Categories: Information

Kerangka Konsep, Cara Menyusun dan Contoh

Menyusun kerangka konseptual menjadi tahap penting dalam mempersiapkan kegiatan penelitian. Para dosen, mahasiswa, dan peneliti pada umumnya akan membutuhkan pemahaman mengenai apa itu kerangka konsep dan bagaimana menyusunnya. 

Kerangka ini nantinya akan menjadi peta jalan bagi peneliti dalam menentukan variabel apa saja yang akan diteliti. Sehingga mempengaruhi penetapan populasi, sampel, sampai data dan analisisnya. 

Kerangka konsep pada penelitian akan menjadi panduan yang jelas bagi peneliti dan tim yang dibentuk. Sehingga kegiatan penelitian lebih terstruktur dan meminimalkan adanya kesalahan atau bias. Berikut informasi detailnya. 

Apa Itu Kerangka Konseptual?

Dikutip melalui Repository STIKES Panti Waluya Malang, menurut Notoatmodjo (2018) kerangka konseptual atau kerangka konsep adalah kerangka hubungan antar konsep yang diukur atau diamati dalam penelitian. Sehingga di dalamnya ada penjelasan mengenai hubungan setiap variabel yang diteliti. 

Hal ini sejalan dengan definisi kerangka konsep yang dijelaskan didalam buku berjudul Metodologi Penelitian karya dari Nisma Iriani, dkk. (2022). Dimana kerangka konsep adalah uraian tentang hubungan antara variabel yang akan diamati atau diukur melalui riset yang akan dilakukan. 

Penyusunan kerangka konsep akan membantu menentukan dan memahami alur kegiatan penelitian. Sebab disusun berdasarkan hasil analisis penelitian sebelumnya. Kemudian ditetapkan variabel apa yang akan diteliti dan hubungan antar variabel tersebut. 

Penyusunannya penting untuk membantu seluruh tim penelitian memahami alur kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Sehingga memiliki tujuan, fokus utama, dan bisa disebut berada di satu frekuensi yang sama. 

Pada akhirnya, kerangka konsep ini akan mempengaruhi keberhasilan jalannya penelitian. Sekaligus mencapai hasil penelitian, yakni membuktikan hipotesis atau tujuan lain dari penelitian yang dilakukan.

Manfaat Membuat Kerangka Konseptual dalam Penelitian

Secara umum, kerangka konseptual bukan istilah khusus yang hanya digunakan dalam penelitian. Kerangka jenis ini juga diterapkan dalam berbagai bidang dan berbagai kegiatan. Misalnya dalam bidang bisnis, analisis dilakukan dengan teknik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). 

Penerapan teknik ini juga termasuk kerangka konsep. Dimana kerangka konsep berbasis SWOT bisa membantu pelaku bisnis mengetahui hubungan 4 variabel. Yakni kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau tantangan. Sehingga mendukung jalannya bisnis dengan persiapan yang baik. 

Dalam ruang lingkup kegiatan penelitian, penyusunan kerangka konsep memberi manfaat yang besar. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa manfaat yang bisa didapatkan jika menyusun kerangka konsep dalam penelitian: 

1. Membantu Menentukan Variabel Penelitian

Dikutip melalui Skripsi Expres, salah satu manfaat dari penyusunan kerangka konsep sebelum memulai penelitian adalah membantu menentukan variabel penelitian. Kerangka konsep disusun dengan melakukan kajian pustaka atau studi literatur terlebih dahulu. 

Sehingga peneliti memahami penelitian sebelumnya dan variabel yang digunakan. Kemudian akan membantu menentukan variabel apa saja yang sebaiknya digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap ini, kerangka konsep mulai tersusun. 

Sehingga, peneliti paham apa saja yang akan diteliti, kenapa, dan bagaimana memulai penelitian tersebut. Sebab di dalam kerangka konsep yang disusun akan menjelaskan semua variabel yang akan diteliti dengan jelas.

2. Panduan dalam Pengumpulan Data Penelitian

Manfaat kedua dari kerangka konseptual adalah menjadi panduan dalam proses pengumpulan data. Hal ini terjadi, karena di dalamnya terdapat semua variabel yang akan diteliti. 

Sehingga memudahkan peneliti dan tim yang dibentuk untuk memahami populasi yang sesuai, bagaimana memilih atau menentukan kriteria sampel penelitian, dan disusul metode pengumpulan datanya. 

Apabila dalam penelitian tidak dipersiapkan kerangka konsep. Maka peneliti membutuhkan waktu lebih dalam pengumpulan data. Kemudian rawan melakukan kesalahan karena tidak diketahui dengan jelas variabel apa saja yang akan diteliti. 

