Selain mengasah keterampilan mengajar dan meneliti, seorang dosen atau pengajar perlu mengasah keterampilan menulis dan perlu mempelajari tata cara meningkatkan kualitas tulisan.
Hal ini penting, karena dosen sendiri juga memiliki kewajiban untuk terus menulis dan mengurus publikasi ilmiah. Karya tulis yang dibuat tidak hanya berbentuk artikel ilmiah pada prosiding dan jurnal saja. Melainkan juga karya tulis berbentuk buku.
Memahami juga bahwa menulis bukan sebuah bakat bawaan lahir. Maka bisa menjadi motivasi bagi para dosen untuk terus berupaya meningkatkan keterampilan menulis. Lalu, apa saja upaya yang sebaiknya dilakukan dosen?
Sebelum membahas mengenai bagaimana cara meningkatkan kualitas tulisan dosen. Maka penting sekali untuk membahas hal-hal mendasar. Salah satunya mengenai apa itu menulis dan seberapa penting aktivitas ini bagi pelakunya.
Dikutip melalui website Universitas Negeri Yogyakarta, dijelaskan bahwa menurut Djibran (2008), menulis adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk tutur.
Menulis juga diketahui menjadi bagian dari keterampilan berbahasa. Dimana keterampilan berbahasa jenisnya ada 4 yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Menulis bahkan disebut sebagai keterampilan berbahasa dengan tingkat kesulitan dan kerumitan paling tinggi. Maka, tidak heran banyak orang merasa kesulitan menulis dan mengaku tidak memiliki bakat dalam menulis. Padahal, keterampilan menulis bukan bakat bawaan lahir.
Menulis bisa membantu seseorang untuk menuangkan isi pikiran dan perasaan, sehingga menjadi sarana melepas energi negatif. Bagi seorang akademisi, menulis bisa menjadi sarana untuk mengabadikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Sekaligus membuka akses bagi masyarakat luas untuk mempelajari ilmu dan wawasan tersebut.
Bicara mengenai cara meningkatkan kualitas tulisan, maka akan ikut membahas mengenai kriteria kualitas tulisan tersebut. Pada saat membaca, Anda tentu secara pribadi bisa menilai apakah tulisan tersebut berkualitas atau tidak.
Hal ini menunjukan bahwa tulisan tidak selalu berkualitas, dan seorang penulis wajib memahami kriteria dari tulisan berkualitas itu sendiri. Sehingga bisa menyusun tulisan yang memenuhi kriteria tersebut dan menghasilkan tulisan berkualitas.
Menurut Enre (1988), menjelaskan jika kriteria tulisan yang baik setidaknya ada 5. Mencakup a) bermakna, b) jelas, c) padu dan utuh, d) ekonomis, dan d) mengikuti kaidah gramatikal.
Jika dijabarkan, maka seperti dikutip dari website Ruang Menulis, dijelaskan secara lebih rinci mengenai kriteria tulisan yang baik seperti apa. Berikut detailnya:
Tulisan yang baik dan berkualitas adalah yang maknanya jelas. Suatu tulisan akan dianggap tidak menarik dan tidak penting jika maknanya tidak ada atau susah dipahami. Maka suatu tulisan harus ada makna di dalamnya yang disampaikan penulis kepada pembaca.
Kriteria yang kedua adalah tulisan yang dibuat memenuhi prinsip kebenaran dan etik. Kebenaran disini adalah menyampaikan informasi yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan, khususnya tulisan ilmiah. Sekaligus tidak melanggar etika apapun. Termasuk tidak plagiat, tidak ada falsifikasi, dll.
Kriteria yang ketiga adalah tulisan sesuai dengan keinginan penulis. Misalnya, tulisan diususn untuk menyampaikan makna A. Maka penulis wajib melakukan evaluasi untuk memastikan makna A tersebut sudah tersampaikan.
Kriteria yang keempat adalah tidak ada kesalahan penulisan dan kesalahan teknis lainnya. Jadi, evaluasi atau memeriksa hasil tulisan di tahap akhir sangat penting. Sebab jika ada kesalahan ketik, keliru memakai tanda baca, dll akan menurunkan kualitas tulisan tersebut.
