Salah satu kunci sukses wawancara dalam penelitian adalah menentukan jenis pertanyaan pada wawancara tersebut dengan tepat. Jenis pertanyaan dalam wawancara cukup beragam dan tentunya harus diterapkan sesuai konteks.
Wawancara yang ditunjang dengan pertanyaan tepat dan mendalam. Tentunya akan membantu mendapatkan data yang kompleks dan validitasnya tinggi. Lalu, apa saja jenis-jenis dari pertanyaan wawancara? Berikut informasinya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi wawancara dalam konteks penelitian adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan langsung dengan individu untuk memperoleh informasi tentang pemikiran, pengalaman, dan perilaku mereka.
Percakapan antara peneliti dengan narasumber ini terbentuk melalui pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jadi, pertanyaan wawancara adalah rangkaian pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara kepada narasumber untuk mendapatkan informasi (data).
Pertanyaan yang diajukan peneliti biasanya lebih dari satu. Kemudian, jenis pertanyaan pada wawancara tersebut cukup beragam. Peneliti memiliki kebebasan menentukan jenis yang mana untuk membantu mendapatkan data yang lebih mendalam dan kompleks.
Pertanyaan dalam wawancara bisa disiapkan peneliti sebelum wawancara berlangsung. Namun, bisa juga ditanyakan secara spontan sepanjang wawancara tersebut berlangsung. Hal ini disesuaikan dengan jenis wawancara yang dilaksanakan. Apakah wawancara terstruktur, semi terstruktur, atau tidak terstruktur.
Sesuai penjelasan sebelumnya, jenis pertanyaan pada wawancara sangat beragam. Menurut Patton dalam Molleong (2002) dalam buku karya Sugiyono (2013) berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, menjelaskan jenis pertanyaan wawancara ada 6. Berikut penjelasannya:
Jenis pertanyaan yang pertama dalam wawancara penelitian adalah pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman. Yaitu, pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subjek yang diteliti dalam hidupnya,
Pada saat peneliti ingin mengetahui apa yang dialami, dirasakan, persepsi, dan detail lain berkaitan dengan pengalaman narasumber. Maka jenis pertanyaan ini akan diajukan.
Sehingga peneliti bisa memahami peristiwa dari pengalaman tersebut. Kemudian menggali lebih dalam lagi. Misalnya bagaimana situasinya, apa penyebabnya, dampaknya, dan sebagainya. Berikut beberapa contoh pertanyaan jenis ini:
Jenis pertanyaan pada wawancara yang kedua adalah pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat. Yaitu jenis pertanyaan dalam wawancara yang digunakan untuk mengetahui pendapat dari narasumber mengenai suatu topik (fenomena, masalah, maupun data dari sumber lain).
Jadi, pertanyaan ini bisa diajukan ketika peneliti ingin mengetahui pendapat personal dari narasumber terkait suatu topik atau suatu hal. Selain itu, pertanyaan ini juga bisa diajukan pada saat ingin mengetahui pendapat narasumber terkait data dari sumber lain.
Contohnya, peneliti mendapat data dari artikel berita yang menjelaskan daerah X rawan jambret. Maka Kepala Desa daerah X tersebut menjadi narasumber dan diminta menjelaskan pendapatnya mengenai berita tersebut. Berikut beberapa contoh lain dari jenis pertanyaan satu ini:
Jenis ketiga dari pertanyaan wawancara penelitian adalah pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan. Yaitu jenis pertanyaan pada wawancara yang digunakan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh narasumber.
Secara umum, pertanyaan jenis ini akan diajukan peneliti ketika sudah mengajukan beberapa pertanyaan sebelumnya. Sebab pada pertanyaan ini akan melibatkan apa yang dirasakan narasumber. Sehingga ada emosi di dalamnya.
Maka secara etika dan secara struktur pengajuan pertanyaan dalam wawancara, pertanyaan jenis ini kurang cocok menjadi pertanyaan pembuka. Peneliti perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan dasar dan sederhana.
Baru kemudian sampai ke pertanyaan lebih mendalam, dan jenis ini termasuk di dalamnya. Berikut beberapa contoh pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan narasumber:
Jenis pertanyaan pada wawancara selanjutnya adalah pertanyaan tentang pengetahuan. Pertanyaan tentang pengetahuan adalah pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui apa yang diketahui narasumber terkait suatu topik atau suatu peristiwa.
