Pada saat menyusun kalimat tentu akan menentukan kata apa yang masuk ke dalamnya. Beberapa kalimat mungkin perlu menambahkan kata seru sehingga menjadi kalimat seru yang pada bagian akhir ditutup dengan tanda seru (!).
Jenis kata dalam bahasa Indonesia cukup beragam, salah satunya adalah kata seru yang juga sering disebut dengan istilah interjeksi. Jenis kata ini cukup sering digunakan, khususnya dalam menyusun kalimat ekspresif seperti dialog maupun monolog.
Jenis kata ini paling sering ditemukan di karya tulis yang terdapat dialog. Misalnya dalam novel, cerpen, cerbung, dan lain sebagainya. Lalu, apa saja contoh kata yang termasuk dalam interjeksi ini dan bagaimana aturan penulisan yang baik dan benar? Berikut informasinya.
Dikutip melalui laman liputan6.com, dijelaskan bahwa kata seru adalah jenis kata dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk menyatakan perasaan atau emosi seseorang. Misalnya untuk menunjukan perasaan senang kaget atau terkejut, marah, dan sebagainya.
Injeksi bisa digunakan untuk mengekspresikan suatu perasaan secara langsung dan spontan. Hal ini yang membuat kata ini bisa berdiri sendiri tanpa harus diikuti oleh kata lain dan membentuk klausa maupun kalimat.
Misalnya, Anda menuliskan kata aduh! Meski tidak diikuti oleh subjek, predikat, maupun objek. Maka seseorang yang membaca kalimat tersebut sudah paham bahwa penulis atau tokoh dalam sebuah karya tulis sedang merasakan sakit atau kesakitan.
Meskipun begitu, untuk membangun makna yang utuh dan kalimat yang efektif. Maka kata seru atau interjeksi ini perlu diikuti oleh kata lainnya. Sehingga menjadi kalimat yang utuh, memiliki makna, dan bisa dipahami oleh para pembaca.
Bicara mengenai kata seru, maka penting untuk memahami juga ciri khas yang dimiliki. Dibandingkan dengan jenis kata lain dalam bahasa Indonesia, interjeksi diketahui memiliki ciri-ciri yang khas dan membedakanya dengan jenis kata lainnya. Ciri-ciri tersebut antara lain:
Dalam menuliskan interjeksi, maka penulis membutuhkan satu tanda baca. Yakni tanda seru (!). Baik ketika interjeksi ini ditulis menjadi kata tunggal maupun diikuti kata lain membentuk frasa, klausa, maupun kalimat.
Sehingga setiap kali bertemu kalimat maupun kata yang diakhiri dengan tanda seru. maka artinya, kata tersebut adalah interjeksi. Sementara jika pada kalimat, maka suatu kata yang menunjukan emosi atau perasaan adalah interjeksi.
Ciri yang kedua dari interjeksi adalah menggunakan kata atau kosakata yang mengekspresikan perasaan maupun emosi. Misalnya kata-kata yang menunjukan rasa terkejut, marah, bahagia, dan lain sebagainya.
Kelompok kata yang menunjukan perasaan atau emosi disini sangat beragam. Misalnya saja pada kata wow, hebat, asyik, aduh, astaga, mantap, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri yang ketiga dari kata seru adalah menggunakan intonasi suara yang kuat sata diucapkan. Sebab interjeksi memang menunjukan emosi dan perasaan, sehingga saat diucapkan perlu diberi penekanan.
Tujuannya agar pembaca lain atau pendengar bisa memahami dan bahkan merasa emosi tersebut. Penggunaan tanda seru membantu mengidentifikasi kata mana yang perlu diucapkan dengan intonasi kuat.
Karakter ini yang membuat interjeksi umum juga digunakan untuk membangun kalimat perintah. Sehingga sering menambahkan interjeksi dan memiliki makna untuk memerintah atau meminta seseorang melakukan sesuatu. Misalnya kata ayo, yuk, mari, dan sejenisnya.
Ciri yang keempat dari interjeksi adalah fungsinya yang ditujukan untuk menunjukan sensasi rasa. Misalnya untuk menunjukan kekaguman, kejutan, atau kegembiraan. Selain itu juga bisa digunakan untuk menunjukan sensasi rasa negatif.
Misalnya perasaan marah, menahan emosi, merasa jijik, dan bahkan merasa ketakutan. Sehingga ragam kosakata yang masuk dalam kategori interjeksi cukup beragam yang mengekspresikan berbagai bentuk emosi.
Menariknya, beberapa kosakata yang termasuk ke dalam interjeksi juga umum digunakan untuk menyapa. Biasanya kata sapaan ini untuk menunjukan suka cita saat bertemu dengan seseorang. Misalnya pada kata hai, halo, hallo, dan sejenisnya.
