Salah satu kegiatan penting dan wajib dilakukan dalam penelitian adalah mengumpulkan data penelitian. Ada banyak cara atau teknik bisa diterapkan peneliti untuk mendapat data penelitian yang sesuai. Salah satunya dengan membagikan angket atau kuesioner.
Bagi peneliti yang menggunakan metode ini dalam mengumpulkan data penelitian. Maka perlu memahami juga tata cara mengolah data kuesioner. Dimana data yang didapatkan bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Berikut penjelasannya.
Dikutip melalui website resmi Bina Nusantara University (Binus University), menurut Sugiyono (2005), Kuesioner merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara menyediakan sejumlah pertanyaan maupun pernyataan tertulis yang diberikan kepada responden untuk kemudian dijawab.
Kuesioner menjadi satu diantara sekian metode pengumpulan data dalam penelitian. Pada metode ini, peneliti akan menyusun daftar pertanyaan. Kemudian dibagikan kepada responden yang bersedia mengisi atau menjawab pertanyaan tersebut.
Jawaban dari daftar pertanyaan menjadi data penelitian. Data-data ini kemudian wajib diolah untuk memudahkan proses penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian. Maka peneliti perlu memahami bagaimana cara mengolah data kuesioner yang baik dan benar.
Pertanyaan yang disusun harus sejalan dengan topik penelitian. Kemudian responden yang bisa menjawab harus dipastikan memenuhi kriteria tertentu. Misalnya, kuesioner untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna produk X. Maka syarat untuk bisa menjadi responden adalah sudah menggunakan produk X tersebut.
Secara umum, kuesioner memang berbentuk daftar pertanyaan. Namun, sama seperti soal-soal ujian dan ulangan, tentunya akan menjumpai banyak tipe soal. Kuesioner pun demikian. Dimana bentuk pertanyaan dan jawaban berbeda sesuai kebutuhan peneliti.
Secara umum, bentuk pertanyaan dan jawaban pada kuesioner terbagi menjadi 3. Yaitu kuesioner tertutup, terbuka, dan campuran. Berikut penjelasannya:
Kuesioner terbuka adalah salah satu jenis kuesioner yang memberikan kesempatan bagi para respondennya untuk menuliskan sendiri jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
Dalam jenis ini, peneliti akan membuat daftar pertanyaan isian atau uraian singkat. Sehingga tidak ada pilihan jawaban dan disediakan kolom untuk responden memberi jawaban sesuai dengan penilaian dan pertimbangan personal.
Kuesioner ini disebut terbuka karena memberi kesempatan yang terbuka lebar bagi responden dalam memberi jawaban. Sehingga tidak harus memilih jawaban yang sudah disediakan peneliti.
Data yang diberikan pun lebih beragam karena sesuai penilaian personal (subjektif) responden. Berikut adalah contoh pertanyaan di dalam kuesioner terbuka:
Bagaimana pendapat Anda tentang kinerja dari produk kipas angin A?
Kuesioner tertutup adalah suatu jenis kuesioner lainnya yang berisikan sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti dengan alternatif jawaban yang telah disediakan.
Bentuk pertanyaan di dalam jenis ini disediakan pilihan jawaban. Baik dalam bentuk pilihan untuk diberi ceklis atau tanda centang. Maupun dalam bentuk tingkat kepuasan. Misalnya jawaban 1-5, dimana 1 “Sangat Puas” dan 5 “Tidak Puas”.
Kuesioner jenis ini dipandang lebih tepat dipilih oleh peneliti dan bahkan lebih disukai responden. Sebab jawaban menjadi seragam sehingga proses pengolahan data penelitian cenderung lebih mudah.
Bagi responden, adanya pilihan jawaban memberi kepraktisan bagi mereka dalam menjawab. Mereka pun tidak membutuhkan waktu banyak untuk mengisi seluruh pertanyaan kuesioner. Berikut adalah contoh pertanyaan dalam kuesioner tertutup:
Apakah tampilan aplikasi Halodoc mempengaruhi kenyamanan Anda dalam mengakses layanan kesehatan yang diberikan?