3. Membantu Proses Analisis Data Penelitian

Manfaat selanjutnya dari kerangka konseptual dalam penelitian adalah membantu proses analisis data penelitian yang dikumpulkan. Hal ini terjadi, karena kerangka konsep membantu menentukan variabel apa saja yang akan diteliti. 

Kemudian, membantu para peneliti tetap fokus pada variabel-variabel tersebut. Selanjutnya, bisa mendukung jalannya pengumpulan atau pengambilan data penelitian. Disusul dengan analisis data penelitian tersebut. 

Analisis data penelitian menjadi mudah, karena kerangka konsep yang disusun juga menjelaskan teori yang mendasari penentuan variabel penelitian. Sehingga hasil analisis bisa dipastikan sesuai atau sebaliknya dengan teori tersebut. 

4. Menjamin Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Dikutip melalui Mind the Graph, kerangka konseptual dalam penelitian bisa menjamin validitas dan reliabilitas penelitian. Hal ini dapat terjadi, karena kerangka konsep disusun mengacu pada hasil penelitian sebelumnya yang relevan. 

Sehingga tidak didasarkan pada asumsi pribadi peneliti maupun opini pribadi. Kerangka konsep kemudian menjelaskan variabel apa saja yang diteliti dan apa hubungannya satu sama lain. Sehingga peneliti bisa fokus pada variabel yang sudah ditetapkan. 

Kondisi ini menjadikan kegiatan penelitian lebih terfokus dan juga terstruktur. Sehingga meminimalkan kesalahan, dan menjadikan hasil penelitian punya validitas yang lebih baik atau terjamin. 

5. Menunjang Komunikasi Tim Penelitian

Kerangka konseptual juga bermanfaat dalam menunjang komunikasi antar peneliti yang menjalankan suatu penelitian. Kegiatan penelitian bukan kegiatan yang memugkinkan untuk dilakukan oleh satu orang dosen atau satu orang peneliti saja. 

Melainkan melibatkan beberapa peneliti dan beberapa pihak. Sehingga, penelitian umumnya dijalankan oleh tim penelitian. Adanya beberapa orang yang menjalankan penelitian yang sama, tentu perlu komunikasi yang baik. 

Kerangka konsep membantu mencapai hal tersebut. Pasalnya, kerangka konsep menjelaskan apa saja variabel yang akan diteliti dan dipahami seluruh tim. Sehingga seluruh tim punya paduan yang sama dalam melaksanakan kewajiban masing-masing pada penelitian. Sehingga komunikasi akan lebih lancar.  

6. Membantu Identifikasi Kesenjangan Pengetahuan

Manfaat berikutnya dari kerangka konseptual dalam penelitian adalah membantu identifikasi kesenjangan pengetahuan. Artinya, kerangka konsep bisa menjelaskan kepada tim peneliti aspek apa saja yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya. 

Kerangka konsep sekali lagi akan disusun dari hasil kajian pustaka. Sehingga peneliti dan seluruh tim akan membaca publikasi ilmiah berisi temuan penelitian sebelumnya yang masih relevan. Sehingga menemukan beberapa kesenjangan. 

Termasuk kesenjangan pengetahuan dan membantu menemukan celah, mengenai aspek atau variabel apa yang belum diteliti dan kenapa. Kemudian menentukan apakah variabel tersebut perlu diteliti atau mencari variabel lain. 

Contohnya, penelitian tentang efek media sosial pada prestasi akademik pelajar. Umumnya, penelitian dengan topik ini fokus pada efek negatif. Padahal, media sosial juga punya efek positif pada prestasi akademik pelajar. Sehingga efek positif ini menjadi variabel yang menarik untuk diteliti. 

Cara Membuat Kerangka Konseptual

Dalam menyusun kerangka konseptual, tentunya tidak bisa asal-asalan. Secara umum ada beberapa tahapan yang perlu dilalui agar kerangka konsep ini bisa tersusun dengan baik. Dikutip dari Kumparan.com, berikut cara membuat kerangka konsep dalam 9 tahapan: 

1. Menentukan Tema dan Topik dari Penelitian

Kerangka konsep masuk dalam tahap pra penelitian atau sebelum penelitian mulai dilakukan. Kerangka ini, praktis baru bisa disusun ketika peneliti dan tim sudah menentukan tema dan topik penelitian. 

Maka tahap awalnya adalah menentukan tema dan topik penelitian yang akan dilakukan. Ada banyak cara dalam menemukan tema dan topik untuk diteliti. Misalnya melakukan analisis masalah di lingkungan sekitar, kajian pustaka, dan sebagainya. 

2. Melakukan dan Menyusun Kajian Pustaka

Tahap kedua dalam menyusun kerangka konsep penelitian adalah melakukan kajian pustaka dan menyusunnya. Artinya, setelah peneliti menentukan tema dan topik penelitian. 

