Dasar Menulis

Kalimat Inversi: Definisi, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh

Dalam bahasa Indonesia, ada banyak sekali jenis kalimat dan salah satunya adalah kalimat inversi. Kalimat jenis ini memiliki ciri khas berupa struktur yang terbalik. Dimana tidak sesuai dengan urutan struktur kalimat dalam bahasa Indonesia. 

Meskipun struktur susunan tidak sesuai dengan pola umum. Namun tetap memiliki makna yang jelas dan bisa atau mudah dipahami. Hal ini yang menjadi keunikan dari kalimat jenis inversi ini, sehingga menarik untuk dipelajari lebih dalam. 

Apalagi bagi siapa saja yang menekuni dunia kepenulisan. Maka akan ada momen dimana kalimat yang disusun berbentuk kalimat jenis ini. Jadi, apa itu kalimat jenis inversi? Berikut informasinya. 

Kalimat Inversi dalam Bahasa Indonesia

Dikutip melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kalimat inversi adalah kalimat dengan susunan predikat mendahului subjek. Secara umum, struktur atau pola kalimat  dalam bahasa Indonesia adalah SPOK. 

Dimana subjek menjadi pembuka kalimat, disusul predikat, kemudian ditambahkan objek dan keterangan untuk susunan kalimat lengkap. Jadi, secara kronologi, predikat dicantumkan dalam kalimat setelah subjek. 

Namun, pada kalimat jenis inversi terjadi sebaliknya. Dimana predikat ditulis dulu di dalam kalimat, baru diikuti oleh subjek. Meskipun susunan kalimat tidak sesuai pakem pola kalimat yang baik dalam bahasa Indonesia. Namun, kalimat jenis ini tetap menjadi kalimat efektif. 

Penulisan predikat di awal kalimat umumnya bertujuan untuk menekankan sesuatu kepada pembaca maupun lawan bicara. Pada kondisi tertentu, kalimat inversi disusun untuk memberi variasi pada karya tulis agar tidak monoton. 

Selain itu, bagi pembuat puisi, biasanya kalimat jenis inversi dibuat untuk menyesuaikan dengan irama atau rima. Misalnya, bait sebelumnya diakhiri kata “ai” misal pada kata “pandai”. Maka penulis puisi akan mengabaikan struktur SPOK dan menyusun kalimat jenis inversi agar didapatkan rima yang sama. 

Jadi, kalimat jenis ini meskipun tetap bermakna dan bisa dipahami, umumnya tidak bisa digunakan sembarangan. Sehingga tidak atau kurang lazim ditemukan pada karya tulis ilmiah. 

Jenis Kalimat Inversi

Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal Journal Indonesian Language Education and Literature, kalimat inversi terbagi menjadi empat jenis. Berikut penjelasan detailnya: 

1. Kalimat Inversi Deklaratif

Dalam konteks bahasa Indonesia, kalimat inversi deklaratif adalah kalimat berita yang letak fungsi predikatnya mendahului subjek. Disebut kalimat berita, karena umumnya kalimat jenis ini digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita. 

Dalam jenis ini, kemudian terbagi lagi menjadi dua kategori. Yakni kalimat yang dapat diubah pola urutannya menjadi S-P dan kalimat yang yang tidak dapat diubah pola urutannya menjadi S-P. 

Pada jenis kalimat yang bisa diubah pola urutannya, maka dari pola P-S bisa diubah menjadi S-P. Contohnya: 

Pola P-S Pola S-P
Masih berpikir dia Dia masih berpikir
Ramai sekali merekaMereka ramai sekali
Beli karpet akuAku beli karpet

Sementara pada kalimat yang tidak bisa diubah pola urutannya, maka pola P-S akan menjadi saklek. Jika pola diubah, maka menjadi kalimat tidak efektif dimana makna tidak bisa dipahami. Contohnya: 

Pola P-S Pola S-P
Ada dua permasalahan yang sedang diselesaikan AstriaDua permasalahan yang sedang diselesaikan Astria ada
Ada pasien yang menderita penyakit hilang ingatanPasien yang menderita penyakit hilang ingatan ada

2. Kalimat Inversi Interogatif

Jenis kedua adalah kalimat inversi interogatif, yaitu jenis kalimat dengan pola P-S yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Sehingga sesuai namanya, kalimat jenis ini sering digunakan dalam proses interogasi (mengajukan pertanyaan untuk mendapat informasi). 

