Dosen adalah salah satu profesi yang tidak mudah ya. Selain bertugas sebagai pendidik, dosen juga memiliki tugas-tugas profesi lainnya. Belum lagi, waktu pendidikan yang tidak sebentar untuk meraih gelar minimal S2. Ya, menjadi dosen setidaknya minimal mempunyai gelar pendidikan S2 atau setingkat magister, bahkan dibeberapa universitas negeri sudah menganjurkan gelar S3 atau setara doktor. Selain itu, dosen harus memiliki JJA atau Jenjang Kepangkatan Akademik, serta memiliki NIDN atau Nomor Induk Dosen Nasional.
Selain syarat administratif yang harus dipenuhi, seorang dosen juga dituntut bisa menulis artikel pada jurnal-jurnal yang memiliki reputasi internasional dan telah terakreditasi dengan baik dan benar. Tak heran ada peraturan tidak tertulis jika dosen harus bisa menerbitkan buku, dalam bentuk jurnal ataupun buku sesuai bidang yang dikuasai.
Tidak sulit mengerti alasan ini, karena seorang dosen menjadi key person yang membawa perubahan melalui ilmu yang mereka miliki dan berbasis pada merubah manusia atau mahasiswa menjadi pemain dalam mengelola negara dan bangsa ini. Selain itu dosen harus memiliki jiwa yang mampu mengubah, mengembangkan, dan memperluas ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dimiliki melalui dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Dalam perkembangannya, setiap dosen di Indonesia kini mendapatkan kesempatan sertifikasi dosen yang dibiayai oleh Negara melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (RistekDikti). Sertifikat dosen berfungsi sebagai alat bukti formal yang diberikan kepada dosen sebagai tenaga professional dengan memenuhi persyaratan yang diminta, seperti harus mempunyai jenjang akademik minimal asisten ahli, pengalaman mengajar minimal 2 tahun dan pernyataan diri tentang kontribusi dosen yang bersangkutan dalam pelaksanaan dan pengembangan tridharma perguruan tinggi. Sertifikasi dosen mewajibkan setiap dosen untuk melaporkan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi itu setiap semester dalam 1 tahun pengajaran.
Kewajiban dalam melaporkan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi termasuk juga dalam menulis artikel atau buku. Untuk membantu pada dosen agar mampu menulis artikel yang bereputasi internasional, lembaga pendidikan tinggi secara berkala dan terus menerus memberikan bimbingan teknis bagi para dosen di seluruh nusantara ini. Maka sangat dihimbau supaya dosen mampu untuk menulis buku. Selain kebutuhan sertifikasi dosen, kewajiban dosen sebagai agen intektual membuat mereka tidak bisa lepas dari aktivitas menulis buku. Semakin produktif dosen dalam menulis buku juga cukup berpengaruh pada jumlah buku yang beredar di Indonesia.
Lantas, kenapa dosen harus menulis buku seperti jurnal internasional? Dilansir dari laman okezone, Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti mengatakan, dosen harus mau meneliti dan menulis jurnal internasional. Jangan hanya memikirkan jumlah pembacanya. Mengingat budaya mahasiswa Indonesia yang masih rendah minat baca, apalagi orang lain. Dengan menerbitkan buku jurnal, Kemristekdikti dapat mengakui buku jurnal Anda. Berbeda dengan menulis di koran yang mungkin banyak dibaca orang, tetapi tidak diakui oleh Kemristekdikti.
Sudah menjadi tugas dosen untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan tulisan di koran masih general. Berbeda dengan di jurnal, karena pembacanya juga dari kalangan yang sama sehingga lebih mudah dalam mentransfer ilmu yang bersangkutan. Ditambah dengan menulis buku, dosen dituntut menulis dengan logis dan bisa diverifikasi. Harus ada kebenaran, bukan tulisan abal-abal apalagi hanya mimpi.
Tidak melulu soal syarat administrasi dosen yang mengharuskan membuat buku dan jurnal. Disadari atau tidak, ketika dosen memutuskan untuk menulis buku ia mendapatkan beberapa manfaat yang baik bagi dirinya sendiri. Buku yang ia tulis akan melatih kreativitas dosen tersebut. Menulis buku tentu membutuhkan konsep dan visual yang jelas karena akan disebarluaskan kepada mahasiswa. Tuntutan itu akan meningkatkan kreativitas dosen untuk menyusun buku pada setiap materi yang dipilih.