Maka perlu mempelajari penelitian sebelumnya, sehingga melakukan kajian pustaka. Hasil dari kajian pustaka kemudian disusun menjadi bab kajian pustaka yang tertuang dalam proposal, laporan penelitian, sampai publikasi ilmiah sebagai luaran. 

Pada tahap ini, peneliti dan tim akan menentukan landasan penelitian yang mengacu pada temuan penelitian terdahulu. Sehingga penentuan variabel dan aspek lain dalam kerangka konsep memiliki dasar yang kredibel dan minim bias. 

3. Memastikan Ada Kebaruan (Novelty)

Tahap ketiga dalam menyusun kerangka konseptual penelitian adalah memastikan ada kebaruan atau novelty. Sebelum menentukan variabel apa saja yang akan diteliti. Peneliti dan tim perlu memastikan penelitian yang dilakukan memiliki novelty. 

Maka dalam kajian pustaka yang sudah disusun, nantinya perlu dilakukan analisis untuk menemukan novelty tersebut. Misalnya, mencari ada tidaknya variabel yang diabaikan oleh peneliti sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan dilakukan bisa dipastikan tidak mengulang penelitian terdahulu. 

4. Menetapkan Variabel

Tahap keempat adalah menetapkan variabel penelitian. Sesuai definisinya, kerangka konseptual berisi seluruh variabel yang akan diteliti. Sekaligus menjelaskan hubungan setiap variabel tersebut. 

Jadi, jika sudah memiliki kajian pustaka sebagai landasan penelitian dan menemukan kebaruan. Tahap berikutnya adalah mencari tahu dan menentukan variabel apa saja yang akan diteliti. Seluruh variabel kemudian dicatat terlebih dahulu sebelum masuk ke proses penyusunan atau visualisasi kerangka konsep. 

5. Mengembangkan Hubungan Antar Variabel

Tahap selanjutnya adalah mengembangkan hubungan antar variabel yang sudah ditentukan di tahap sebelumnya. Jadi, pada tahap ini peneliti dan tim akan menentukan hubungan masing-masing variabel. 

Hubungan antara variabel yang dimaksud disini adalah menjelaskan hubungan satu sama lain. Misalnya, peneliti akan meneliti efek penggunaan media sosial pada prestasi akademik kalangan pelajar.  

Maka dalam kerangka konsep yang disusun, peneliti punya dua variabel utama. Yakni media sosial dan prestasi akademik. Peneliti kemudian perlu menjelaskan kenapa media sosial bisa memberi dampak pada peningkatan atau penurunan prestasi akademik pelajar.

6. Memeriksa Rumusan Masalah dan Hipotesis

Tahap keenam dalam menyusun kerangka konseptual penelitian adalah memeriksa rumusan masalah dan disusul memeriksa hipotesis. Tahap ini penting untuk memastikan isi dari kerangka konsep relevan dengan tema dan topik penelitian. 

Sekaligus relevan dengan hipotesis yang akan dibuktikan lewat hasil penelitian yang berhasil didapatkan. Pengecekan ini diawali dengan mengecek rumusan masalah yang disusun. Sebab pada bagian ini ada informasi mengenai apa yang akan diteliti. 

Selanjutnya, dilakukan pengecekan pada hipotesis. Hal ini dilakukan karena pada hipotesis terdapat hubungan variabel penelitian yang perlu diuji dan dibuktikan hubungannya bagaimana. 

7. Menyusun Diagram Kerangka Konseptual

Tahap selanjutnya adalah mulai menyusun diagram kerangka konseptual penelitian. Secara umum, kerangka konsep yang disusun tidak dibuat dalam teks deskriptif. Melainkan divisualisasikan dalam bentuk diagram. 

Jadi, pada tahap ini para peneliti akan mulai melakukan visualisasi terhadap seluruh variabel penelitian. Sekaligus memvisualisasikan hubungan setiap variabel penelitian tersebut dalam bentuk diagram. 

Secara umum, hasil visualisasi kerangka konsep inilah yang dicantumkan dalam proposal sampai laporan penelitian. Beberapa peneliti mungkin memberi narasi penjelas, akan tetapi ada juga yang hanya mencantumkan diagram kerangka konsep. 

8. Menambah Narasi pada Kerangka Konseptual

Tahap berikutnya adalah menambah narasi pada diagram kerangka konsep yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Narasi disini dimulai dari keterangan pada diagram yang menyebutkan apa saja variabel yang diteliti. 

Selanjutnya, narasi mengenai hubungan setiap variabel tersebut. Beberapa peneliti akan menambahkan teks narasi yang menjelaskan seluruh informasi pada diagram kerangka konseptual tersebut. Namun ada yang tidak, sehingga narasi hanya keterangan ringkas pada diagram. 

