Salah satu aspek penting dalam penyusunan karya tulis ilmiah adalah sitasi. Sitasi ini perlu menyesuaikan dengan jenis gaya sitasi yang digunakan. Ada banyak pilihan gaya sitasi, salah satunya adalah daftar pustaka Turabian Style.
Bagi beberapa orang, termasuk akademisi, Turabian Style ini masih asing di telinga. Sebab memang sedikit yang membahas mengenai gaya sitasi jenis ini. Namun, gaya sitasi ini masih tetap digunakan, khususnya di lingkungan akademik seperti perguruan tinggi.
Jika Anda dosen atau mungkin mahasiswa, sangat mungkin karya tulis untuk ruang lingkup kampus menggunakan gaya sitasi ini. Sehingga perlu memahami dan mengenalnya dengan baik. Berikut informasinya.
Dikutip melalui website Mind the Graph, Turabian Style adalah gaya atau format penulisan daftar pustaka yang merupakan penyederhanaan dari Chicago Manual of Style (CMS). Gaya sitasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Kate L. Turabian yang merupakan dosen di University of Chicago.
Gaya sitasi ini terus berkembang dan semakin banyak digunakan di lingkungan perguruan tinggi. Sebab dinilai menjadi gaya sitasi yang fleksibel dan cocok diterapkan untuk berbagai bidang keilmuan.
Seperti yang diketahui, MLA Style lebih cocok digunakan untuk karya tulis ilmiah di bidang ilmu humaniora. Sementara APA Style lebih cocok digunakan untuk karya tulis ilmiah di bidang ilmu sosial. Sebab masing-masing punya ketentuan dalam sitasi.
Pada APA Style, tidak mengenal footnote sehingga tidak ada Notes and Bibliography Style sebagaimana pada MLA Style. Hal ini yang menjadikannya lebih cocok untuk bidang keilmuan tertentu.
Dalam dunia publikasi ilmiah, hal ini tidak menjadi masalah. Apalagi pada publikasi jurnal, dimana setiap jurnal memiliki fokus atau scope di bidang keilmuan spesifik. Namun, menjadi kurang ideal diterapkan di perguruan tinggi yang mengajarkan banyak bidang keilmuan (program studi).
Oleh sebab itu, daftar pustaka Turabian Style menjadi solusi yang bisa diterapkan di berbagai bidang keilmuan. Sehingga lebih familiar penggunaannya untuk internal perguruan tinggi. Misalnya menyusun daftar pustaka dan kutipan pada makalah, paper, skripsi, tesis, dan disertasi. Dimana hanya untuk internal kampus, bukan untuk dipublikasikan.
Terdapat dua pilihan cara menuliskan sumber rujukan dalam kutipan maupun daftar pustaka Turabian Style. Cara pertama, penulis bisa memakai format Notes and Bibliography Style atau membuat catatan kaki.
Sehingga, penulis bisa menuliskan dulu kutipan dan memberi penanda berupa angka yang dicetak dengan format superskrip. Baru kemudian penjelasan sumber lebih rinci ditempatkan di bagian paling bawah, yakni pada footer.
Cara kedua, penulis membuat kutipan dengan Author-Date Style. Sehingga sumber rujukan ditulis langsung di dalam kutipan, baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung. Sumber rujukan bisa ditulis di awal sebelum kutipan, bisa juga di akhir kutipan tersebut.
Lalu, bagaimana dengan aturan penulisan daftar pustaka Turabian Style? Unsur di dalam daftar pustaka memakai gaya sitasi ini adalah nama penulis, judul karya, kota terbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Berikut contohnya:
Smith, John. Sejarah Pendidikan. New York: Education Press, 2010.
Berdasarkan informasi dari Chat GPT versi 4, yang diakses pada 13 Desember 2024. Berikut adalah beberapa aturan dalam menyusun daftar pustaka menggunakan Turabian Style:
Aturan yang pertama adalah mengenai cara mengurutkan seluruh daftar rujukan yang digunakan. Dalam Turabian Style, urutan disesuaikan dengan urutan alfabetis. Sehingga rujukan dari penulis yang namanya huruf A akan ditempatkan paling awal.
Daftar berikutnya untuk penulis dengan nama dari huruf B, C, dan seterusnya sampai huruf Z. Urutan ini membuat penyusun karya tulis perlu membuat rancangan daftar pustaka. Jika sudah, baru dimasukan ke bab daftar pustaka dengan diurutkan sesuai urutan alfabetis.
Aturan yang kedua di dalam daftar pustaka Turabian Style adalah menggunakan indentasi hanging. Indentasi hanging adalah format penulisan di mana baris pertama dari suatu paragraf atau entri dimulai rata kiri, sementara baris berikutnya dibuat masuk lebih dalam.
Jarak masuk ke dalam ini dalam Turabian Style adalah 1/2 inci atau 1,27 cm. Sehingga baris kedua di setiap daftar rujukan akan terlihat menjorok ke dalam. Aturan ini tentu persis seperti aturan penulisan daftar pustaka dalam bahasa Indonesia.