Dalam beberapa kondisi, kalimat jenis ini tidak hanya membutuhkan jawaban iya atau tidak. Namun, memerlukan penjelasan lebih detail. Berikut beberapa contohnya dalam kalimat: 

  • Maksud Ibu? (membutuhkan penjelasan)
  • Memutuskan aku, kamu?
  • Mau makan, kamu?

3. Kalimat Inversi Imperatif

Berikutnya adalah kalimat inversi imperatif, yaitu kalimat berbentuk inversi yang berisi perintah. Sehingga bisa dipahami jika kalimat jenis ini disusun untuk memberi perintah. Contohnya: 

  • Makan itu, Dik!
  • Berhenti membahas reinkarnasi, Kak!
  • Bawa bekalnya, Rizky!

4. Kalimat Inversi Eklasamatif

Kalimat inversi eklasamatif adalah kalimat dengan pola P-S dimana predikat dalam kalimat menjelaskan perasaan yang dirasakan. Misalnya merasa senang, heran, sedih, dan sejenisnya. Berikut beberapa contohnya: 

  • Cantik sekali anak Ibu!
  • Senangnya keluarga Pak Maryo!
  • Sedih pasti, Ira!

Ciri-Ciri Kalimat Inversi

Kalimat inversi dari penjelasan di atas, bisa dipahami memiliki ciri khas dari struktur atau pola kalimatnya. Namun, kalimat jenis ini juga memiliki ciri khas lainnya. Berikut beberapa ciri khas tersebut: 

1. Predikat Mendahului Subjek

Salah satu ciri khas dari kalimat jenis inversi adalah pola yang terbalik. Dimana predikat ditulis lebih dulu baru kemudian subjek kalimat. Hal ini kebalikan dari pola umum, yakni subjek dulu baru disusul predikat. 

Namun, susunan terbalik ini yang justru menjadi ciri khas dari kalimat jenis inversi. Dimana semua kalimat, apapun jenisnya, selalu mendahulukan predikat dibanding subjek. Umumnya, predikat dan disusul subjek kalimat baik itu dengan keterangan maupun tidak. 

2. Ditujukan untuk Memberi Penekanan

Ciri khas yang kedua dari kalimat jenis inversi ini adalah pada tujuan. Jika kalimat secara umum bertujuan untuk menjelaskan suatu informasi, menjelaskan suatu pernyataan, maupun perintah dan pertanyaan. 

Maka pada kalimat jenis inversi justru memiliki tujuan sangat khas, yakni memberi penekanan. Penekanan umumnya diberikan kepada predikat dari kalimat tersebut. Sehingga ditempatkan di bagian depan sebelum subjek. 

Tujuannya jelas, yakni menyampaikan predikat tersebut lebih dulu. Sehingga pembaca maupun lawan bicara langsung fokus pada predikat tersebut. Hal ini membuat maksud pembuat kalimat untuk fokus pada predikat bisa langsung dipahami. 

3. Ditujukan untuk Gaya Bahasa

Selain bertujuan untuk memberi penekanan pada inti permasalahan dalam kalimat, yakni predikat kalimat itu sendiri. Kalimat inversi juga bisa bertujuan untuk mmebangun gaya bahasa. Sehingga meningkatkan unsur estetika. 

Selain itu, bisa juga membantu mencegah kalimat atau paragraf terlalu monoton. Jadi, ketika menggunakan majas dirasa berlebihan. Maka menyusun kalimat dengan predikat mendahului subjek bisa dipertimbangkan. 

