Daftar Isi
Dalam menyusun karya tulis ilmiah maka akan identik dengan penambahan kutipan. Kutipan ini biasanya dicantumkan atau dimasukan penulis untuk menjelaskan bahwa apa yang dipaparkan kepada pembaca memiliki dasar kuat dan bersumber dari pandangan ahli.
Ada banyak teknik dalam mencantumkan kutipan, salah satunya kutipan tidak langsung yang disusun dengan cara ketik ulang agar tidak plagiat. Artinya dilakukan parafrase untuk menuliskan kutipan tersebut agar strukturnya tidak sama persis dengan referensi yang digunakan.
Ketika melakukan parafrase atau ketik ulang untuk menuliskan kutipan, para penulis bisa melakukannya secara manual maupun menggunakan tools sebagai alat bantu. Lalu, mana yang sebaiknya digunakan?
Teknik ketik ulang agar tidak plagiat pada dasarnya adalah melakukan parafrase. Secara sederhana, parafrase adalah kegiatan menulis ulang suatu kutipan dari referensi menggunakan bahasa sendiri sehingga struktur berubah tetapi makna masih sama.
Teknik mengetik ulang atau menulis ulang ini sendiri menjadi salah satu diantara teknik lain untuk menghindari plagiarisme. Sebab dengan menulis ulang memakai bahasa sendiri dan sesuai dengan pemahaman yang berhasil ditangkap, maka tidak terjadi aksi copy paste.
Dalam menyusun karya ilmiah, khusus untuk kutipan memang bisa ditulis dengan konsep copy paste dan menjadi kutipan langsung. Namun teknik ini memiliki “efek samping”. Salah satunya meningkatkan skor similarity indeks.
Jika Anda menyusun tugas akhir baik itu skripsi, tesis, disertasi, dan bahkan artikel ilmiah untuk publikasi jurnal. Mahasiswa biasanya akan diwajibkan memenuhi skor minimal similarity indeks, misalnya pengecekan di Turnitin sehingga terlalu banyak kutipan langsung akan menjadi masalah.
Supaya terhindar dari dugaan plagiat dan meraih skor similarity indeks serendah mungkin. Menulis ulang suatu kutipan atau melakukan parafrase kemudian dilakukan sehingga bisa memastikan karya yang dibuat tidak menghadapi dugaan negatif di kemudian hari.
Artikel terkait parafrase yang berguna untuk Anda:
Ada dua kunci utama untuk menghindari plagiarisme. Pertama, tidak melakukan copy paste dalam bentuk apapun dan pada sumber manapun. Kedua, selalu mencantumkan seluruh sumber yang dijadikan referensi tanpa terkecuali.
Jika dua hal ini sudah dilakukan maka akan memperbesar peluang bebas dari plagiarisme. Kenapa hanya memperbesar peluang? Sebab meskipun sudah menyusun karya tulis dengan buah pikiran sendiri masih ada faktor “kebetulan” susunannya sama persis dengan karya orang lain.
Memahami hal ini, mengecek plagiarisme menjadi sangat penting. Misalnya melalui Turnitin, Duplichecker, dan tools lainnya. Namun, memakai teknik ketik ulang agar tidak plagiat harus diakui menjadi teknik yang paling banyak disarankan karena punya beberapa kelebihan.
Berikut kelebihan mengetik ulang saat parafrase dibandingkan dengan copy paste:
Ketik ulang saat memasukan kutipan dalam naskah membantu menghindari kemungkinan sampai dugaan copy paste. Cara paling cepat, sederhana, dan semua orang bisa menyusun kutipan adalah copy paste.
Pada dasarnya teknik ini sah saja digunakan selama mencantumkan sumber, maka tidak lagi disebut plagiat. Namun ketika dilihat dari kredibilitas penulis hal ini dipandang kurang tepat dilakukan sebab bukan penulis pemula dan bukan tidak mampu menulis ulang.
Alhasil banyak penulis, terutama yang sudah senior mencoba tampil maksimal dalam karyanya. Salah satunya dengan menghindari kutipan langsung agar tidak dipandang sebagai penulis copas. Ketik ulang suatu kutipan kemudian menjadi cara terbaik untuk menghindari sentimen tersebut.
Kelebihan kedua jika terbiasa sejak awal ketik ulang agar tidak plagiat adalah meminimalisir kesamaan dengan tulisan lain. Khususnya secara tidak sengaja, seperti halnya faktor kebetulan semata.
Ketika menulis dengan hasil buah pikiran sendiri memang masih ada kemungkinan terdeteksi kesamaan dengan karya tulis lain. Meskipun nyaris tidak pernah 100%, tetapi kesamaan tanpa disengaja ini masih umum dijumpai.
