Daftar Isi
Salah satu hal penting yang perlu dipahami dalam menyusun teks negosiasi adalah kaidah kebahasaan teks negosiasi tersebut. Teks negosiasi yang disusun dengan bahasa Indonesia. Tentunya perlu mengikuti kaidah kebahasaan yang berlaku.
Jika kaidah kebahasaan ini sudah diikuti, maka akan meningkatkan keterbacaan dan kualitas teks negosiasi tersebut. Selain itu, bisa meningkatkan kemudahan pembaca dalam memahami isi dari teks negosiasi.
Jadi, untuk mencegah adanya kesalahan dan keterbacaan teks negosiasi yang terbilang rendah. Maka mempelajari semua kaidah kebahasaan yang menyertainya menjadi hal penting dan perlu diprioritaskan. Berikut informasinya.
Membahas mengenai kaidah kebahasaan teks negosiasi, tentunya perlu dibuka dengan membahas definisinya. Dikutip melalui website Ruangguru, teks negosiasi adalah teks atau tulisan yang berisi kesepakatan antara dua belah pihak, dengan kepentingan berbeda.
Teks ini sesuai namanya, memang berisi negosiasi. Dimana menurut Jackman (2005), negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda, hingga akhirnya mencapai kesepakatan.
Negosiasi bisa dituangkan dalam bentuk teks dan menjadi teks negosiasi. Namun bisa juga diterapkan dalam komunikasi lisan. Misalnya ketika tawar menawar dalam transaksi jual beli, antara pembeli dan penjual.
Teks negosiasi biasanya ditemukan dalam surat penawaran barang atau jasa, baik ke perorangan maupun ke sebuah perusahaan dan organisasi. Selain itu, teks ini juga mudah dijumpai dalam karya tulis fiksi atau nonilmiah. Baik itu cerpen, novel, maupun yang lainnya.
Teks jenis ini disusun untuk menjelaskan proses negosiasi. Baik sebagai tahap awal negosiasi maupun sebagai bagian dari naskah dan proses dokumentasi. Teks negosiasi bisa ditemukan dalam berbagai konteks. Baik itu tentang bisnis, niaga, hukum, politik, dll.
Dikutip melalui website Brain Academy, teks negosiasi disusun tidak hanya didasarkan pada kaidah kebahasaan teks negosiasi. Melainkan juga disusun dengan memperhatikan unsur-unsur pokok yang wajib ada di dalamnya. Unsur tersebut antara lain:
Unsur pertama dalam teks negosiasi adalah partisipan. Yakni pihak-pihak yang terlibat dalam proses negosiasi. Mulai dari pihak yang melakukan penawaran, dan pihak yang menerima penawaran tersebut, kemudian bernegosiasi.
Jadi, dalam teks jenis ini partisipan minimal ada dua pihak. Baik itu dua orang, dua kelompok, dua tim kerja, dan lain sebagainya. Sebab negosiasi tidak mungkin dilakukan tanpa ada dua pihak atau lebih yang memiliki kebutuhan dan kepentingan berbeda.
Unsur kedua dalam teks negosiasi adalah perbedaan kepentingan. Dalam teks perlu dijelaskan kepentingan dari masing-masing pihak yang memang berbeda. Misalnya dalam transaksi jual beli.
Penjual memiliki kepentingan membuat dagangannya laku atau terjual. Bagaimanapun caranya, barang dagangan tersebut diupayakan memiliki peminat. Sehingga ditawarkan kepada orang lain (calon pembeli).
Sementara partisipan kedua dalam transaksi jual beli adalah pembeli. Kepentingannya tentu saja mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan. Harapannya juga mendapat barang dengan kualitas baik dan harga yang ramah di kantong.
Unsur ketiga dalam teks negosiasi adalah ada atau terjadi pengajuan penawaran. Negosiasi tidak akan terjadi tanpa diawali dengan menjelaskan kepentingan yang dimiliki salah satu pihak.
Maka dalam teks negosiasi ada bagian yang menjelaskan salah satu pihak melakukan penawaran. Dimana isinya adalah kepentingan yang dimiliki dan ingin dicapai pihak tersebut.
