Cara Menerbitkan buku | Ilmu sosial dan humaniora menjadi salah satu bidang keilmuan yang mempunyai cakupan ilmu pengetahuan cukup luas. Banyak referensi, baik berupa jurnal ataupun buku yang telah berkontribusi untuk mengembangkan bidang ilmu sosial tersebut. Sayangnya, buku ajar yang terkait dengan ilmu sosial jumlahnya masih cukup sedikit di dunia pendidikan. Hanya bidang ilmu pengetahuan praktis (ilmu alam) yang cenderung memiliki banyak buku ajar. Hal tersebut pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari sifat ilmu sosial sendiri yang selalu berkembang dari waktu ke waktu, sehingga teori atau konsep keilmuan yang ada akan terus berubah seiring perkembangan zaman. Kondisi tersebut kemudian dituding sebagai salah satu penyebab minimnya buku ajar yang membahas tentang bidang ilmu sosial dan humaniora.
Dengan minimnya buku ajar di bidang ilmu sosial, menerbitkan buku khusus buku-buku ajar bidang sosial seharusnya bisa menjadi salah satu cara menerbitkan buku yang laris. Dan menjadi ladang yang cukup luas dan masih belum banyak pesaing. Sehingga dosen bisa lebih banyak mengeksplore ilmu sosial dan menjadi pelopor buku-buku ajar terbitan buku dalam negri.
Dengan kata lain, dosen hanya memberikan patokan atau alur perkuliahan melalui silabus yang telah dibuatnya. Silabus tersebut berisi materi-materi yang akan dipelajari selama perkuliahan tersebut berlangsung, biasanya dalam jangka satu semester. Lebih lanjut, silabus itulah yang kemudian dijadikan patokan bagi mahasiswa ketika mengambil sebuah mata kuliah tertentu. Selanjutnya, mahasiswa diminta secara mandiri untuk mencari buku atau referensi yang menunjang materi perkuliahan yang dimaksud. Bukan menjadi hal yang baru apabila kemudian mahasiswa secara mandiri mencari materi-materi yang relevan dengan mata kuliah yang diambilnya, baik dalam bentuk buku referensi ataupun jurnal.
Cara menerbitkan buku | Buku ajar pada dasarnya hanya sering ditemukan di lingkungan pendidikan dasar hingga menengah. Masih cukup sedikit buku jenis ini yang digunakan untuk membantu mahasiswa dalam memahami proses perkuliahan. Padahal buku ini penting bagi mereka yang sedang menuntut ilmu karena konten yang ada di dalamnya berbeda dengan buku referensi atau lainnya. Apabila bisa dibandingkan, buku ajar yang diberikan ketika seseorang masih memasuki masa belajar di sekolah menengah, mereka akan dengan mudah mengikuti alur mata pelajaran yang diajarkan. Siswa secara tidak langsung diberikan bekal ilmu pengetahuan secara bertahap, mulai dari hal yang sederhana hingga rumit. Alur tersebut tentu jarang ditemui di lingkungan kampus karena alur tersebut biasanya telah dibuat dengan menggunakan silabus.
Ada beberapa alasan yang sebenarnya membuat buku ajar di lingkungan universitas jumlahnya minim apabila dibandingkan dengan lingkungan sekolah menengah, khususnya di bidang ilmu sosial. Pertama, dosen yang mengajar di kelas bidang ilmu sosial lebih sering melakukan proyek-proyek penelitian sebagai salah satu aktivitasnya selain mengajar di dalam kelas. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari luasnya cakupan ilmu sosial yang ada di Indonesia. Terlebih lagi banyak tema-tema ilmu sosial yang tidak akan pernah habis untuk diteliti. Bahkan proyek penelitian yang dilakukan oleh dosen yang mengajar di bidang ilmu sosial terkadang banyak menyita waktu. Tidak mengherankan apabila banyak dosen yang memiliki kesibukan luar biasa di bidang penelitian atau riset daripada waktunya untuk mengajar mahasiswa di kelas.