Namun dengan mencoba ketik ulang dan mengandalkan buah pikiran sendiri, biasanya kemungkinan karena faktor kebetulan ini semakin rendah sehingga ketik ulang bisa diandalkan jika selalu khawatir akan sama dengan tulisan lain padahal tidak disengaja.
Baca Juga: Tesaurus, Solusi Temukan Alternatif Kata Bagi Penulis
Membiasakan diri dan bahkan dengan sengaja memaksakan diri untuk ketik ulang agar tidak plagiat, bukan sekadar copy paste. Cara ini juga memberi kelebihan berupa peningkatan pemahaman penulis terkait topik yang dikembangkan.
Bisa juga penulis menjadi lebih paham kutipan yang akan dicantumkan ke dalam naskah dari referensi yang digunakan. Hal ini terjadi karena penulis membaca secara teliti referensi atau sumber tersebut sehingga terbantu untuk memahami seluruh informasi yang ingin disampaikan penyusunnya. Selain itu, bisa membantu lebih memahami topik karena referensi tersebut dijamin dipilih sebab memang relevan dengan topik yang diusung.
Meskipun membuat kutipan langsung diperbolehkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Namun jika terlalu banyak kutipan langsung maka berdampak pada skor similarity indeks yang tinggi.
Hal ini akan menguatkan dugaan jika karya Anda hasil dari plagiat. Menghindari hal ini maka dianjurkan untuk ketik ulang agar tidak plagiat. Sebab bisa memastikan kutipan menjadi tidak langsung dan berbeda strukturnya dengan karya lain yang dijadikan sumber.
Nilai tambahnya, similarity indeks akan turun karena kutipan tidak langsung akan lebih khas. Oleh sebab itu, meski sedikit ribet dan butuh kerja keras, setidaknya dengan ketik ulang maka similarity indeks rendah dan menurunkan resiko dianggap plagiat.
Kelebihan lain jika membiasakan diri ketik ulang dibanding copy paste adalah mengasah keterampilan menulis. Bagi seorang penulis, keterampilan menulis menjadi senjata utama ibarat kebutuhan pokok yang tidak akan tergeser apalagi tergantikan.
Lewat keterampilan menulis, seorang penulis bisa terus berkarya dan menghasilkan karya bermanfaat besar untuk jangka panjang sehingga banyak usaha dilakukan penulis agar keterampilan ini terus berkembang. Salah satunya ternyata dengan membiasakan diri ketik ulang.
Sehingga terbiasa untuk menulis suatu kutipan dengan bahasa sendiri. Hal ini akan mengasah keterampilan menyajikan suatu topik mengandalkan tingkat pemahaman yang dimiliki.
Kelebihan berikutnya adalah membantu mengembangkan kreativitas. Disebut demikian karena penulis akan berusaha mengandalkan seluruh perbendaharaan kata yang dimiliki untuk proses ketik ulang agar tidak plagiat.
Sehingga akan semakin kreatif dalam memilih kosakata yang tepat dan kreatif dalam menyusun setiap kalimat dari hasil parafrase. Oleh sebab itu, membiasakan diri ketik ulang jauh lebih menguntungkan dibanding sekedar copy paste karena dijamin tidak berbekas dalam ingatan penulis.
Jika sudah terbiasa mengetik ulang dengan bahasa sendiri, dijamin akan membangun gaya penulisan yang khas sehingga semua karya tulis yang dibuat dijamin punya ciri khas dan langsung menunjukan jika Anda penyusunnya.
Jadi, jika ingin menjadi penulis yang dikenal punya karakter dan berciri khas agar diingat banyak orang. Serta karya yang dibuat selalu punya banyak penggemar. Maka bisa membiasakan diri ketik ulang bukan copy paste.
Pada saat melakukan ketik ulang agar tidak plagiat, terdapat dua teknik yang bisa dipilih. Teknik tersebut adalah teknik manual dan teknik memakai trik. Berikut teknik mengetik ulang kutipan:
Teknik yang pertama adalah teknik ketik ulang atau parafrase secara manual. Artinya pada teknik ini penulis akan menulis ulang suatu kutipan dengan bahasa sendiri dan sesuai dengan pemahaman yang sudah didapatkan.
Sehingga tidak ada trik khusus, sebab membuat penulis menulis ulang dari awal sampai akhir dengan buah pikiran sendiri. Hal ini akan sangat sesuai dengan pemahaman penulis usai membaca bagian yang akan dikutip.
Lewat teknik ini penulis dituntut untuk membaca bagian teks tersebut dan memahaminya dengan baik. Tanpa proses ini maka penulis tidak akan bisa menulis ulang karena kurang paham terhadap teks yang akan dikutip.
Teknik ini dipandang susah untuk dilakukan karena butuh waktu, kesabaran, dan jam terbang tinggi agar proses ketik ulang hasilnya maksimal. Namun dengan teknik ini pula, dipastikan pemahaman penulis lebih optimal dan hasilnya benar-benar berbeda dengan sumber kutipan.