Atas tujuan inilah, kalimat jenis inversi jamak dijumpai pada karya sastra seperti puisi. Sebab bisa membantu memberi efek bahasa lebih indah, makna lebih dalam karena memberi penekanan pada predikat, sampai membangun rima yang selaras. 

4. Makna Tetap Jelas Meski Pola Terbalik

Ciri keempat dari kalimat jenis inversi adalah makna yang jelas sekalipun memiliki pola tidak umum atau pola terbalik. Jadi, seperti penjelasan sebelumnya, sekalipun predikat disusun di awal mendahului subjek. Tapi makna kalimat masih jelas. 

Hal ini menjadi ciri khas tersendiri, karena pada kalimat jenis lain jika susunan pola diubah maka kalimat menjadi tidak efektif. Jika terjadi, maka tentunya makna dari kalimat tersebut susah untuk dipahami oleh pembaca atau lawan bicara. 

5. Pola Beragam Tapi Predikat Selalu Mendahului Subjek

Ciri khas yang terakhir dari kalimat jenis inversi adalah pola kalimat bisa diubah-ubah dan sangat beragam. Namun, predikat akan selalu dicantumkan lebih dulu dibandingkan subjek.

Jadi, berkaitan dengan pola kalimat jenis inversi memang bisa hanya predikat dan subjek (P-S). Namun bisa juga ditambahkan keterangan sampai penjelas sesuai dengan konteks dan tujuan kalimat tersebut disusun. 

Berikut adalah berbagai pola kalimat inversi dengan beberapa unsur di dalam kalimat: 

a. Predikat- Subjek (P-S)

Susunan umum yang pertama adalah kalimat pendek yang hanya terdiri dari unsur predikat dan subjek. Berhubung ciri khas kalimat jenis inversi adalah predikat selalu mendahului subjek. Maka membentuk pola P-S, contohnya: 

  • Pergi aku
  • Panas hatiku
  • Gundah jiwaku
  • Melayang pikiranku
  • Hilang sadarku
  • Mengangguk aku
  • Maksud ibu?
  • Tujuan ayah?

b. Predikat- Objek- Subjek (P- O- S)

Susunan kedua adalah P-O-S dimana predikat disusul dengan objek dan baru kemudian subjek. Sehingga membentuk pola POS, berikut beberapa contohnya: 

  • Kenapa menyimpan gambar itu Ibu?
  • Membaca buku Astria
  • Tidak menyakiti hatiku dia.
  • Memutuskan aku, kamu?

c. Predikat- Pelengkap- Subjek (P- Pel- S)

Ketiga, membentuk pola P- Pel- S dimana predikat disusul pelengkap dan kemudian ditutup dengan subjek di akhir kalimat. Berikut beberapa contohnya: 

  • Tidak punya musuh dia
  • Bertubuh raksasa lelaki itu
  • Belajar menari Astria
  • Selalu berbuat kebaikan Pak Mario.

d. Predikat- Objek- Pelengkap- Subjek (P- O- Pel- S)

Berikutnya membentuk pola P- O- Pel- S, dimana kalimat diawali dengan predikat kemudian objek, pelengkap, dan ditutup dengan subjek. Berikut beberapa contohnya dengan pola ini: 

  • Berhenti bicara reinkarnasi Ibu!
  • Memberikan bingkisan lebaran Astria
  • Membelikan Astria selendang ibu
  • Mencarikan buku reinkarnasi Pak Mario
  • Memberikan lelaki itu hukuman Astria
  • Menuduh Ali pencuri Bapak.

e. Predikat- Subjek dengan Keterangan (P- S- K)

Pola berikutnya dari kalimat inversi adalah P- S- K, dimana kalimat diawali dengan predikat dan diikuti subjek kemudian keterangan. Berikut beberapa contohnya: 

