Daftar Isi
Sebagai upaya membangun transparansi dalam proses memperoleh data penelitian, maka peneliti perlu menyusun laporan wawancara. Laporan ini penting untuk memastikan hasil wawancara terdokumentasi dengan baik.
Laporan ini menjadi bukti kredibilitas data dan juga peneliti yang melakukan wawancara dengan narasumber. Menyusun laporan wawancara tentunya perlu dipahami dengan baik. Sehingga isinya mudah dipahami oleh pembaca. Berikut informasinya.
Dikutip melalui Kumparan.com, laporan wawancara adalah rangkuman dari hasil proses wawancara baik mulai dari sebelum wawancara dilakukan hingga selesai wawancara. Adapun wawancara sendiri adalah kegiatan tanya jawab yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi dari narasumber.
Dalam konteks penelitian, kegiatan wawancara diketahui menjadi salah satu metode pengumpulan data penelitian. Teknik ini termasuk dalam teknik pengumpulan data dari sumber data primer. Dimana data primer sendiri adalah data prioritas dalam penelitian.
Wawancara biasanya dilakukan terhadap narasumber yang merupakan ahli di bidangnya. Selain itu, wawancara juga bisa dilakukan pada sampel penelitian yang dirasa memenuhi kriteria. Sehingga tidak harus ahli di bidangnya, hal ini disesuaikan kebutuhan peneliti.
Kegiatan pengumpulan data melalui wawancara bisa dengan tatap muka maupun jarak jauh. Teknologi komunikasi membantu proses wawancara menjadi lebih fleksibel. Baik itu lewat telepon, video call, chat di aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, DM di Instagram atau media sosial lain, dan sebagainya.
Setelah proses wawancara selesai dilakukan, peneliti tidak lantas langsung mengolah data dari narasumber. Melainkan ada kewajiban untuk menyusun laporan wawancara atau laporan hasil wawancara.
Berikut adalah sejumlah alasan yang menunjukan pentingnya peneliti perlu menyusun laporan hasil wawancara:
Arti penting yang pertama dari laporan ini adalah memudahkan penyajian data penelitian menjadi lebih terstruktur. Data yang didapatkan dari narasumber bisa saja masih acak. Apalagi untuk model wawancara yang sifatnya tidak terstruktur (pertanyaan spontan).
Data ini tentunya perlu disajikan dengan runtut agar lebih mudah dipahami. Maka disajikan secara resmi ke dalam dokumen laporan hasil wawancara. Strukturnya mengikuti ketentuan yang berlaku.
Arti penting yang kedua dari laporan hasil wawancara adalah menjadi bukti sekaligus dokumentasi. Dalam kegiatan penelitian, segala informasi yang disajikan harus bisa dipertanggung jawabkan oleh peneliti.
Jika menyebutkan data didapatkan dari wawancara, maka harus ada bukti yang menguatkan keterangan tersebut. Laporan ini menjadi salah satunya, karena memuat informasi rinci dari proses wawancara. Mulai dari identitas narasumber, tanggal wawancara dilakukan, lokasi, dan sebagainya.
Arti penting berikutnya dari laporan wawancara dalam penelitian adalah meningkatkan kredibilitas penelitian itu sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, informasi apapun di dalam penelitian harus jelas sumbernya dan bisa dipertanggung jawabkan.
Proses wawancara yang disertai bukti kegiatan ini berlangsung akan meningkatkan kredibilitas penelitian. Artinya, data yang disajikan memang didapatkan dari proses wawancara kepada narasumber yang jelas identitas dan kepakarannya.
Laporan hasil wawancara juga bisa dijadikan referensi bagi peneliti lain. Dalam penelitian yang dilakukan mahasiswa, misalnya saat menyusun skripsi, laporan ini bisa dijadikan referensi bagi dosen pembimbing maupun penguji.
Sebab informasi yang didapatkan valid sesuai dengan keterangan yang disampaikan narasumber. Data ini bisa digunakan atau dijadikan referensi oleh peneliti lain untuk penelitiannya maupun untuk karya tulis yang akan disusun.