( ) Ya
( ) Tidak
Kuesioner campuran adalah penggabungan antara jenis pertanyaan terbuka dengan pertanyaan tertutup. Pada jenis ini, peneliti akan menyediakan pilihan jawaban dan permintaan untuk responden memberi alasan.
Misalnya, pada saat memberi penilaian 1 pada tingkat kepuasan memakai suatu produk. Maka responden harus memberikan alasan dalam bentuk uraian singkat pada kolom yang sudah disediakan.
Umumnya, jenis kuesioner ini digunakan ketika peneliti ingin mendalami topik yang diangkat. Selain itu, juga sering digunakan saat peneliti ingin mengumpulkan data kuesioner dalam bentuk angka. Berikut contoh pertanyaan kuesioner campuran:
Menurut Anda, apakah layanan di dalam aplikasi Halodoc sudah bagus atau sebaliknya?
( ) Ya, karena…
( ) Tidak, karena…
Secara umum, pengumpulan data penelitian dengan kuesioner lebih banyak dipilih oleh peneliti. Hal ini tidak terlepas dari kelebihan yang diberikan dan tidak bisa didapatkan dari metode pengumpulan data penelitian lainnya.
Namun, tidak ada gading yang tak retak. Meski kuesioner memiliki banyak kelebihan, pada dasarnya juga memiliki kelemahan atau kekurangan. Mengenal dua hal berbeda ini penting sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan efektivitas metode ini dalam pengumpulan data.
Jika dilihat dari sisi kelebihan, berikut adalah beberapa kelebihan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian:
Mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan kuesioner membantu memberi efisiensi dari banyak aspek. Pertama, dari segi waktu. Proses mengumpulkan data dengan kuesioner lebih singkat dibanding metode lain. Misalnya wawancara.
Sebab pertanyaan akan disebar, bisa secara daring dan dijawab responden sesuai waktu luang mereka. Biasanya dalam hitungan hari jawaban sudah didapatkan dan artinya data penelitian sudah didapatkan. Bandingkan dengan wawancara, jika lokasi narasumber jauh maka ada waktu ekstra selain proses wawancara itu sendiri.
Kedua, memberi efisiensi tenaga. Seperti contoh sebelumnya, mengumpulkan data dengan kuesioner lebih hemat tenaga karena peneliti tidak perlu bertatap muka dengan responden. Sebaliknya dengan wawancara, dimana peneliti harus bertemu atau meluangkan waktu untuk komunikasi via telepon, Chat WA, dll saat wawancara.
Ketiga, memberi efisiensi dari segi biaya, Kuesioner bisa disebar secara daring dalam bentuk tautan Google Doc. Sehingga tidak ada biaya cetak dan tidak ada biaya transportasi yang dikeluarkan oleh peneliti.
Bahkan saking efisien metode ini dalam mendukung pengumpulan data. Seorang peneliti bisa mendapatkan data dalam jumlah banyak dalam tempo singkat. Apalagi jika kuesioner dibagikan secara daring.
Kelebihan kedua dari pengumpulan data penelitian dengan kuesioner adalah mendapat data dengan validitas tinggi. Hal ini didapatkan karena pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh responden yang tepat dan memenuhi kriteria.
Selain itu, responden memiliki pengalaman pribadi yang membuatnya punya penilaian subjektif. Sehingga jawaban yang diberikan adalah sesuai pengalaman pribadi tersebut dan bukan karangan.
Data yang terlalu sedikit menyulitkan peneliti dalam melakukan analisis dan mendapat hasil penelitian yang valid. Sebaliknya, jika data terlalu banyak maka meningkatkan kemungkinan biaya penelitian membengkak.
Namun, kuesioner bisa berdiri di tengah-tengah dan menjadi solusi atas dua kondisi tersebut. Data yang didapatkan bisa sesuai kebutuhan dan target yang ditetapkan dengan mudah. Sebab kuesioner bisa dibagikan daring dan diisi oleh lebih banyak responden yang memenuhi kriteria.