9. Mengecek dan Memperbaiki Kerangka Konseptual

Tahap terakhir dari penyusunan kerangka konsep dalam penelitian adalah melakukan evaluasi. Jadi, para peneliti nantinya akan mengecek ulang kerangka konsep yang disusun. 

Dari hasil pengecekan tersebut, mungkin perlu ada perbaikan atau revisi di beberapa bagian. Sehingga bisa dipastikan dari awal tidak ada kesalahan dalam kerangka konsep yang disusun. 

Contoh Kerangka Konseptual

Membantu lebih memahami lagi apa itu kerangka konseptual dalam penelitian dan bagaimana menyusunnya. Maka berikut adalah salah satu contohnya dikutip dari Repository Universitas Airlangga dalam salah satu tugas akhir mahasiswa di bawah naungannya: 

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa Theory of Planned Behavior (TPB) dapat menerangkan perilaku seksual yang ditampilkan oleh anak SD dimana perilaku tersebut dapat timbul karena adanya instensi/niat untuk berperilaku seksual. Munculnya niat berperilaku tersebut ditentukan oleh background factor (kategori faktor personal, faktor sosial, dan faktor informasi). 

Faktor yang mempengaruhi intensi pada background factors kategori faktor personal adalah sikap. Faktor yang mempengaruhi intensi pada background factors kategori faktor sosial adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, dan agama. Faktor yang mempengaruhi intensi pada background factors kategori faktor informasi adalah pengetahuan. 

Tiga faktor penentu lain yang mempengaruhi intensi selain background factors yaitu, behavioral beliefs dalam hal ini yang dimaksud adalah niat dari anak SD tersebut dalam meyakini suatu perilaku seksual; normative beliefs (keyakinan normatif) dalam hal ini yaitu norma secara umum yang berlaku di lingkungan tempat anak SD, keyakinan tentang harapan normatif orang lain, keyakinan tersebut memunculkan pandangan masyarakat terhadap perilaku seksual. 

Sehingga anak SD tersebut dapat termotivasi untuk berperilaku seksual; dan control beliefs atau persepsi mengenai keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan, dalam hal ini faktor personal anak SD sangat berpengaruh terhadap control beliefs, hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya mungkin dapat timbul pada saat perilaku ditampilkan dan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan, misalnya kemampuan anak SD untuk tidak melakukan perilaku seksual.

Sesuai dengan konsep Theory of Planned Behavior (TPB) dalam penelitian ini menerangkan perilaku seksual yang ditampilkan oleh seorang anak SD timbul karena adanya intensi/niat untuk berperilaku seksual, sedangkan niat dari anak SD tersebut dapat timbul karena ada faktor-faktor lain yang melatarbelakangi (background factors). Faktor yang melatarbelakangi dalam hal ini adalah faktor individu (personal), faktor sosial, dan informasi. Seluruh komponen dalam teori ini saling berhubungan sehingga mendapatkan hasil akhir dari teori ini yaitu sebuah intensi (niat dalam berperilaku) yang akan ditampilkan menjadi sebuah perilaku, dalam penelitian ini adalah perilaku seksual pada anak SD.   

Contoh kerangka konseptual penelitian di atas mencakup visualisasi dalam bentuk diagram dan dilengkapi narasi penjelas. Melalui penjelasan ini, diharapkan menjadi lebih mudah memahami apa itu kerangka konsep dan bagaimana menyusunnya.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Kalimat Asumsi dan Bisa Tidaknya Masuk ke Naskah Ilmiah

Pada saat menyusun suatu karya tulis tertentu, kadang di dalamnya terkandung kalimat asumsi. Misalnya, menjelaskan…

7 jam ago

Data Primer dan Data Sekunder dalam Kegiatan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, proses pengumpulan data menjadi tahap yang krusial. Dalam proses tersebut, peneliti bisa…

7 jam ago

Kaidah Kebahasaan, Unsur, Struktur dan Contohnya

Dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dan dalam menyusun karya tulis, tentunya akan mengacu pada…

7 jam ago

Meta Analisis dan 3 Tahap Penerapannya dalam Penelitian

Kegiatan penelitian yang memanfaatkan data dari sumber-sumber sekunder biasanya akan dianalisis dengan metode meta analysis…

7 jam ago

Penelitian Longitudinal: Jenis, Kelebihan, Kekurangan, Contoh

Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam jangka panjang, umumnya menjadi penelitian longitudinal. Jenis penelitian ini umum…

7 jam ago

Kata Sapaan dan Aturan Penulisan dalam Kalimat

Setiap bahasa di dunia, termasuk juga bahasa Indonesia memiliki kata sapaan atau nomina sapaan. Dalam…

7 jam ago