Secara umum, pertanyaan jenis ini diajukan untuk menggali pengetahuan dari narasumber terkait suatu peristiwa atau kejadian. Dimana peristiwa tersebut berkaitan erat dengan kepakarannya maupun karena narasumber dekat atau justru berada di lokasi kejadian. Berikut beberapa contoh pertanyaan jenis ini:
Jenis kelima dari pertanyan dalam wawancara adalah pertanyaan yang berkaitan dengan indera. Yaitu jenis pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui data dilihat, didengar, diraba, dan dicium (bau atau aromanya) oleh narasumber terkait suatu peristiwa.
Secara sederhana, pertanyaan jenis ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh indra narasumber. Mulai dari indra penglihatan, pendengaran, dan lain sebagainya pada suatu kejadian atau peristiwa. Berikut beberapa contih pertanyaan jenis ini:
Jenis pertanyaan pada wawancara yang terakhir adalah pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi. Yaitu pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subjek penelitian yang dipelajari.
Latar belakang yang ditanyakan peneliti disini bisa mencakup pertanyaan mengenai status sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan dan lain sebagainya.
Pertanyaan ini bisa menjadi pertanyaan pembuka, karena sifatnya mendasar. Sekaligus berkaitan dengan pribadi dari narasumber. Pertanyaan ini juga membantu peneliti mengenal dan memahami narasumber dengan lebih baik. Berikut beberapa contoh pertanyaannya:
Selain beberapa jenis pertanyaan tersebut, jenis pertanyaan pada wawancara sebenarnya lebih kompleks lagi. Setiap ahli atau pakar di bidangnya diketahui mengemukakan jenis-jenis yang cukup berbeda satu sama lain.
Namun, secara umum dalam kegiatan wawancara yang diterapkan dalam penelitian maupun jurnalistik setidaknya ada 3 jenis pertanyaan. Dikutip melalui Pressbooks, berikut penjelasan 3 jenis pertanyaan yang dimaksud:
Jenis pertanyaan wawancara yang pertama adalah pertanyaan tertutup atau closed ended questions. Pertanyaan tertutup adalah jenis pertanyaan langsung yang diajukan peneliti untuk mendapatkan data atau jawaban yang tepat.
Sehingga pada pertanyaan ini, pilihan jawaban sudah ada dan tegas serta jelas. Misalnya jawabannya antara “iya” dan “tidak”. Kemudian “tahu” dan “tidak tahu”, “suka” dan “tidak suka”, dan sejenisnya.
Sifat jawaban yang terbatas dan tidak memberi kesempatan bagi narasumber menjelaskan lebih lanjut. Maka pertanyaan ini disebut pertanyaan tertutup. Berikut beberapa contohnya:
Jenis kedua adalah pertanyaan terbuka atau open ended questions dan merupakan kebalikan dari pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberi kebebasan bagi narasumber untuk menjawab dengan penjelasan lebih.
Pada pertanyaan ini, biasanya jawaban dari narasumber bersifat deskriptif. Namun bisa juga bersifat naratif, karena bergantung pada bentuk pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Jawaban yang diberikan narasumber kemudian lebih fleksibel dan leluasa. Narasumber bisa memberi penjelasan sesuai dengan apa yang mereka ketahui, rasakan, dan detail lainnya serinci mungkin. Berikut beberapa contoh pertanyaannya:
Jenis pertanyaan pada wawancara selanjutnya adalah pertanyaan pendalaman atau penelusuran. Sering juga disebut dengan istilah probing questions yang merupakan penyebutan dalam bahasa Inggris.
Pertanyaan pendalaman adalah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk memperdalam atau memperjelas jawaban sebelumnya dari narasumber. Sehingga pertanyaan ini merupakan pertanyaan lanjutan atau tambahan.
Bentuk pertanyaan akan disesuaikan dengan jawaban dari pertanyaan sebelumnya. Sekaligus pada aspek apa yang ingin diketahui lebih mendalam oleh peneliti. Apalah meminta diceritakan lebih rinci, meminta narasumber menjelaskan perasaannya, dan sebagainya. Berikut beberapa contoh pertanyaannya:
Setelah memahami apa itu pertanyaan dalam wawancara penelitian. Sekaligus berbagai jenis pertanyaan pada wawancara. Maka penting juga untuk memahami bagaimana menyusun pertanyaan yang baik dalam wawancara tersebut.
