilih topik inti untuk dicantumkan pada judul.
Semakin spesifik judul suatu buku, maka semakin mudah mencerminkan isi dari buku tersebut. Jadi, jangan terlalu luas karena bisa membingungkan pembaca. Selain itu, judul yang masih terlalu luas cakupannya akan menjadi terlalu panjang. Judul seperti ini akan dipandang kurang menarik oleh pembaca.
Judul dari buku referensi yang disusun, sebaiknya mencerminkan kebaruan. Artinya judul tersebut ada keunikan yang membedakannya dengan buku referensi lain. Hal ini mencegah pembaca menilai buku yang dibuat sudah umum atau pasaran.
Sehingga perlu dibuat lebih segar. Maka perlu merumuskan judul yang unik dan tidak pasaran. Anda bisa menambahkan power word maupun strategi lain. Sehingga judul tersebut tidak akan sama dengan judul buku lainnya.
Pertimbangkan pula untuk menginformasikan di judul jika sumber buku adalah hasil penelitian terkini. BIsa juga mencantumkan informasi berupa waktu, misalnya tahun pada judul. Sehingga pembaca langsung tahu, buku tersebut membahas hal baru.
Cara terakhir adalah membuat judul yang singkat tapi tetap informatif. Judul yang baik adalah judul yang singkat, padat, dan juga jelas. Jadi, jangan menyusun judul terlalu panjang dan pastikan menginformasikan sekilas mengenai isi buku.
Itulah penjelasan mengenai bagaimana dan tata cara menentukan topik untuk buku referensi. Sekaligus menyusun judul, sebab judul yang baik tidak hanya mencerminkan isi naskah. Melainkan juga mampu menarik minat baca dari masyarakat luas.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…
Kemajuan teknologi memberi kemudahan dalam mengecek plagiarisme. Salah satunya melalui teknologi AI untuk cek plagiarisme.…
Melakukan kegiatan apapun tentu perlu dinilai untuk diketahui berhasil tidaknya mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.…