Baru kemudian disusul dengan pendapat dari pihak kedua yang mendapat penawaran tersebut. Jika setuju secara langsung, maka tidak ada negosiasi. Biasanya negosiasi terjadi karena ada satu atau beberapa kepentingan pihak pertama yang tidak sesuai dengan kepentingan pihak kedua.
Unsur yang terakhir dalam teks negosiasi adalah persetujuan atau kesepakatan yang terbentuk. Negosiasi mendukung kedua belah pihak mendapatkan apa yang diinginkan sesuai kepentingan masing-masing.
Namun, dalam beberapa kondisi kedua belah pihak atau hanya salah satu perlu berkompromi. Misalnya mengalah agar segera didapatkan kesepakatan. Bisa juga, sengaja menyetujui kesepakatan yang manfaat (keuntungan) tipis agar tidak terlalu lama.
Selain ada kaidah kebahasaan teks negosiasi yang harus diperhatikan. Teks negosiasi yang disusun idealnya juga memenuhi kriteria atau ciri khas teks negosiasi itu sendiri. Diantaranya adalah:
Ciri khas yang pertama dari teks negosiasi adalah menghasilkan kesepakatan. Sehingga isi dari teks ini bukan sekedar kegiatan tawar menawar dan saling menjelaskan kepentingan. Melainkan juga menyimpulkan adanya kesepakatan.
Ciri yang kedua dari teks negosiasi adalah keputusan atau kesepakatan yang dihasilkan bisa menguntungkan semua pihak. Hal ini diharapkan bisa tercapai, meskipun secara aktual di lapangan bisa berbeda.
Misalnya seperti yang dijelaskan sekilas sebelumnya, dimana dalam negosiasi ada salah satu pihak yang perlu berkompromi. Misalnya seorang pedagang yang harga barang dagangannya ditawar lebih murah.
Tidak sedikit pedagang yang berkompromi rela mendapatkan keuntungan lebih sedikit. Tujuannya agar barang segera laku, tidak mengendap di gudang, modal segera berputar, dan alasan-alasan lain.
Ciri khas yang ketiga dari teks negosiasi adalah memprioritaskan kepentingan bersama. Meskipun dalam teks ini ada dua kepentingan berbeda. Namun negosiasi mendukung terbentuknya keputusan yang mencapai kepentingan bersama.
Kepentingan bersama disini adalah kepentingan yang sama-sama menguntungkan semua pihak. Sehingga negosiasi diharapkan tidak menghasilkan keputusan yang timpang dan hanya fokus pada kepentingan salah satu pihak saja.
Ciri khas selanjutnya dari teks negosiasi yang membedakannya dengan teks jenis lain adalah menjadi sarana mencari penyelesaian. Dua kepentingan atau lebih yang berbeda, tentu perlu diselesaikan dengan kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Negosiasi dilakukan agar hal tersebut tercapai dan menjadi penyelesaian.
Ciri khas terakhir dari teks negosiasi adalah mengarah pada tujuan praktis. Keputusan atau kesepakatan yang disetujui semua pihak bersifat praktis. Dimana bisa diterima dan bisa langsung dilaksanakan atau diterapkan oleh pihak-pihak tersebut.
Hal penting berikutnya yang wajib dipahami selain kaidah kebahasaan teks negosiasi adalah strukturnya. Secara umum, struktur di dalam teks negosiasi ada enam bagian. Mencakup orientasi, permintaan, pemenuhan, penawaran, persetujuan, dan penutup. Berikut penjelasannya:
Bagian yang pertama dari teks negosiasi adalah orientasi yang disebut juga sebagai bagian awal atau bagian pembuka. Orientasi ini akan berisi salam dan sapa dari dua pihak atau lebih yang menjadi partisipan dalam teks negosiasi.
Bagian kedua adalah permintaan. Permintaan dalam teks negosiasi adalah bagian dimana satu atau kedua belah pihak mengungkapkan permasalahan. Bisa pula dijelaskan bahwa bagian ini akan menyampaikan kepentingan masing-masing partisipan.