Kriteria tulisan yang berkualitas berikutnya adalah enak dibaca dan bisa dibaca. Jadi, penting untuk penulis memposisikan diri sebagai pembaca. Sehingga bisa memastikan tidak ada unsur apapun yang bisa merusak kenyamanan pembaca saat membaca.
Kriteria keenam adalah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Maka isi tulisan sebaiknya berisi kosakata yang sudah sesuai EYD dan maknanya sesuai KBBI agar tidak keluar konteks.
Kriteria yang terakhir adalah tulisan tersebut mengalir untuk dibaca. Artinya, pembaca tidak mengalami kesulitan untuk membaca tulisan tersebut karena tidak ada kesalahan teknis. Sekaligus isi tulisan disampaikan secara runtut, sehingga bisa langsung dipahami dengan sekali baca.
Hal penting berikutnya yang harus dipahami mengenai cara meningkatkan kualitas tulisan adalah faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dikutip dari buku berjudul Cara Mudah Menjadi Guru Penulis karya Hery Nugroho (2011), dijelaskan ada 7 faktor yang mempengaruhi kualitas tulisan ilmiah. Yaitu:
Faktor pertama yang mempengaruhi kualitas tulisan adalah bakat menulis yang dimiliki. Meskipun menulis bukan bakat bawaan lahir, hanya saja beberapa orang memang terlahir dengan kemampuan menulis yang baik.
Misalnya, orang tersebut mudah berimajinasi sehingga mendukung penulisan karya fiksi. Contoh lain, seseorang sejak masih anak-anak sudah gemar membaca tanpa disuruh dan diberi contoh orang tuanya.
Memiliki bakat dalam menulis cenderung mendukung proses penulisan karya dengan kualitas yang baik. Sayangnya, bagi beberapa orang, bakat menulis bisa dipandang sebagai sandungan. Yakni ketika orang tersebut merasa tidak punya bakat menulis dan percuma belajar menulis.
Faktor yang kedua adalah pengetahuan dan juga wawasan. Seseorang yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Biasanya lebih mudah mengembangkan ide tulisan secara runtut, jelas, dan lengkap.
Sebaliknya, saat seseorang memiliki pengetahuan dan wawasan minim. Maka meskipun diberikan ide tulisan sederhana, biasanya kesulitan untuk mengembangkannya. Inilah alasan pentingnya rajin membaca dan menuntut ilmu formal, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan.
Faktor ketiga yang mempengaruhi kualitas tulisan adalah rasa percaya diri. Pada saat seseorang merasa percaya diri dengan tulisannya. Maka bisa dengan mudah mengembangkan ide tulisan dan mengurus publikasi. Jika ada kritikan maka dipandang sebagai kritikan yang membangun.
Sebaliknya, ada beberapa orang yang memang memiliki kepercayaan diri rendah dalam menulis. Alhasil, tidak pernah semangat dan konsisten menulis. Kualitas tulisan yang dibuat juga tidak memuaskan dan tidak pernah berkembang.
Faktor yang keempat adalah respon terhadap kritikan. Tidak ada penulis yang lepas dari kritikan, minimal dari editor penerbit. Hanya saja, respon setiap penulis berbeda-beda dan sangat mempengaruhi kualitas tulisan yang dibuat.
Jika seorang penulis merespon kritikan sebagai masukan dan bahan evaluasi, maka kualitas tulisannya akan berkembang. Sebaliknya, jika tidak pernah siap menerima kritikan maka sekali dikritik mental langsung drop dan tidak ada minat menulis lagi.
Faktor yang kelima adalah ketersediaan waktu untuk menulis. Harus diakui, semakin panjang durasi dalam menulis maka semakin mudah menghasilkan tulisan dengan kualitas baik.
Sebab penulis memiliki waktu cukup melakukan riset, mengembangkan ide dengan detail dan rinci, sekaligus ada waktu untuk melakukan evaluasi. Jadi, semakin minimnya waktu untuk menulis akan rentan menghasilkan tulisan dengan kualitas tidak maksimal.