Misalnya buku pelajaran yang ditulis membutuhkan suatu ilustrasi, maka dosen harus menyusun dan mengambil rujukan pada sumber yang jelas. Mereka juga harus memperhatikan sumber-sumber rujukan yang relevan, bereputasi, dan terbaru minimal dalam lima tahun terakhir. Misalnya untuk data statistik, sebaiknya menggunakan data lembaga yang relevan dan terbaru (tahun terakhir). Sementara dosen harus lebih kreatif lagi karena di dalam buku jurnal ilustrasi yang berasal dari textbook harus dihindari. Ilustrasi disajikan dengan jelas, sederhana dan mudah dipahami, untuk mendukung bahasan tertentu dalam buku.
Selain itu, menulis buku bagi seorang dosen bisa melatih dirinya supaya lebih fasih dalam menulis karyanya sendiri alias mencegah plagiarism. Saat bukunya nanti diterbitkan, tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, namun juga mendapatkan royalti atau keuntungan finansial bagi penulis buku.
Menulis buku juga menjadi langkah lanjutan dari proses menulis buku ajar, jurnal, dan artikel publikasi dosen. Semakin banyak publikasi buku, jurnal, maupun artikel akan menjadi tolak ukur seberapa jauh sistem pendidikan di Indonesia. Dari 45 perguruan tinggi negeri dan 1400 perguruan tinggi swasta di Indonesia nyatanya baruu seperdelapan (0,125%) dosen yang menuliskan publikasi baik dalam bentuk jurnal, artikel, maupun buku. Padahal diperkirakan jumlah akademisi di Indonesia mencapai 1.850.000 akademisi.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya minat baca yang masih rendah. Minat baca akan berpengaruh pada minat menulis. Tak heran jika masih banyak dosen yang kurang dalam hal untuk menerbitkan tulisannya sendiri. Padahal terlepas dari suka atau tidak menulis, sebenarnya dosen telah memiliki banyak topik yang bisa ditulis melalui berbagai pengalaman dari penelitian yang dilakukan di lingkungan akademis. Berbagai penelitian yang dilakukan dosen, baik berasal dari proyek ataupun individu tentu bisa dijadikan sumber inspirasi untuk menulis buku ajar. Selain itu, Kemristekdikti juga telah banyak mengadakan pelatihan menulis dengan harapan dosen dapat semakin aktif dalam mempublikasi karya tulis mereka.
Kewajiban dosen menulis dan memprodusi buku (baik ajar maupun teks) itu diatur Undang-undang (UU), antara lain UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi dan UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta sejumlah regulasi yang dikeluarkan Kemenristek dan Dikti. Dengan adanya aturan tersebut berarti memang dosen diwajibkan untuk menulis buku. Paksaan ini tentu bertujuan baik untuk membantu komunikasi antar mahasiswa. Misalnya dengan setiap satu kali ajar bisa ditulis 15 hingga 20 lembar per materi, tentu akan memudahkan mahasiswa dalam memahami materi ajar.
Berbagai penelitian yang dilakukan dosen, baik berasal dari proyek ataupun individu akan lebih mudah dipahami jika disatukan dalam bentuk buku. Penelitian bisa dijadikan sumber referensi dan inspirasi untuk menulis buku. Buku yang diterbitkan bisa menjadi tambahan sumber ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh mahasiswa di kelas. Sehingga ketika dosen berhalangan hadir atau ada materi yang masih belum jelas saat bertatap muka, dosen bisa merekomendasikan buku yang ia tulis sebagai literatur lainnya. Dengan begitu mahasiswa tidak perlu bingung mencari buku yang sesuai dengan topik karena dosennya sendiri yang menulis buku. Dosen pun akan lebih mudah dalam promosi buku, sebab buku yang ditulis jelas dibutuhkan mahasiswa. Dengan cara ini, proses belajar mengajar di dalam kelas akan lebih kondusif karena kehadiran buku tersebut tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa, tetapi juga bagi dosen.
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini: KIRIM NASKAH
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
Kontributor: Novia Intan
Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…
Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…
Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…
Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…
Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…