Kedua, kesibukan dosen di dalam bidang penelitian secara tidak langsung juga berpengaruh pada minimnya jumlah buku ajar yang dibuat oleh dosen. Di bidang ilmu sosial pada khususnya, dosen akan lebih memilih untuk mendokumentasikan hasil penelitiannya dalam bentuk buku referensi daripada buku ajar. Dipilihnya buku referensi mengingat ilmu sosial adalah bidang ilmu yang akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut juga penting bagi referensi mahasiswa dalam membuat karya ilmiah. Bahkan pengalaman atau hasil riset dosen tersebut cukup berpengaruh besar dalam proses perkuliahan. Dengan kata lain, transfer ilmu yang dilakukan dosen di dalam kelas akan lebih komprehensif dengan menggunakan hasil penelitian sebagai instrumen untuk menjelaskan materi yang disampaikan. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan bisa mengombinasikan ilmu yang didapatkan (teori) dengan realitas sosial yang terjadi di lapangan (masyarakat).
Berangkat dari fenomena tersebut, dosen secara tidak langsung sebenarnya memiliki kewajiban untuk membuat buku jenis ini yang terkait dengan mata kuliah yang diampunya. Meskipun mahasiswa diibaratkan harus menjadi sosok yang mandiri dalam mencari ilmu, buku ini tetap memiliki peran yang signifikan dalam proses belajar mengajar di kelas. Peran buku ajar yang cenderung dianggap sebelah mata selalu pada dasarnya disiasati dosen dengan menggunakan metode yang berbeda ketika menyampaikan materi perkuliahan di kelas. Artinya hal-hal yang ada di buku ajar kemudian dipraktikan di dalam kelas perkuliahan seperti interaksi mahasiswa dan dosen ketika ada bagian yang perlu didiskusikan. Meskipun demikian, tidak adanya buku ajar juga membuat mahasiswa tidak bisa belajar secara mandiri, khususnya dalam hal untuk mengasah kemampuannya terhadap materi yang telah diajarkan kepada mereka.
Di sisi lain, ketersediaan buku ajar membawa dua dampak positif, baik bagi mahasiswa ataupun dosen yang bersangkutan. Pertama, buku ajar secara tidak langsung berfungsi sebagai dokumentasi dosen yang bisa digunakan dari waktu ke waktu. Apabila konten dari buku ajar tersebut dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka dosen bisa melakukan revisi berdasarkan kebutuhan tersebut. Ketersediaan buku ajar tersebut juga membantu dosen untuk mengubah materi-materi apa saja yang dianggap sudah tidak relevan. Dengan kata lain, dosen tidak perlu membuang waktu yang cukup banyak untuk membuat kerangka atau kurikulum pembelajaran dari awal karena mereka telah memiliki buku ajar sendiri sebagai patokannya untuk melakukan perombakan konten.
Kedua, ketersediaan buku ajar akan membantu mahasiswa dalam proses transfer ilmu di luar kelas. Dengan kata lain, buku ajar tersebut akan menjadi patokan mahasiswa dalam rangka menggali kajian-kajian keilmuan. Bahkan ketersediaan buku ajar akan membantu mahasiswa untuk bisa belajar secara mandiri, termasuk mengasah kemampuan akademik yang dimilikinya. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari konten buku ajar sendiri yang menyediakan umpan balik atau latian soal dari materi-materi yang sebelumnya telah dipelajari. Meskipun hal tersebut dinilai sulit diaplikasikan dalam bidang ilmu sosial (karena tidak ada istilah benar dan salah), ketersediaan buku ajar tetap memiliki peran yang besar untuk membantu mahasiswa memahami proses belajar di luar kelas, termasuk mendorong mahasiswa untuk mandiri dalam hal mencari ilmu.
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku ajar? Anda berkesempatan untuk menerbitkan buku Anda secara gratis di penerbit buku Deepublish. Anda cukup membayar biaya cetak. Daftar Di sini
Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang cara menerbitkan buku Ajar anda dapat melihat halaman ini.
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.
[Bastian Widyatama]
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…