Writing Advice

Tips Membangun Logika dalam Menulis, Apa Pentingnya?

Pada saat membaca suatu tulisan dan dibuat bingung, hal tersebut bisa disebabkan banyak hal. Salah satunya adalah tidak adanya logika dalam menulis. Seorang penulis tentu perlu memastikan tulisan yang dibuat memiliki logika yang baik dan kuat. 

Jika tidak, tulisan tersebut bisa sulit dipahami oleh para pembaca. Bahkan, bisa memicu kesalahpahaman. Hal ini tentu akan merugikan penulis sendiri karena karya tulis yang dibuat dinilai punya kualitas yang tidak maksimal. Tidak mau tulisan Anda dinilai jelek bukan? Pahami bagaimana membangun logika di dalam tulisan selengkapnya, ya.

Apa Itu Logika dalam Menulis?

Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang terbit di Jurnal Pendidikan Tambusai, kata logika secara etimologi berasal dari kata “logos”. Arti dari kata ini adalah representasi dari konsep yang diungkapkan melalui bahasa. 

Secara umum, logika adalah pertimbangan akal atau pikiran yang diungkapkan melalui kata-kata dan disampaikan dalam bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), logika adalah jalan pikiran yang masuk akal. 

Secara sederhana, istilah atau kosakata logika menggambarkan suatu penjelasan yang disampaikan dengan masuk akal baik ketika disampaikan secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. 

Istilah logika kemudian diterapkan di berbagai bidang dan untuk berbagai kebutuhan. Dalam konteks dunia kepenulisan, logika dalam menulis adalah cara berpikir yang masuk akal atau secara sistematis dan runtut untuk menyusun ide atau gagasan dalam sebuah tulisan. 

Seorang penulis perlu berpikir dengan logika dalam menjelaskan ide abstrak di dalam pikiran menjadi tulisan sehingga saat menyusun kalimat bisa menjadi kalimat yang runtut dan efektif, agar makna bisa dipahami dengan baik. 

Dalam proses menyusun karya tulis, logika dibutuhkan untuk menjelaskan hubungan yang jelas dan sistematis antara satu kalimat dengan kalimat lainya. Kemudian berkembang antara satu paragraf ke paragraf lainnya dan antara satu bab ke bab lainnya. 

Inilah alasan setiap kali membaca tulisan fiksi, penulis akan menjelaskan kondisi awal yang baik-baik saja sebelum menjelaskan ada konflik dan penyelesaian. Hal serupa terjadi pada tulisan nonfiksi, dimana penyusunan setiap bagian berurutan sesuai alur logika keilmuan. 

Misalnya, sebelum menjelaskan metodologi penelitian, penulis akan menjabarkan bagian pendahuluan. Bukan sebaliknya karena berpotensi membuat pembaca bingung jika dibalik. 

Arti Penting Logika dalam Tulisan

Membangun logika dalam tulisan adalah hal penting yang harus dipahami dan diterapkan para penulis. Berikut urgensi logika dalam menulis:

1. Membantu Menghubungkan Bagian-Bagian dalam Tulisan

Dalam konteks penyusunan karya tulis ilmiah, logika dibutuhkan untuk menghubungkan setiap bagian di dalamnya. Mulai dari premis, kemudian dikaitkan dengan data, dan diakhiri dengan kesimpulan. 

Tanpa logika, hubungan tiga bagian inti ini akan sulit dibangun dan tidak dipahami pembaca sehingga informasi mengenai alasan penelitian dilakukan, metodenya apa, hasilnya bagaimana, dan sebagainya tidak sampai kepada pembaca. 

Sebaliknya, jika logikanya sudah benar, pembaca bisa memahami hubungan antara premis, data, dan kesimpulan. Seluruh bagian karya tulis ilmiah berkaitan satu sama lain dan tidak bisa dibaca satu bagian saja sehingga informasi di dalamnya dipahami dengan jelas dan detail oleh pembaca. 

2. Membantu Menjelaskan Metodologi Penelitian

Arti penting yang kedua dari logika dalam menulis adalah membantu menjelaskan metodologi penelitian. Dalam bagian metodologi, peneliti atau penulis perlu mengikuti alur logika keilmuan, yakni membahas mengenai metode penelitian yang dipilih, kemudian teknik dalam pengambilan data penelitian, dan disusul dengan teknik analisis data. Jika urutannya berbeda, penjelasan menjadi tidak logis dan metodologi penelitian tidak dipahami pembaca. 