Faktor berikutnya adalah mengenai pengetahuan tentang dunia publikasi. Seorang penulis yang paham dunia publikasi, maka akan paham standar yang digunakan. Sehingga karya tulis yang dibuat akan mengikuti standar tersebut.
Alhasil, tulisan yang dibuat memiliki kualitas yang baik dan mudah diterima redaksi penerbit. Begitu pula sebaliknya, semakin tidak paham dunia publikasi maka semakin asal-asalan dalam menulis.
Faktor terakhir yang ikut mempengaruhi kualitas tulisan adalah redaksi penerbit. Artinya, reaksi penerbit usai menerima naskah yang disusun akan menentukan semangat penulisnya untuk kembali menulis atau beralih profesi.
Tidak sedikit penulis yang mentalnya langsung jatuh saat mengetahui naskahnya ditolak redaksi penerbit. Namun, ada juga yang sebaliknya. Jika redaksi memberi penolakan, penulis tersebut akan belajar menerima kritikan dan menghindari kesalahan terulang. Hal ini akan meningkatkan kualitas tulisan.
Setelah memahami apa itu menulis, kriteria tulisan yang baik seperti apa, dan faktor apa saja yang bisa mempengaruhi kualitas tulisan. Maka penting pula untuk segera mengetahui tata cara meningkatkan kualitas tulisan.
Cara ini pada dasarnya bisa diterapkan semua orang yang ingin menulis, sehingga tidak hanya bisa diterapkan para dosen. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah sejumlah cara yang bisa dicoba:
Cara yang pertama dalam upaya meningkatkan kualitas tulisan, seperti dikutip dari website IDN TImes adalah mulai rajin membaca. Membaca bisa membantu memperluas wawasan dan memahami banyak topik.
Pada saat suatu topik yang pernah dibaca dikembangkan menjadi tulisan, maka proses penulisan naskah menjadi lebih mudah. Isi pembahasan bisa lebih runtut, jelas, dan mudah dipahami pembaca.
Aktivitas membaca disini tidak harus buku-buku ilmiah. Bisa juga buku apapun, termasuk novel karena inspirasinya sudah tentu fakta di lapangan. Selain itu bisa juga dari artikel pada jurnal dan sumber literatur lainnya.
Cara meningkatkan kualitas tulisan yang kedua adalah bergabung dengan komunitas penulis. Melalui komunitas ini, Anda bisa bertemu dengan lebih banyak orang yang memiliki minat yang sama. Bahkan kesulitan yang sama dalam menulis.
Sehingga bisa saling sharing untuk saling berbagi solusi. Bagi dosen, bergabung dengan komunitas membuka jaringan baru. Sehingga di masa mendatang ada kesempatan berkolaborasi dalam menulis buku maupun artikel ilmiah.
Tidak ada penulis di dunia ini yang bebas dari kritikan dan saran. Terutama kritikan dari editor penerbit. Bahkan penulis besar dan sudah sering menerbitkan buku, juga bisa tetap menerima kritikan.
Jadi, salah satu upaya atau cara meningkatkan kualitas tulisan adalah belajar untuk bijak menerima kritikan yang diterima. Baik itu dari editor, pembaca, sanak famili, dan sebagainya.
Sebab, kritikan disini bisa membantu Anda menemukan kesalahan yang tidak disadari. Sehingga bisa belajar untuk menghindari kesalahan tersebut. Perlahan kualitas tulisan akan meningkat dengan semakin minimnya kesalahan.
Cara yang keempat untuk meningkatkan kualitas tulisan adalah selalu belajar dari kesalahan. Pertama, bisa diawali dengan memahami kritikan yang diterima dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang memicu kritikan tersebut.
Kedua, Anda bisa membaca karya tulis yang disusun di awal-awal karir. Sebagai penulis pemula dan terus berkembang dengan konsisten menulis. Dijamin akan langsung menemukan kesalahan pada karya terdahulu.
Jadi, dengan membaca ulang maka bisa belajar dari kesalahan tersebut dan mencegahnya terulang kembali. Usahakan tidak berhenti berkarya dan bisa dibaca di kemudian hari sebagai media belajar mengembangkan kualitas tulisan.