Kuesioner yang dibagikan daring juga membantu menghemat biaya meski mendapatkan data dalam jumlah besar. Sehingga mengumpulkan data penelitian sebanyak-banyaknya tidak khawatir membuat biaya penelitian bengkak.
Kelebihan keempat dari kuesioner dalam proses pengumpulan data adalah bisa menjaga privasi responden. Jawaban yang diberikan responden bisa diberikan dengan leluasa. Bahkan tanpa perlu menyebutkan atau mencantumkan nama.
Sehingga jawaban tersebut tidak membahayakan keselamatan responden. Maupun membuat privasinya tidak aman. Peneliti kemudian bisa memodifikasi data responden sesuai permintaan yang bersangkutan.
Kelebihan yang terakhir dari metode kuesioner dalam mengumpulkan data penelitian adalah mudah dan juga cepat. Membagikan kuesioner berisi daftar pertanyaan kepada respon terbilang lebih mudah.
Jika kuesioner dicetak maka perlu dicetak sesuai jumlah responden dan tinggal datang ke lokasi yang ditentukan. Sehingga lebih mudah dibanding metode pengumpulan data lainnya. Termasuk dengan wawancara maupun pengamatan langsung di lokasi.
Kemudahan dan kecepatan pembagian kuesioner akan meningkat jika peneliti menggunakan teknologi internet. Misalnya membagikan kuesioner melalui media sosial, beriklan di media sosial, mengirimkan DM ke pengguna media sosial yang memenuhi kriteria, dll. Sehingga lebih mudah, cepat, dan praktis.
Sementara jika dilihat dari sisi kelemahan, metode pengumpulan data dengan kuesioner juga punya kekurangan. Salah satunya ada kemungkinan responden tidak kritis dan tidak bersedia memberi jawaban jujur. Sehingga asal dalam memilih jawaban dan menjelaskan alasannya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas data dan susah dideteksi peneliti.
Data dari kuesioner umumnya dalam bentuk kualitatif. Namun, seperti yang dijelaskan di awal, data dari kuesioner juga bisa dalam bentuk angka atau kuantitatif. Maka perlu memahami cara mengolah data kuesioner kuantitatif dengan baik dan benar.
Pada dasarnya, mengolah data dalam bentuk angka cenderung lebih mudah. Sebab secara sederhana, peneliti tinggal menghitung data dan menarik kesimpulan. Namun, semudah apapun perhitungan dan pendataan data penelitian tetap wajib teliti.
Ada banyak metode bisa digunakan dalam mengolah data kuesioner. Salah satu cara yang paling sering dipilih peneliti adalah mengolahnya di Excel. Apalagi untuk data kuantitatif. Berikut adalah tahapan dalam cara mengolah data kuesioner kuantitatif di Excel dikutip melalui website Mamikost:
Data kuesioner yang sudah didapatkan kemudian bisa langsung di input atau masuk ke aplikasi Excel. Proses input data bisa dilakukan sebagaimana mestinya. Sebab Excel sendiri dalam bentuk sel berisi rangkaian kolom dan baris.
Data yang masuk bisa masuk ke tabel sel tersebut dan diberi keterangan sesuai kebutuhan. Sehingga bisa membuat beberapa tabel untuk data yang beragam atau cukup satu tabel dengan beberapa informasi.
Memudahkan proses input data dari kuesioner yang dalam bentuk pertanyaan. Maka tidak mungkin menuliskan semua pertanyaan tersebut, karena akan memakan waktu. Jadi bisa diberi kode. Misalnya X1 untuk pertanyaan pertama, X2 untuk pertanyaan kedua, dan seterusnya.
Tahap kedua dalam cara mengolah data kuesioner dalam bentuk kuantitatif adalah menghitung jumlah data. Penghitungan jumlah data membantu peneliti memastikan semua data sudah sesuai.
Misalnya menyebar 100 lembar atau tautan kuesioner, maka akan ada 100 responden. Setidaknya, bisa mengecek jumlah responden. Jika kurang maka artinya ada data kuesioner yang belum masuk dan bisa dicek ulang.