Misalnya, penulis menjelaskan dulu teknik analisis data baru kemudian menjelaskan teknik pengambilan data. Penjelasan ini akan membingungkan karena secara logika data perlu diambil dulu baru bisa dianalisis. Bagaimana peneliti bisa menentukan metode analisis yang tepat, jika data penelitian saja belum didapatkan? 

3. Dasar dalam Melakukan Analisis Data

Arti penting yang ketiga adalah logika dalam menulis menjadi dasar dalam melakukan analisis data. Dalam kegiatan penelitian, analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dan rumusan masalah yang ditetapkan di awal.

Dengan demikian, peneliti bisa menentukan teknik analisis data yang relevan agar memiliki hubungan dengan hipotesis dan rumusan masalah. Tujuannya jelas, yakni memastikan hasil analisis bisa menjawab hipotesis dan rumusan masalah tersebut. 

Oleh sebab itu, logika dalam proses menulis karya tulis ilmiah diawali dengan menjelaskan latar belakang penelitian, hipotesis, rumusan masalah, tujuan, dan sebagainya. Baru kemudian masuk ke bagian inti, dimana ada pembahasan mengenai teknik analisis data dan hasilnya. 

Urutan ini menjelaskan kepada pembaca, bahwa kesimpulan didapatkan dari hasil analisis data. Analisis data didapatkan dari penyesuaian dengan hipotesis dan rumusan masalah. Bukan sebaliknya. 

4. Menjaga Kejelasan Argumen

Dalam menyusun karya tulis ilmiah, para penulis tentu akan menjelaskan pendapat atau argumennya dari hasil analisis data yang dilakukan dengan teknik tertentu dan dijalankan tahap demi tahap sesuai standar dalam penelitian. 

Dengan demikian, peneliti bisa menjelaskan lebih awal dasar dari argumen yang disampaikan. Dimana sifatnya ilmiah dan bisa dipertanggung jawabkan. Argumen ini kemudian bisa dipahami kredibel oleh pembaca karena ada dasar yang kuat, bukan sekedar hasil imajinasi atau karangan penulis. 

Inilah alasan kenapa dalam menyusun karya tulis ilmiah terpaku pada struktur yang sudah menjadi standar umum. Tujuannya agar argumen dicantumkan di bagian akhir sehingga argumen tersebut bisa dijelaskan dasarnya apa dan bisa dipertanggung jawabkan. 

5. Tulisan Mudah Dipahami

Secara garis besar, penyusunan karya tulis dengan logika yang jelas membantu membuatnya mudah dipahami. Seseorang yang membaca tulisan dengan alur yang melompat-lompat, alias tidak berurutan. Tentu dibuat bingung. 

Bahkan, ketika membaca fiksi, ketika berhadapan dengan alur yang melompat-lompat maka akan membuat pusing, pembaca bisa memahami alur tersebut ketika sampai di bagian akhir. 

Namun, hal semacam ini tidak akan dijumpai pada karya tulis ilmiah baik pada jurnal, prosiding, maupun buku ilmiah. Hal tersebut dikarenakan informasi di dalamnya harus bisa dipahami dengan jelas. Oleh karena itu, penyusunannya mengedepankan logika atau alur logika keilmuan. 

Bersama dengan tulisan yang logis, maka akan ikut membangn kredibilitas penulis. Seorang penulis yang tulisannya tidak logis sama sekali akan dianggap kurang paham tata cara menulis. Begitu pula sebaliknya. 

Unsur-Unsur Logika di Dalam Tulisan

Supaya sukses membangun logika dalam menulis, para penulis harus memahami dulu apa saja unsur dalam logika tersebut. Artinya, ada beberapa unsur yang wajib ada pada tulisan agar alur logika terbentuk. Berikut penjelasannya: 

1. Keterpaduan (Koherensi)

Unsur yang pertama adalah keterpaduan atau koherensi. Artinya, semua kalimat dalam tulisan harus terpadu atau koheren agar alur logikanya jelas sehingga tulisan tersebut bisa dipahami dengan mudah, bahkan dalam satu kali baca. 