Dikutip melalui Ebizmark, susunan atau struktur maupun format dari laporan penelitian berisi beberapa poin penting. Berikut penjelasannya:
Poin pertama yang harus ada di dalam laporan hasil wawancara adalah latar belakang wawancara tersebut. Artinya, peneliti perlu menjelaskan alasan kenapa perlu melakukan wawancara.
Termasuk tujuan dilakukan wawancara, karena metode pengumpulan data penelitian tidak hanya dengan cara ini. Maka peneliti perlu menjelaskan alasan kenapa wawancara menjadi prioritas.
Poin kedua dari isi laporan hasil wawancara adalah topik wawancara. Artinya, peneliti perlu mencantumkan topik utama dari wawancara tersebut. Misalnya, peneliti ingin mendapatkan informasi mengenai kondisi kota X pasca bencana banjir bandang.
Maka hal ini perlu disampaikan dalam laporan yang disusun. Sehingga pembaca laporan memahami apa saja pertanyaan yang terjadi di wawancara. Sekaligus isi laporan tersebut nantinya tentang data atau informasi apa saja.
Poin yang ketiga adalah menjelaskan atau mencantumkan identitas narasumber. Peneliti perlu menjelaskan nama lengkap disertai gelar (sesuaikan dengan consent form yang disepakati bersama), bidang keahlian, dan sebagainya. Sehingga menunjukan kredibilitas dari narasumber tersebut.
Poin keempat yang harus tercantum di dalam laporan adalah waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan wawancara. Peneliti perlu menjelaskan dengan jelas dan padat mengenai tanggal dan jam wawancara berlangsung beserta lokasinya dimana. Jika wawancara jarak jauh, maka dijelaskan memakai media komunikasi apa.
Isi dari laporan wawancara tentunya juga wajib menjelaskan informasi yang didapatkan selama wawancara tersebut berlangsung. Dalam laporan, informasi ini disajikan dalam bentuk teks. Yakni dibuat paragraf.
Namun, ada beberapa peneliti yang mencantumkan informasi ini dalam daftar poin-poin. Kemudian didukung detail hasil wawancara di dalam halaman lampiran. Pada bagian ini akan jelas terdokumentasi apa saja pertanyaan yang diajukan peneliti dan bagaimana jawaban narasumber.
Poin keenam yang wajib tercantum di dalam laporan adalah kesimpulan wawancara. Poin ini akan menjelaskan penarikan kesimpulan dari seluruh informasi yang didapatkan dari narasumber.
Poin yang terakhir adalah kritik dan saran. Sesuai dengan namanya, pada poin ini peneliti perlu menjelaskan beberapa kritikan dan saran berkaitan dengan informasi yang didapatkan dari narasumber. Jadi, kritik dan saran bukan ditujukan kepada narasumber. Melainkan pada informasi yang disampaikan.
Sementara untuk struktur secara keseluruhan, laporan wawancara juga memiliki halaman sampul, kata pengantar, dan sebagainya. Sehingga sekilas tidak berbeda jauh dengan format pada karya tulis ilmiah pada umumnya. Berikut penjelasan detailnya:
Halaman pertama dalam struktur laporan wawancara adalah halaman sampul. Halaman ini berisi beberapa informasi penting. Dimulai dari nama peneliti, judul penelitian, nama institusi, dan identitas penting lainnya.
Halaman kedua di dalam laporan hasil wawancara adalah kata pengantar. Kata pengantar disusun sendiri oleh peneliti yang isinya menjelaskan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung. Sekaligus menjelaskan sekilas latar belakang dilakukannya wawancara.
Poin yang ketiga dalam struktur laporan hasil wawancara adalah daftar isi. Sesuai namanya, halaman ini memuat seluruh bagian dari laporan dan dilengkapi nomor halaman tempat bagian per bagian berada.
Bagian keempat dalam struktur laporan hasil wawancara adalah ab pertama, yakni bab pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari beberapa sub bab yang mencakup latar belakang wawancara, tujuan, dan informasi dasar seperti topik dan identitas narasumber.