Salah satu cara meningkatkan kualitas tulisan yang terbaik adalah konsisten menulis. Konsistensi akan membantu mengembangkan kualitas tulisan sedikit demi sedikit.
Hal ini terjadi, karena ketika menulis maka ada proses mengasah keterampilan menulis tersebut. Pada tahap akhir, akan dilakukan evaluasi dengan membaca ulang dan memperbaiki kesalahan.
Kebiasaan ini kemudian terpatri dalam ingatan, sehingga tidak lagi melakukan kesalahan serupa. Sehingga kualitas tulisan terus berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, jangan berhenti menulis satu judul buku. Bahkan 1.000 judul buku pun terasa masih sedikit untuk menjadi alasan pensiun menulis.
Cara yang keenam untuk meningkatkan kualitas tulisan adalah mengasah keterampilan menulis tersebut. Salah satu cara termudah dan bisa dilakukan di rumah atau bahkan dimana saja, adalah membaca buku tentang keterampilan menulis.
Ada banyak buku di pasaran yang membantu pembaca untuk mengasah keterampilan menulis. Silahkan dibeli, dibaca, dan diterapkan untuk meningkatkan keterampilan menulis. Hal ini ikut mendorong peningkatan kualitas tulisan yang dibuat.
Cara meningkatkan kualitas tulisan berikutnya adalah dengan mengikuti workshop menulis. Hal ini sejalan dengan penjelasan sebelumnya, dimana bisa membantu mengembangkan keterampilan menulis.
Workshop menulis membantu peserta untuk memahami kiat-kiat dalam menulis, tahapan menulis yang baik dan benar, dan detail lainnya. Sehingga lebih percaya diri dalam menulis dan mengurus proses publikasi.
Selain workshop, bisa juga mengikuti pelatihan kepenulisan. Salah satunya seperti yang rutin diselenggarakan oleh Penerbit Deepublish. Setiap bulan, diadakan pelatihan penulisan yang membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas karya tulis.
Cara meningkatkan kualitas tulisan yang terakhir adalah terus meningkatkan perbendaharaan kata. Sebab salah satu kendala dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan adalah minimnya perbendaharaan kata yang dikuasai.
Seorang penulis yang memiliki pemahaman kosakata sangat banyak. Tidak akan pernah kesulitan mengembangkan suatu ide menjadi karya tulis utuh. Sebab paham betul bagaimana menjelaskan ide tersebut sesuai dengan pemahaman yang didapatkan.
Ada banyak cara bisa dilakukan untuk meningkatkan perbendaharaan kata. Misalnya dengan memperbanyak membaca, memperbanyak mengobrol dengan orang sekitar, menonton acara berita, dan lain sebagainya.
Selain menerapkan beberapa cara di atas, Anda yang berhadapan dengan minimnya waktu menulis dan tengah mengurus hal lain. Namun ternyata sudah dikejar deadline, maka bisa menggunakan jasa profesional. Salah satunya jasa parafrase.
Penerbit Deepublish menyediakan Jasa Parafrase yang membantu para dosen untuk melakukan parafrase pada karya tulisnya. Termasuk konversi dari artikel ilmiah menjadi buku.
Layanan ini bisa membantu melakukan penyesuaian dan penambahan materi, sehingga isi buku semakin berkualitas dan mudah dipahami para pembaca. Selain tersedia jasa parafrase reguler, juga disediakan parafrase advance untuk disesuaikan kebutuhan dosen.
Naskah yang diserahkan akan dikerjakan oleh tim profesional dan bersertifikasi BNSP. Selain itu, buku yang disusun dan diterbitkan juga dijamin sesuai dengan standar Ditjen Dikti. Jadi, jangan ragu menggunakan jasa parafrase dari Penerbit Deepublish dengan mengunjungi tautan https://penerbitdeepublish.com/features/parafrase/.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik cara meningkatkan kualitas tulisan dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke kolega Anda. Semoga bermanfaat.
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…
Kemajuan teknologi memberi kemudahan dalam mengecek plagiarisme. Salah satunya melalui teknologi AI untuk cek plagiarisme.…
Melakukan kegiatan apapun tentu perlu dinilai untuk diketahui berhasil tidaknya mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.…