Teknik kedua dalam ketik ulang agar tidak plagiat adalah dengan trik khusus. Teknik ini bisa disebut sebagai kebalikan dari teknik manual yang dijelaskan sebelumnya. Sebab dalam teknik ini, penulis akan lebih kreatif dan mendayagunakan berbagai alat bantu.
Teknik dengan trik khusus kemudian terbagi menjadi beberapa bentuk dan setiap penulis bisa memilih salah satu atau kombinasi beberapa diantaranya saat proses ketik ulang, yaitu:
Saat parafrase, Anda perlu memastikan kalimat yang Anda gunakan sudah memenuhi kalimat efektif agar tulisan mudah dibaca dan dipahami. Simak bacaan kalimat efektif berikut untuk diterapkan pada tulisan Anda:
Ketik ulang agar tidak plagiat baik dengan cara manual maupun dengan trik khusus, pada dasarnya sah saja dilakukan. Meskipun begitu, penulis dianjurkan untuk lebih sering menggunakan teknik manual.
Alasannya karena ada lebih banyak keuntungan atau manfaat bisa didapatkan dengan teknik manual ini, misalnya:
Ketik ulang suatu kutipan dengan bahasa sendiri dan menyesuaikan dengan pemahaman yang didapatkan memang memakan waktu lama, bahkan banyak yang mengatakan ribet karena harus dibaca dulu, dipahami dulu, baru ditulis ulang.
Belum lagi dengan tuntutan untuk menguasai lebih banyak perbendaharaan kata. Sehingga banyak orang yang merasa enggan memakai teknik ini karena dirasa terlalu lama dan merepotkan.
Namun dibalik kerepotan tersebut, ternyata efektif membangun kebiasaan baik, yakni menjaga etika dalam penulisan karya ilmiah agar tidak plagiat sejak awal. Budaya copy paste tidak akan terbangun dan tergantikan oleh budaya ketik ulang dengan bahasa sendiri.
Hal ini akan membuat setiap kutipan yang dicantumkan di dalam naskah dijamin hasil parafrase murni. Tidak ada unsur copy paste dan tentunya dijamin berciri khas sehingga berbeda dengan sumber maupun karya tulis lainnya.
Terbiasa ketik ulang agar tidak plagiat juga membantu penulis untuk lebih mudah memahami sumber. Sebab terbiasa sejak awal membaca sumber secara teliti, mencoba memahami seluruh isinya, dan kemudian ditulis ulang dengan bahasa sendiri.
Jika sudah menjadi kebiasaan maka berhadapan dengan sumber apapun, dengan bahasa apapun, dan sebagainya. Maka dijamin penulis akan telaten membacanya dan memahami isinya, setidaknya bagian-bagian penting dan tepat untuk dikutip.
Hal ini tentu bermanfaat besar bagi penulis, karena setiap kali menyusun karya tulis akan membaca banyak referensi. Jika tidak telaten maka dijamin muncul godaan melakukan plagiat sebab susah paham sumber yang dibaca.
Alasan berikutnya kenapa ketik ulang agar tidak plagiat perlu dijadikan kebiasaan adalah agar punya keunikan pada tulisan yang dibuat. Hal ini sejalan yang sudah disampaikan sebelumnya, dimana ketik ulang memang membantu membangun ciri khas.
Setiap penulis tentu memiliki kosakata andalan dan gaya khas dalam menyampaikan ide di kepala menjadi tulisan. Inilah yang membedakan karya satu penulis dengan penulis lain meski mengusung topik yang sama.
Lewat ciri khas atau keunikan ini maka penulis bisa lebih mudah terhindar dari dugaan plagiat. Sekaligus menghindari godaan untuk melakukan plagiat di kemudian hari. Sebab muncul keinginan untuk mempertahankan ciri khas tersebut dan tidak bercampur dengan ciri khas penulis lain.
Satu lagi keuntungan jika terbiasa ketik ulang agar tidak plagiat saat menyusun karya tulis adalah terhindar dari godaan melakukan plagiat. Ketika seorang penulis sudah terbiasa menuliskan buah pikiran sendiri dalam karyanya.
Kemudian memahami bahwa karyanya disukai para pembaca dan dimanfaatkan oleh mereka. Maka akan muncul dorongan untuk mempertahankan hal tersebut, sehingga bisa terus berkarya dan memberikan bacaan berkualitas untuk para pembaca setia.
Hal ini akan mencegah penulis tergoda melakukan plagiat sekalipun punya kesibukan tinggi, terdesak oleh deadline, dan alasan lain yang sering memicu penulis melakukan tindak plagiat. Jika tidak tergoda sama sekali maka karya Anda bersih, reputasi terjaga, dan karir akan tetap baik-baik saja.
Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…
Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…
Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…
Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…
Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…