Bagian ketiga dalam struktur teks negosiasi adalah pemenuhan. Bagian pemenuhan sendiri adalah bagian dimana satu atau kedua belah pihak dapat memenuhi sebuah permintaan atau tidak.
Bagian keempat dalam teks negosiasi adalah penawaran. Penawaran dalam teks negosiasi adalah bagian yang menjelaskan proses terjadilah proses tawar menawar antara pihak satu dengan pihak lainnya untuk mencapai kesepakatan bersama.
Bagian selanjutnya dalam struktur teks negosiasi adalah persetujuan. Yaitu bagian yang menjelaskan mengenai pihak satu dan lainnya sepakat (setuju) dengan keputusan hasil tawar menawar.
Bagian terakhir dari teks negosiasi adalah bagian penutup. Yaitu bagian yang menandakan kalau negosiasi telah disepakati dan berakhir. Dalam bagian ini biasanya berisi ucapan terima kasih dan salam penutup.
Teks negosiasi diketahui terbagi menjadi beberapa jenis. Secara garis besar, ada tiga jenis dari teks jenis ini. Yaitu teks negosiasi lisan, tulisan, dan gabungan antara narasi dan dialog. Berikut penjelasannya:
Jenis yang pertama adalah teks negosiasi lisan, yaitu jenis teks negosiasi yang disampaikan secara tatap muka. Sehingga kedua belah pihak yang hendak melakukan negosiasi saling bertemu dan mencari kesepakatan secara langsung.
Negosiasi lisan biasanya tidak dibuat dalam bentuk teks, karena ada pertemuan langsung. Namun dalam beberapa kondisi pembuatan teks ditujukan untuk dokumentasi atau untuk tujuan lain.
Contoh jenis teks negosiasi ini adalah ketika ada transaksi tawar-menawar antara penjual dengan pembeli di pasar atau tempat fisik lainnya. Contoh lain, ada meeting antara tim pemasaran supplier dengan perusahaan yang mencari pemasok. Sehingga kedua pihak saling bertatap muka dan bernegosiasi.
Jenis yang kedua adalah teks negosiasi tulisan, yaitu teks negosiasi dalam bentuk tertulis. Dalam hal ini tidak ada komunikasi langsung baik dengan tatap muka, chat di aplikasi pesan instan, maupun via telepon. Melainkan lewat surat.
Contohnya adalah pada beberapa surat niaga. Seperti surat penawaran kerjasama, surat penawaran barang, atau surat permintaan barang, dan lain sebagainya. Sehingga ada surat resmi yang dirilis salah satu pihak untuk memulai proses negosiasi.
Jenis yang terakhir dari teks negosiasi adalah teks negosiasi gabungan. Teks negosiasi gabungan adalah teks negosiasi dalam bentuk tulisan yang menggabungkan antara teks narasi dengan dialog dua pihak atau lebih yang bernegosiasi.
Teks jenis ini umumnya ditemukan dalam karya tulis nonilmiah. Misalnya dialog dua tokoh atau lebih dalam novel, cerpen, cerbung, dan lain sebagainya. Dimana para tokoh akan melakukan negosiasi dan dijelaskan secara naratif.
Sama seperti jenis teks lain dalam bahasa Indonesia, teks negosiasi juga ada kaidah kebahasaan yang perlu diperhatikan penyusunnya. Secara umum ada tiga kaidah kebahasaan teks negosiasi. Diantaranya adalah:
Kaidah kebahasaan yang pertama di dalam penyusunan teks negosiasi adalah menggunakan kalimat persuasif. Kalimat persuasif sendiri adalah kalimat yang sifatnya mengajak, membujuk, atau meyakinkan orang lain agar bersedia mengikuti apa yang dikatakan pembicara.
Teks negosiasi biasanya diawali dengan penawaran atau penjelasan mengenai kepentingan dan keinginan salah satu pihak. Sehingga di dalam penyampaiannya ada ajakan untuk lawan bicara atau pihak lain tertarik, menyetujui, dan sejenisnya.
