Cara menerbitkan buku tidak selamanya dapat berjalan mulus. Penerbit buku yang kurang kredibel biasanya selalu memberikan kerugian dari pihak penulis. Contoh mudahnya adalah tidak memberikan transparansi terhadap royalti kepada penulis.
Berbicara tentang royalti, seorang penulis baiknya memahami bentuk kerjasama ketika naskah diterima oleh penerbit buku. Ketika naskah di-ACC, perhatikan jenis pembayaran dari cara menerbitkan buku – Apakah menggunakan cara menerbitkan buku sistem jual putus atau royalti. Pembayaran jual putus yaitu penulis menerima honor dari penerbit buku setelah buku diterbitkan. Kisaran harga satu buku dari 1 juta hingga 4 juta, tergantung kredibilitas atau pamor dari penulis dan penerbit buku. Hak cipta ada penuh di tangan penerbit buku. Jika hak cipta ingin di tangan penulis dalam melakukan cara menerbitkan buku, maka menggunakan sistem royalti. Pembayaran royalti kepada penulis tergantung kebijakan penerbit, ada yang 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali. Royalti yang diberikan kepada penulis pun tergantung dari jumlah penjualan buku. Rata-rata, penulis mendapatkan royalti sebesar 8-10% dari hasil penjualan buku.
Penerbit buku yang memiliki kredibilitas tinggi memberikan transparansi kepada pihak penulis dalam menerapkan cara menerbitkan buku. Sebaliknya, apakah yang diincar penerbit buku kurang kredibel dari tulisan penulis? Seperti yang dilansir oleh http://www.untungwahyudi.com/ penerbit semacam itu berpura-pura meng-ACC naskah, kemudian menghilang tidak memberi kabar cara menerbitkan buku kepada penulis. Secara diam-diam, naskah yang penulis kirimkan diterbitkan dengan nama penulis yang berbeda. Cara ini bagian dari pembajakan naskah dengan cara ilegal. Berikut beberapa ciri penerbit kurang kredibel yang patut diwaspadai.
Banyak modus yang dilancarkan oleh penerbit kurang kredibel dalam cara menerbitkan buku. Salah satunya adalah menawarkan jasa penerbitan buku kepada calon penulis, dengan iming-iming naskah sudah pasti diterbitkan. Biasanya, bahasa yang digunakan akan terkesan terlalu melambungkan calon penulis. Bagi penulis, kebanyakan penulis buku pemula tentu akan merasa senang luar biasa.
Saat ada tawaran dengan harapan yang terlalu muluk-muluk, jangan mudah percaya begitu saja. Tidak ada salahnya melacak kebenarannya dengan mencari segala sumber terpercaya. Salah satunya dengan bertanya kepada penulis yang memiliki jam terbang lebih banyak. Berbagi pengalaman akan membuka pikiran calon penulis terhadap penerbit buku yang akan ditujunya.
Kasus lain misalnya, jika ada seorang editor juga menawarkan dan menjanjikan naskah akan diterbitkan. Namun, editor meminta bayaran mengedit naskah, maka penulis harus waspada. Jika memang editor dari salah satu penerbit buku yang dituju, seharusnya seorang editor tidak meminta bayaran kepada penulis, karena fee editor sudah menjadi bagian tanggung jawab pihak penerbit.
Kecanggihan teknologi dan budaya masyarakat saat ini sangat dekat dengan teknologi memberikan kewaspadaan bagi seorang penulis. Penerbit buku kurang kredibel terkadang menyasar korban lewat media sosial. Misalnya, kita mendapatkan tawaran menulis buku dengan iming-iming yang kelewat mengiurkan lewat media sosial (medsos). Ketika naskah dikirim ke penerbit tersebut, tiba-tiba penerbit menghilang. Kasus semacam ini pernah terjadi. Dari kasus di atas sebagai catatan penting penulis untuk waspada.
Sebaiknya, penulis harus melakukan stalking terhadap penerbit buku yang akan dituju. Dimana alamatnya, apa saja buku yang telah diterbitkan, bahkan apa visi misi penerbit buku tersebut adalah hal yang boleh kita gunakan sebagai pengangan. Misal penulis telah mendapatkan alamat jelas penerbit tersebut, sebaiknya datangilah. Paling tidak sesuaikan sumber data yang penulis dapat, dengan yang ada di lapangan.
Tidak dapat dipungkiri masyarakat kita masih sangat silau ketika dipamerkan dengan orang paling terdekat adalah orang tersohor, terkenal dan pablik figur. Tidak jarang, modus penipuan dalam proses penerbitan dapat serupa. Seseorang belum dikenal dekat mengaku berteman dekat dengan penulis terkenal. Calon korban diiming-imingi akan dibimbing dan dijanjikan akan menulis duet. Agar duet ini bisa berjalan, tersangka akan meminta sejumlah uang, sebagai jasa penghubung. Setelah uang ditransfer dan diberikan, tersangka melarikan diri.
Tidak berhenti pada kasus serup, pada kali ini tentang modus pencurian Hak Kekayaan Intelektual (HKI) penulis. Salah satu contoh kasus, naskah dikirimkan ke penerbit X. Sudah 3 bulan naskah tidak mendapatkan kabar, ketika ditanya kepastian nasib naskah, akhirnya naskah di tolak oleh penerbit. Beberapa waktu kemudian, naskah yang ditolak tersebar di pasaran dengan nama penulis yang berbeda, tanpa sepengetahuan dari pihak penulis yang asli.
Tanpa bermaksud menjustifikasi, artikel ini hanyalah securah dari sekian banyak pengalaman dalam dunia penerbit buku. Seorang penulis dituntut lebih waspada dan berhati-hati. Setiap modus penipuan tersebut yang dirugikan tidak hanya penulis, tetapi semua penerbit buku (baik mayor ataupun minor) yang sebenarnya kredibel. Kesimpulannya, seorang penulis memang harus selalu waspada, selektif, dan aktif menggali informasi secara intensif. Jika masih ragu ingin memasukkan buku ke penerbit buku dengan sistem royalti, penulis masih bisa mengambil langkah penerbitan dengan sistem Print on Demand (PoD). Semoga bermanfaat dan selamat menulis!
[Irukawa Elisa]
Referensi :
Anda TAK HARUS PUNYA NASKAH siap cetak untuk mendaftarkan diri Jadi Penulis di penerbit buku kami. Dengan mendaftarkan diri, Anda bisa konsultasi dengan Customer Care yang siap membantu Anda dalam menulis sampai menerbitkan buku. Maka, Anda tak perlu ragu untuk segera MENDAFTAR. Silakan isi form di laman ini. 🙂
Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…