Aturan ketiga dalam Turabian Style adalah aturan penulisan nama pengarang. Dalam gaya sitasi ini, nama pengarang ditulis terbalik. Yakni nama belakang ditempatkan di depan, kemudian dipisahkan tanda koma (,) baru ditulis nama depannya.
Misalnya, rujukan yang dipakai adalah karya dari Dewi Susanti. Maka ketika masuk daftar pustaka, ditulis terbalik menjadi “Susanti, Dewi”. Apabila terdiri dari tiga suku kata, maka nama paling belakang ditulis di awal. Dua suku kata lain ditulis berurutan setelah tanda koma (,).
Sementara untuk karya yang dirujuk ternyata ditulis lebih dari satu penulis. Misalnya tiga penulis, empat penulis, dan seterusnya. Maka nama yang dibalik adalah penulis pertama. Penulis lain ditulis namanya tanpa dibalik dan dipisahkan tanda koma.
Aturan keempat dalam menyusun daftar pustaka Turabian Style adalah terkait penulisan judul. Dalam gaya sitasi ini, penulisan judul dicetak miring atau Italic. Jika disusun secara manual, misalnya ditulis tangan maka diberi tanda berupa garis bawah.
Aturan selanjutnya adalah mengenai urutan penulisan setiap unsur daftar pustaka. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, unsur dalam Turabian Style ini mencakup nama penulis, judul karya, kota terbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan.
Urutannya adalah sesuai urutan tersebut. Jadi format untuk penulisan daftar pustakanya adalah sebagai berikut:
nama penulis (dibalik). judul rujukan (dicetak miring). kota terbit: nama penerbit. tahun terbit.
Berikut penjelasannya dalam contoh:
Smith, John. Sejarah Pendidikan. New York: Education Press, 2010.
Seperti yang diketahui, pada saat menyusun karya tulis ilmiah maka akan digunakan banyak rujukan. Sumbernya tidak hanya dari buku ilmiah, melainkan bisa dari makalah, skripsi, artikel pada jurnal, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa contoh penulisan daftar pustaka Turabian Style dari berbagai sumber rujukan:
Smith, John. The History of Ancient Civilizations. New York: Oxford University Press, 2020.
Brown, Lisa. “The Rise of Urban Societies.” In *The World of Early Cities*, edited by Mark Taylor, 45–67. Chicago: University of Chicago Press, 2018.
Johnson, Emily. “The Evolution of Social Behavior.” *Journal of Anthropology* 22, no. 4 (2021): 345–367.
Green, Michael. “Economic Recovery in Post-War Europe.” *New York Times*, April 15, 2019.
Carter, Sarah. “Digital Humanities in the 21st Century.” Accessed December 10, 2024. https://www.digitalhumanities.org.
Meskipun lebih umum digunakan di lingkungan akademik atau perguruan tinggi. Namun, penulisan daftar pustaka Turabian Style diketahui memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan gaya sitasi lain. Diantaranya adalah:
Sesuai penjelasan di atas, tentunya Turabian Style bisa digunakan untuk berbagai jenis sumber. Jika penulis memakai buku dan artikel pada jurnal, maka keduanya bisa ditulis sesuai format Turabian Style.
Sehingga tidak ada kesulitan untuk menuliskan daftar pustaka memakai gaya sitasi ini, apapun jenis sumber yang digunakan. Hal ini tentu memberi fleksibilitas kepada penulis untuk memilih sumber jenis apapun.
Kelebihan kedua adalah format yang konsisten. Meskipun mendukung untuk penulisan daftar pustaka dari berbagai sumber. Namun, formatnya tetap sama. Dimana diawali dengan menuliskan nama penulis dan diakhiri tahun terbit.
Format yang konsisten memudahkan penulis menyusun daftar pustaka dengan benar dan minim kesalahan. Lain halnya dengan gaya sitasi lain, dimana urutan unsur penulisan daftar pustaka akan berbeda jika sumbernya juga berbeda. Hal ini tentu lebih memusingkan.
Kelebihan selanjutnya dari Turabian Style adalah terdapat dua pilihan cara dalam mengutip dan mencantumkan sumbernya. Penulis bebas hendak memakai catatan kaki atau mencantumkan sumber secara langsung di kutipan. Keduanya sah dalam gaya sitasi ini, tentunya dengan format yang dipastikan sudah sesuai.
Kelebihan lain dari Turabian Style ini adalah kecocokannya dengan berbagai bidang keilmuan. Baik itu ilmu alam, ilmu sosial, maupun humaniora. Sehingga sangat cocok digunakan di lingkungan perguruan tinggi yang membuka berbagai program studi.
Hal ini memudahkan dosen dalam mengoreksi tugas mahasiswa dalam bentuk karya tulis. Dimana ada format yang konsisten untuk penulisan daftar pustaka dan sumber pada kutipan meskipun lintas bidang keilmuan. Mahasiswa lintas program studi juga bisa saling berdiskusi dan mengoreksi saat melakukan sitasi.
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…
Kemajuan teknologi memberi kemudahan dalam mengecek plagiarisme. Salah satunya melalui teknologi AI untuk cek plagiarisme.…
Melakukan kegiatan apapun tentu perlu dinilai untuk diketahui berhasil tidaknya mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.…