Pertanyaan yang baik dan tepat akan mendorong adanya jawaban yang baik dan mendetail dari narasumber. Maka ada beberapa ketentuan terkait pertanyaan yang diajukan dalam wawancara tersebut. Diantaranya adalah:
Ketentuan pertama, pertanyaan yang disusun dan diajukan ke narasumber harus relevan dengan topik penelitian. Sebab semakin relevan, semakin tepat data yang berhasil didapatkan. Sehingga sesuai kebutuhan.
Selain itu, pertanyaan yang dibuat relevan akan menjaga fokus. Sehingga pertanyaan berkutat terkait topik tanpa melebar kemana-mana. Hal ini penting agar wawancara efektif dan efisien. Apalagi jika narasumber tergolong super sibuk.
Ketentuan kedua, pertanyaan disusun atau disampaikan dengan bahasa yang baik dan benar. Jadi, sangat penting untuk menjaga tetap formal. Misalnya selalu menggunakan kosakata ragam baku dan jika tertulis, pastikan ditulis sesuai kaidah dalam EYD (Ejaan yang Disempurnakan).
Kenapa ini penting? Sebab ketika pertanyaan disusun seformal mungkin dan seprofesional mungkin. Maka pertanyaan menjadi jelas, mudah dipahami, dan mencegah multi penafsiran dari narasumber yang berujung pada data yang bias.
Ketentuan ketiga, pertanyaan pada wawancara sebaiknya dibuat jelas dan spesifik. Tujuannya agar mendapat jawaban yang relevan dengan pertanyaan tersebut. Sehingga peneliti perlu memastikan jelas dan ringkas.
Misalnya pertanyaan berisi detail penyebutan waktu, lokasi, sampai mengulang suatu topik atau peristiwa yang ditanyakan. Sehingga jawaban dari narasumber tetap relevan, sesuai konteks, dan tentunya sesuai juga dengan harapan peneliti.
Ketentuan berikutnya, pastikan untuk membuat pertanyaan yang sifatnya netral. Artinya, penting untuk menghindari pertanyaan yang berpotensi memojokkan narasumber.
Terutama jika melibatkan suatu peristiwa atau kasus dengan dampak negatif. Pertanyaan yang disusun sebaiknya tidak menghakimi dan menyudutkan narasumber. Maka utamakan pertanyaan yang netral.
Ketentuan berikutnya adalah membuat daftar pertanyaan yang susunannya logis dan strukturnya dibuat bertahap. Artinya, perlu menyusun urutan dengan baik dan sesuai dengan logika berpikir.
Seperti mengawali dengan pertanyaan ringan dan mendasar. Baru kemudian mengajukan pertanyaan lebih lanjut yang melibatkan aspek perasaan, pengalaman, persepsi, dan sebagainya dari narasumber.
Ketentuan keenam, perlu membuat pertanyaan yang fleksibel untuk dikembangkan. Misalnya dari pertanyaan tertutup kemudian dikembangkan menjadi pertanyaan pendalaman. Tentunya sesuai dengan respon atau jawaban narasumber pada pertanyaan sebelumnya.
Ketentuan yang terakhir adalah mengajukan pertanyaan yang tetap menghormati narasumber. Artinya, ketika pertanyaan diajukan maka peneliti perlu memperhatikan respon narasumber. Yakni dari mimik muka, gestur tubuh, dan sebagainya. Jika ada gestur dan mimik kurang nyaman, segera beralih ke pertanyaan lain.
Memperhatikan dan memenuhi ketentuan tersebut, maka akan sangat membantu dalam menyusun pertanyaan wawancara yang baik. Sehingga peneliti bisa menggali lebih banyak informasi dari narasumber. Selain itu, perhatikan pula jenis pertanyaan pada wawancara yang diajukan sehingga selalu jelas dan mendapat jawaban yang sesuai.
Baca juga artikel tentang wawancara:
Tahukah Anda, bahwa ada cukup banyak teknik brainstorming yang bisa diterapkan? Brainstorming barangkali menjadi agenda…
Pada saat peneliti memutuskan menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data. Maka bisa mempertimbangkan teknik observasi…
Bagi para peneliti yang mengumpulkan data dengan teknik observasi, tentunya familiar dengan observasi nonpratisipan. Sebab…
Mengenal berbagai kata serapan dari bahasa Jepang menjadi salah satu langkah untuk memperkaya perbendaharaan kata.…
Dalam kegiatan pengolahan data penelitian, Anda tentu sudah familiar dengan istilah triangulasi data. Triangulasi umum…
Butuh bantuan selama proses menyusun karya tulis ilmiah maupun nonilmiah, Anda bisa mempertimbangkan platform Paperpal…