Ciri-ciri yang terakhir dari kata seru atau interjeksi adalah memiliki beberapa kosakata yang maknanya beragam. Seperti dikutip dari laman academicmarker.com, disebutkan ada beberapa interjeksi yang bisa punya makna lebih dari satu.
Misalnya kata oh! yang maknanya akan sangat bergantung dari ekspresi, intonasi saat diucapkan, sampai jenis kata yang mengikuti kata tersebut. Berikut beberapa contohnya:
Selain kata oh, pada dasarnya masih banyak kosakata interjeksi yang bisa memiliki makna ganda. Sebab sejatinya interjeksi memang bisa digunakan untuk berbagai ekspresi meski satu kata saja. Contoh lain seperti kata wow, wah, dan sebagainya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kosakata yang masuk ke dalam kategori kata seru cukup beragam. Sebab memang bentuk ekspresi untuk menunjukan emosi maupun perasaan yang dialami juga sangat banyak.
Namun, ada beberapa jenis kata yang cukup sering digunakan dan sering dijumpai dalam karya tulis. Terutama karya tulis non ilmiah seperti novel dan cerpen, diantaranya adalah:
Selain dari beberapa contoh kata seru di atas, tentunya masih banyak lagi kosakata lain yang masuk dalam kategori interjeksi. Anda bisa memperbanyak kegiatan membaca, mendengarkan acara berita, dan sebagainya untuk mengenal lebih banyak interjeksi.
Hal penting berikutnya untuk dibahas adalah mengenai seluk beluk penulisan kata seru. Secara aturan penulisan, dikutip dari laman steemit.com, mengacu pada EYD (Ejaan yang Disempurnakan) interjeksi ditulis dengan diikuti tanda koma (,).
Setelah membubuhkan tanda koma, barulah ditulis kata selanjutnya untuk membentuk frasa, klausa, maupun kalimat utuh dengan subjek, predikat, objek, dan keterangan atau sesuai kebutuhan. Berikut contohnya:
Aturan penulisan lain, adalah berkaitan dengan tanda baca. Dimana wajib menggunakan tanda seru. Ada dua kondisi dimana tanda seru ini harus dibubuhkan mengikuti interjeksi. Berikut penjelasannya:
Lalu, apakah kata seru bisa digunakan untuk semua karya tulis? Jawabannya adalah tidak. Sebagai kata yang menunjukan perasaan dan emosi maka interjeksi hanya bisa ditemukan dalam karya tulis fiksi.
Itupun paling sering pada karya yang terdapat dialog maupun monolog. Misalnya di dalam novel, dimana akan ada dialog dari beberapa tokoh di dalamnya. Sehingga ada ekspresi emosi dan perasaan dalam dialog tersebut untuk menggambarkan perasaan dan emosi si tokoh.
Pada karya tulis ilmiah, misalnya pada penulisan skripsi maupun tesis dan disertasi. Penggunaan kata seru tidak dianjurkan, bahkan bisa dikatakan tidak boleh. Sebab akan menunjukan perasaan dan emosi yang sifatnya subjektif.
Hal ini tentu bertentangan dengan aturan penulisan karya tulis ilmiah yang harus selalu objektif. Selain itu, penggunaan interjeksi hanya lebih umum untuk komunikasi informal atau tidak formal. Inilah alasan kenapa tidak juga dijumpai pada teks pidato.
Penggunaan interjeksi lebih tepat digunakan untuk karya tulis non ilmiah atau fiksi dan untuk komunikasi yang tidak formal. Misalnya komunikasi dengan teman sendiri, rekan satu kantor dengan jabatan sama, orang yang seumuran, dan sejenisnya.
Melalui penjelasan di atas, tentunya sudah memiliki pemahaman lebih mengenai apa itu kata seru dan kapan kata ini bisa digunakan dalam menyusun karya tulis. Sehingga tidak lagi keliru menentukan momentum penggunaan maupun penulisannya bagaimana.
Membantu lebih memahami lagi apa itu interjeksi dan bagaimana aturan penulisannya sesuai EYD. Maka berikut beberapa contoh kalimat dengan interjeksi di dalamnya dikutip dari berbagai sumber:
Itulah beberapa contoh kalimat dengan kata seru di dalamnya. Selain contoh-contoh tersebut, tentu akan menjumpai contoh lainnya setiap kali membaca karya tulis maupun saat menonton video. Misalnya pada video iklan dengan teks di dalamnya.
Sehingga ada baiknya memperbanyak aktivitas membaca untuk mengenal lebih banyak kosakata yang termasuk interjeksi. Hal ini tentu penting untuk memperbanyak kosakata dan menambahkan ekspresi pada karya tulis yang disusun.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik kata seru dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…