Bagian kelima adalah bab II, yakni bab pembahasan. Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan apa saja informasi yang didapatkan dari narasumber. Informasi bisa dijelaskan dalam bentuk teks, didukung dengan penjelasan dalam bentuk poin-poin. Bagian ini disesuaikan dengan pertimbangan penulis, informasi disajikan seperti apa.
Bagian terakhir adalah bab III yang merupakan bab penutup. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan kesimpulan, kritik, dan juga saran berdasarkan informasi yang didapatkan dari narasumber.
Sebagai informasi tambahan, terkait format atau struktur laporan wawancara biasanya secara umum sesuai penjelasan di atas. Namun, beberapa peneliti dan akademisi kadang sudah ditentukan formatnya oleh lembaga atau institusi yang menaungi. Sehingga bisa menyesuaikan.
Menyusun laporan wawancara bisa menjadi mudah jika sudah paham tahapannya yang benar. Namun, bisa saja menjadi sebaliknya jika peneliti belum memahami apa dan bagaimana menyusunnya.
Memudahkan proses menyusun laporan hasil wawancara, berikut adalah beberapa tahapan yang harus dilakukan:
Langkah atau tahapan yang pertama dalam menyusun laporan hasil wawancara adalah menyiapkan seluruh data wawancara. Dalam proses wawancara, peneliti tentu menyiapkan dokumentasi.
Baik itu, mencatat informasi yang disampaikan narasumber secara langsung. Maupun menggunakan alat perekam untuk memastikan semua informasi terdokumentasi di dalamnya.
Pada tahap ini, peneliti bisa menyiapkan semua bukti dokumentasi proses wawancara. Selain teks tertulis dan hasil rekaman, dokumentasi dalam bentuk foto dan sebagainya juga perlu disiapkan. Sebab bisa jadi memberi informasi tambahan.
Tahap kedua adalah menyusun kerangka laporan wawancara. Strukturnya menyesuaikan dengan struktur umum laporan hasil wawancara. Jika Anda dosen atau mahasiswa, sangat mungkin format laporan sudah ditentukan perguruan tinggi. Jadi, dalam kondisi ini tinggal menyesuaikan.
Hasil dari wawancara tidak selalu dicantumkan semuanya di dalam laporan. Melainkan hanya informasi yang dianggap penting dan relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Inilah alasan kenapa perlu disusun kerangka, agar bisa menjadi peta jalan. Peneliti tinggal fokus pada poin-poin penting dalam kerangka.
Tahap ketiga adalah mulai proses menulis dengan mengandalkan kerangka laporan yang sudah disusun di atas sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti perlu konsistensi. Maka perlu mengatur waktu khusus yang digunakan untuk menyusun laporan ini, sehingga cepat selesai.
Tahap terakhir dalam pembuatan laporan hasil wawancara adalah meninjau ulang. Yakni tahap dimana peneliti perlu memeriksa ulang hasil laporan yang sudah disusun. Pada tahap ini bisa melakukan editing, jika ada kesalahan maka bisa segera diperbaiki.
Berikut adalah contoh laporan wawancara dalam sebuah penelitian yang dilakukan mahasiswa di Politeknik Kesehatan Semarang:
Makalah Laporan Wawancara dengan Tenaga Medis Yang Mempunyai Usaha
Dosen Pengampu : Sumarni, SST, M.Kes
Disusun Oleh :
Eguh Adi Prasetyo (P1337420316092)
Titis Pangestuti (P1337420316074)
Rizka Dwi Noviyanti(P1337420316090)
Kelas : 3 Reguler B
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Prodi DIII Keperawatan Pekalongan
2018/2019
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang senantiasa melimpahkan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil wawancara ini pada tanggal 10 Januari 2019. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan hasil wawancara wawancara ini adalah untuk menyelesaikan menyelesaikan tugas mata kuliah Kewirausahaan yaitu wawancara dengan tenaga medis yang mempunyai usaha sampingan baik itu usaha kecil-kecilan maupun usaha besar-besaran. Laporan ini disusun berdasarkan wawancara yang kami lakukan terhadap seorang narasumber yang bernama Catur Juni Arsanto.
Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang
Kegiatan wawancara ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari narasumber dengan topik “Wawancara Dengan Tenaga Medis Yang Mempunyai Sampingan Usaha”.
Oleh karena itu kami mewawancarai salah satu dosen Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi DIII Keperawatan Pekalongan dan seorang Apoteker yang membuka usaha minuman dengan olahan susu di jalan Ahmad Yani, depan Gedung Golkar Kabupaten Batang.
Dengan terlaksananya kegiatan wawancara ini, maka kami berharap telah memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan dan mendapat nilai yang baik serta bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Manfaat dan Tujuan Penulisan
Metode dan Teknik Penulisan
Metode dan Teknik penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan narasumber.
Bab II
Pembahasan
Topik Wawancara
Wawancara dengan tenaga medis yang mempunyai usaha sampingan
Waktu dan Tempat Wawancara
Wawancara ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Kamis, 10 Januari 2019
Waktu : Pukul 16.00 WIB s/d 18.00 WIB
Tempat : Jalan Ahmad Yani Kabupaten Kabupaten Batang.
Laporan Hasil Wawancara
Narasumber Narasumber : Catur Juni Arsanto :
Pewawancara: Eguh Adi Prasetyo
Titis Pangestuti
Rizka Dwi Noviyanti
Hasil Wawancara dengan Narasumber
Mas Catur Juni Arsanto adalah seorang apoteker yang bekerja di RSU ARO Kota Pekalongan. Selain menjadi apoteker di suatu rumah sakit, beliau juga mempunyai usaha sampingan yaitu menjual minuman olahan susu dicampur dengan berbagai macam buah.
Ide awal beliau memulai usaha ini yaitu bagaimana uang yang ia dapat dari gaji sebagai apoteker bisa berkembang, kemudian dia kepikiran membuka usaha dimana usahanya itu berdasarkan atas apa yang dia suka yaitu salah satunya minum susu. Jadilah usaha ini dengan brand me_milk.
Modal awal dari usaha ini berkisar antara 3-4 juta. Itu sudah termasuk dengan gerobak, blender, dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk memulai usaha tersebut. Untuk melancarkan usahanya, mas Catur mempromosikannya lewat media sosial seperti instagram dan facebook
Rata-rata penghasilan dari usaha ini, mas Catur mengutarakan kira kira bisa menghabiskan 20-30 cup, dengan harga per cupnya antara Rp8- Rp10 ribu. Untuk susu sapinya sendiri mas catur mendatangkannya dari Pekalongan. Buah buahannya sendiri beliau beli untuk persediaan 3 hari sekali karena dikhawatirkan akan membusuk jika disimpan terlalu lama. Untuk saat ini kendala yang dihadapi mas catur yaitu tentang jadwal buka yang tidak mesti antara jam 4- 5 sore dikarenakan beliau juga sedang melanjutkan pendidikan sarjananya di Universitas Pekalongan.
Mas catur berharap untuk kedepannya jika usahanya nanti sukses beliau beliau berharap berharap bisa membeli membeli bangunan bangunan untuk dijadikannya dijadikannya kedai dan menambah lagi menambah lagi dengan usaha dengan usaha makanan ringan.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau sharing pengalaman pribadi terkait topik laporan wawancara. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dari artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Seorang penulis buku, tentunya berharap karyanya bisa dibaca banyak orang sehingga memperhatikan pemasaran buku tersebut.…
Kuesioner tertutup menjadi salah satu jenis kuesioner yang cukup sering digunakan oleh peneliti. Kuesioner ini…
Ada banyak pilihan metode pengumpulan data dalam penelitian, salah satunya lewat kuesioner terbuka. Kuesioner jenis…
Penggunaan AI untuk transkrip audio dan video tentunya semakin sering dilakukan, baik itu pelajar maupun…
Dalam penelitian kuantitatif, data penelitian bisa dalam bentuk data diskrit maupun data kontinu. Seorang peneliti…
Penulis yang mempublikasikan karyanya, tentu perlu mempersiapkan diri menerima feedback tulisan tersebut. Feedback atau umpan…