  • Mendekat aku ke dalam ruangan itu
  • Ramai sekali mereka malam itu
  • Saat itu telah pergi Astria.

f. Predikat-Objek- Subjek dengan Keterangan (P- O- S- K)

Selanjutnya membentuk pola P- O- S- K, dimana kalimat dibuka dengan predikat diikuti objek, subjek, dan kemudian ditutup dengan keterangan. Berikut beberapa contoh kalimat dengan pola P- O- S- K: 

  • Kemarin membicarakan anak gimbal itu Ibu
  • Malam itu mengundang Pak Mario Astria
  • Menulis puisi Astria di senja itu
  • Mengirim surat ke Surabaya aku
  • Membicarakan anak gimbal itu ibu kemarin
  • Mengundang Pak Mario Astria malam itu.

g. Predikat- Pelengkap- Subjek dengan Keterangan (P- Pel- S- K)

Kalimat inversi juga bisa membentuk pola P- Pel- S- K. Dimana kalimat dibuka dengan predikat disusul pelengkap, subjek, dan keterangan sebagai penutup kalimat. Berikut beberapa contohnya: 

  • Bercucuran air mata Reni karena ditinggal kekasih
  • Pandai menari Astria sekarang
  • Tampak bangga sekali Ibu saat itu
  • Kehilangan keberaniannya Ira malam itu

h. Predikat- Objek- Pelengkap- Subjek dengan Keterangan (P- O- Pel- S- K)

Terakhir, kalimat jenis inversi juga bisa membentuk pola P- O- Pel- S- K. Sehingga susunan kalimat dibuka dengan predikat, kemudian objek, pelengkap, subjek, baru kemudian ditutup dengan keterangan. Berikut beberapa contoh kalimat dengan pola P- O- Pel- S- K: 

  • Kemarin menjahitkan Ira kebaya Astria
  • Malam itu menghadiahi Astria buku Rizky
  • Minggu kemarin menugasi Astria menyulam Ibu
  • Pagi itu menyebut bocah itu anak gimbal Ibu.

Manfaat Menyusun Kalimat Inversi

Menyusun kalimat inversi bisa menjadi salah satu upaya meningkatkan daya tarik karya tulis yang dibuat. Secara umum, kalimat jenis ini punya banyak sekali manfaat positif dalam meningkatkan kualitas dan daya tarik karya tulis. Diantaranya adalah: 

1. Memberi Penekanan pada Unsur Penting dari Kalimat

Menyusun kalimat jenis inversi membantu memberi penekanan pada hal paling penting dalam sebuah kalimat. Hal penting ini diposisikan sebagai predikat yang ditempatkan di awal kalimat. 

Sehingga bisa langsung diketahui dan dipahami arti penting predikat tersebut. Jadi, pada saat ingin memberi penekanan pada unsur terpenting dari kalimat. Pola inversi bisa dijadikan sebagai pilihan. 

2. Menambah Gaya Bahasa

Manfaat yang kedua dari penyusunan kalimat jenis ini adalah meningkatkan gaya bahasa. Pada saat menyusun karya tulis dan ingin dibuat lebih estetik, lebih enak dibaca, dan memberi kesan mendalam. 

Maka biasanya penulis akan menggunakan majas tertentu. Selain itu, bisa juga memakai teknik inversi. Dimana pola kalimat dibuat terbalik, tapi makna jelas, dan menjadikan gaya bahasa dari karya tulis lebih menarik dari sebelumnya. 

3. Menghindari Karya Tulis yang Monoton

Salah satu PR bagi para penulis adalah menghindari kebosanan pembaca saat membaca karya mereka. Ada banyak teknik bisa diterapkan untuk mencegah hal tersebut. Salah satunya menyusun kalimat dengan pola terbalik, atau kalimat jenis inversi. 

Kalimat jenis ini membantu kalimat yang disusun lebih menarik dan meningkatkan konsentrasi pembaca. Sehingga mereka lebih fokus dan lebih memperhatikan apa yang disampaikan penulis di kalimat berikutnya. Sehingga kalimat pada karya tulis tidak lagi monoton. 