Tahap ketiga adalah menganalisis data. Pada aplikasi Excel terdapat beberapa rumus atau fungsi. Silahkan menggunakan rumus yang sesuai kebutuhan untuk membantu mendapatkan hasil atau kesimpulan analisis data.
Biasanya, rumus Excel yang umum digunakan untuk mengolah data kuantitatif adalah SUM, AVERAGE, MIN, MAX, STDEV, dan lain sebagainya. Tentunya penentuan rumus Excel disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peneliti.
Tahap akhir dari cara mengolah data kuesioner kuantitatif adalah menarik kesimpulan. Jika didapatkan data terbesar di pertanyaan apa, terendah pada pertanyaan apa, standar deviasinya berapa, dan sebagainya. Maka bisa ditarik kesimpulan. Kesimpulan ini yang menjadi hasil penelitian.
Data penelitian yang dikumpulkan dengan kuesioner juga bisa dalam bentuk kualitatif. Misalnya tingkat kepuasan, penilaian pada kualitas pelayanan suatu perusahaan, dan sejenisnya. Data yang didapatkan tentu bukan angka.
Pengolahan data kuesioner kualitatif bisa dilakukan dengan beberapa metode. Ada dua metode yang cukup sering digunakan, yakni mengolah data dengan Excel dan dengan Skala Likert. Selain dua metode ini, masih ada beberapa metode lainnya.
Membantu membandingkan tata cara mengolah data kuesioner kuantitatif dengan kualitatif. Maka berikut adalah cara mengolah data dengan Excel untuk kuesioner kualitatif:
Tahap pertama adalah sama seperti pengolahan data untuk kuesioner kuantitatif di Excel yang sudah dijelaskan. Yakni menginput data di aplikasi Excel sebagaimana mestinya.
Pada tahap ini, pertanyaan di kuesioner bisa diberi kode. Sehingga lebih ringkas dan proses input data menjadi lebih cepat atau efisien. Jumlah pertanyaan, kolom, dan baris bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan.
Tahap kedua dalam cara mengolah data kuesioner kualitatif adalah melakukan coding pada jawaban pertanyaan. Pada tahap ini, secara sederhana peneliti perlu membuat versi numerik dari data yang bersifat nonnumerik.
Misalnya ada jawaban “Puas” dan “Tidak Puas”. Maka jawaban ini bersifat bukan angka dan Excel tidak mungkin bisa menghitung dan menganalisisnya. Maka diubah dalam versi angka.
Misalnya jawaban Puas diganti dengan angka 5 sementara Tidak Puas dengan angka 1 atau bahkan 0. Jika data bukan angka sudah diubah menjadi data angka, maka akan memudahkan proses pengolahan melalui aplikasi Excel. Yakni bisa masuk ke tahap berikutnya.
Tahap yang ketiga adalah mulai menghitung jumlah data. Baik masing-masing tabel yang sudah disusun dalam tahap input data di Excel. Maupun menghitung data tertentu untuk mendapat jumlah data, nilai rata-rata, standar deviasi, dll.
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis. Data kualitatif yang sudah diubah menjadi angka membantu proses perhitungan dan analisis lebih dalam. Jika didapatkan angka yang menunjukan tingkat kepuasan lebih tinggi.
Maka artinya hasil kuesioner adalah puas dengan suatu produk maupun layanan. Begitu pula sebaliknya. Sehingga data kuesioner bisa dianalisis dan bisa ditarik kesimpulan. Dimana penarikan kesimpulan adalah tahap akhir dari pengolahan data.
Tahap akhir dari proses pengolahan data kuesioner kualitatif adalah menarik kesimpulan. Hal ini seperti yang dijelaskan sekilas di poin sebelumnya. Dimana kesimpulan bisa didapatkan dari analisis hasil perhitungan data kualitatif di Excel.
Itulah penjelasan mengenai tata cara mengolah data kuesioner, baik data dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pengolahan data kuesioner memiliki banyak metode dan tidak hanya bisa dilakukan dengan aplikasi Excel. Jadi, peneliti bebas memilih metode yang mana disesuaikan kondisi dan kebutuhan.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…
Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…
Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…
Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…
Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…
Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…