Menariknya, kalimat persuasif di teks negosiasi bisa berupa penawaran atau ajakan, himbauan, dan permintaan. Misalnya, teks negosiasi yang diawali dengan kalimat persuasif berikut ini:
Kaidah kebahasaan teks negosiasi yang kedua adalah terdapat pasangan tuturan. Pasangan tuturan adalah tindakan saling memberi pesan dan respons antara kedua belah pihak dalam kegiatan negosiasi.
Secara sederhana, pasangan tuturan adalah kegiatan komunikasi dua arah. Sehingga diskusi berjalan baik dimana semua pihak ikut terlibat dan menyampaikan keinginan atau pendapatnya.
Misalnya saat pedagang menyebut harga barang A adalah Rp10 ribu. Maka calon pembeli langsung memberi respon dengan menawar harga lebih murah. Misalnya ditawar Rp7 ribu.
Kaidah kebahasaan teks negosiasi yang ketiga dan yang terakhir adalah menggunakan kata yang menunjukan kesantunan. Negosiasi dalam bentuk teks biasanya akan menjunjung tinggi kesopanan.
Sehingga ragam kata yang digunakan menunjukan kesantunan pembuat atau kedua belah pihak yang bernegosiasi. Kata yang menunjukan kesantunan bentuknya beragam. Misalnya kata tolong, silahkan, dimohon, diharapkan, dan sejenisnya.
Baca juga kaidah kebahasaan teks yang lain:
Dari penjelasan detail di atas, tentunya sudah dipahami apa saja kaidah kebahasaan teks negosiasi. Kaidah ini tentu perlu dipahami dan dijadikan acuan ketika menyusun teks negosiasi agar baik dan benar.
Jika masih bingung atau ingin meningkatkan pemahaman mengenai apa dan bagaimana menyusun teks negosiasi sesuai kaidah kebahasaan. Maka berikut beberapa contoh yang bisa dipelajari:
Orientasi
Pembeli: Berapa harga sekilo mangga ini, Bang?
Penjual: Rp 30 ribu, Bu. Murah.
Permintaan
Pembeli: Boleh kurang, ‘kan, Bang?
Pemenuhan
Penjual: Belum boleh, Bu. Barangnya bagus lo, Bu. Ini bukan karbitan. Matang pohon.
Penawaran
Pembeli: Iya, Bang, tapi harganya boleh kurang ‘kan? Kan lagi musim, Bang. Rp 20 ribu saja, ya?
Penjual: Belum boleh, Bu. Rp 28 ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu.
Persetujuan
Pembeli: Baiklah, tapi saya boleh milih sendiri, ya Bang?
Penjual: Asal jangan pilih yang besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi.
Penutup
Pembeli: Iya, Bang, yang penting saya dapat mangga yang bagus.
Penjual: Saya jamin, Bu. Kalau ada yang busuk boleh ditukarkan.
Pembeli: Baiklah, saya ambil tiga kilo, ya, Bang.
Orientasi
Guru: Anak-anak, minggu depan akan dilaksanakan ulangan harian tentang Teks Negosiasi. Kalian harus mempersiapkan dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Permintaan
Siswa: Jangan minggu depan Bu. Tugas sudah banyak dan belum selesai, ditambah tugas dari mapel lain.
Pemenuhan
Guru: Jadi kalian keberatan jika ulangan hariannya dilaksanakan minggu depan?
Siswa: Iya, Bu.
Guru: Kalau begitu kapan kalian siap untuk ulangan harian?
Penawaran
Siswa: Minggu depannya lagi saja Bu.
Persetujuan
Guru: Baiklah. Tapi, karena materi bab teks negosiasi sudah selesai, apa kalian punya usul apa yang akan kita lakukan minggu depan?
Siswa: Minggu depan kita praktek saja bu untuk bernegosiasi. Gimana, Bu?
Penutup
Guru: Wah. Ide bagus.
Selain mempelajari contoh teks negosiasi di atas, tentunya perlu mempelajari contoh lainnya. Semakin banyak teks negosiasi yang dibaca semakin paham bagaimana menyusunnya. Serta paham bagaimana menerapkan kaidah kebahasaan teks negosiasi dengan baik.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…
Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…
Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…
Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…
Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…
Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…