4. Tulisan Lebih Menarik Perhatian

Manfaat keempat, kalimat inversi bisa menjadikan tulisan lebih menarik. Sehingga bisa menjadi andalan untuk menarik minat dan perhatian para pembaca. Hal ini bisa membantu meningkatkan jumlah pembaca atau angka penjualan dari karya tulis yang diterbitkan dalam bentuk buku. 

5. Membantu Mengatur Irama dan Rima

Bagi penulis puisi, menambahkan kalimat atau bait dengan pola yang tidak sesuai standar SPOK bisa membantu mengatur irama dan rima. Sehingga bisa membentuk barisan bait yang indah karena memiliki rima yang selaras. 

6. Memberi Efek Emosional bagi Pembaca

Menambahkan kalimat dengan pola inversi juga bisa memberi efek emosional bagi pembaca. Jadi, ketika ingin menyampaikan kisah sedih, kalimat jenis ini bisa membuat pembaca seketika menangis. Begitu juga ketika ingin menyampaikan cerita yang lucu, bahagia, dan sebagainya. Sebab efektif menarik emosional pembaca. 

Contoh Kalimat Inversi

Membantu lebih memudahkan dalam menyusun kalimat inversi yang punya banyak manfaat di atas. Maka berikut beberapa contoh kalimat jenis inversi yang bisa dijadikan inspirasi dalam karya tulis yang dibuat: 

  1. Datang terlambat siswa itu ke kelas.
  2. Berlarian riang anak-anak di halaman sekolah.
  3. Menangis pilu ibu itu di sudut ruangan.
  4. Tersenyum bahagia dia melihat hasil ujiannya.
  5. Berjuang keras mereka demi masa depan.
  6. Di tepi sungai duduk seorang nelayan tua.
  7. Pada malam hari terdengar suara serigala melolong.
  8. Ke kampung halaman pulang mereka setelah bertahun-tahun.
  9. Di balik gunung tersembunyi desa kecil nan damai.
  10. Kue lezat itu dimakan oleh adikku.
  11. Buku tebal itu dibaca Rina hingga larut malam.
  12. Sang juara tampil dengan penuh percaya diri.
  13. Tugas berat itu diselesaikan Andi tepat waktu.
  14. Pahlawan sejati dikenal bukan dari kata-katanya, tapi tindakannya.
  15. Hilang sudah semua harapanku bersamanya.
Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Kontranim: Pengertian, Ciri-Ciri, Manfaat, dan Contoh

Tahukah Anda, bahwa dalam bahasa Indonesia ada kata yang termasuk ke dalam jenis kontranim atau…

6 jam ago

6 Tips Menulis Buku bagi Guru dan Tantangan

Menulis dan menerbitkan buku menjadi bagian dari tugas atau kewajiban guru di Indonesia. Maka  mencari…

6 jam ago

Cara Menggunakan Jenni AI untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah

Teknologi AI (Artificial Intelligence) memang membawa perubahan signifikan dalam kehidupan manusia. Bagi akademisi, peneliti, dan…

3 hari ago

Buku Bajakan: Hukum, Ciri-Ciri, dan Solusi Jika Terlanjur Membeli

Buku bajakan atau buku KW dipahami sebagai satu diantara sekian bentuk pelanggaran Hak Cipta yang…

3 hari ago

Cara Membuat Grafik di Excel dengan 2 dan 3 Variabel

Microsoft Excel menjadi salah satu aplikasi perkantoran dari Microsoft yang banyak digunakan untuk mengolah dan…

4 minggu ago

Catatan Lapangan dalam Penelitian: Fungsi, Jenis, Contoh

Dalam proses mengumpulkan data penelitian di lapangan pada penelitian kualitatif, peneliti perlu memiliki catatan lapangan…

4 minggu ago