Ciri khas tulisan yang terpadu adalah dalam satu paragraf bahkan dalam satu bab akan fokus pada satu ide pokok. Dalam konteks satu bab, pembahasan akan fokus pada judul bab tersebut sehingga tidak membahas selain dari ide pokok paragraf atau judul bab. 

2. Konsistensi

Unsur yang kedua adalah konsistensi. Secara umum, konsistensi dalam menulis adalah keselarasan dan keteguhan penulis dalam menggunakan istilah, sudut pandang, gaya bahasa, dan alur berpikir dari awal sampai akhir tulisan.

Jadi, konsistensi ini akan membantu membangun alur logika dalam tulisan. Misalnya, jika menyusun buku ilmiah tema atau topik pendidikan. Kemudian menggunakan istilah “peserta didik”, maka penulis konsisten memakai istilah ini, tanpa diubah ke sinonimnya dalam bentuk apapun. 

Jika ada penyebutan yang berubah maka tidak konsisten. Hal ini berpotensi mengganggu alur logika dan membingungkan pembaca. Seperti memunculkan pertanyaan “Siapa lagi ini yang dibahas penulis?”. 

3. Pola Sebab – Akibat

Unsur selanjutnya adalah ada penjelasan mengenai pola sebab – akibat. Penyusunan suatu karya tulis biasanya tidak terlepas dari yang namanya sebab dan diikuti oleh penyebabnya. Meski tidak semua demikian, tetapi seringnya unsur ini dijumpai. 

Jika ada penjelasan mengenai sebab dan akibat, alurnya adalah menjelaskan penyebabnya dulu disusul dengan akibat yang ditimbulkan. Jika dibalik, pembaca bisa kesulitan memahami makna dari tulisan yang dibuat penulis. 

Contohnya dalam penyusunan artikel ilmiah dari penelitian mengenai hubungan antara minat baca siswa dengan prestasi akademik atau nilai ujian, maka dipahami pola sebab dari rendahnya minat baca maka berakibat pada rendahnya nilai ujian. 

4. Urutan yang Tepat

Unsur berikutnya adalah urutan, dimana logika dalam menulis akan membutuhkan urutan yang tepat. Urutan di sini menjelaskan apa dulu yang perlu dicantumkan penulis, disusul dengan informasi atau data lainnya. 

Jika tidak berurutan, akan membingungkan pembaca. Misalnya, ketika menjelaskan penelitian tentang minat baca siswa kelas X. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan latar belakang kenapa penelitian ini dipilih. Tidak langsung menjelaskan data penelitian. 

5. Dasar yang Kuat

Unsur kelima dan yang terakhir dalam membangun logika pada karya tulis adalah dasar yang kuat. Dalam karya tulis, penulis akan menyampaikan argumen. Namun, argumen ini harus memiliki dasar yang kuat dan jelas. 

Dasar-dasar inilah yang perlu dijelaskan lebih dulu baru disusul ke argumen hasil analisis penulis. Jika dibalik, argumen yang dicantumkan pada tulisan akan disebut sebagai pendapat semata dan tidak memiliki dasar yang kuat. 

Tips Membangun Logika dalam Menulis

Meski terdengar sederhana, proses membangun logika dalam menulis tidak selalu mudah. Hal ini dipahami dari banyaknya penulis yang kesulitan membangun alur yang runtut dan sistematis. 

Lalu, bagaimana cara terbaik dalam membangun logika? Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan agar logika terbentuk pada tulisan: 

1. Menentukan Ide Utama dengan Jelas

Tips yang pertama, para penulis bisa memulai proses menulis dengan menentukan ide utama secara jelas. Ide utama diawali dari topik yang spesifik dan kemudian ditunjang dengan referensi yang memadai. 

Adanya referensi akan membantu mengembangkan topik tersebut sehingga pembahasan di dalam naskah bisa mendalam, tetapi tetap logis. Berlanjut pada penentuan ide utama di setiap bab atau bagian karya tulis. 

Jika pada bab pertama fokus pada penjelasan latar belakang, fokus saja membahas aspek ini. Kemudian mengabaikan informasi lain karena informasi lainnya bisa menjadi penjelasan di bab berikutnya. Begitu seterusnya. Jika ide utama tidak jelas, Anda bisa membuat penjelasan melompat-lompat. 

2. Menyusun Kerangka Karangan

Tips membangun logika dalam menulis yang kedua adalah menyusun kerangka karangan atau outline. Kerangka karangan bisa disebut sebagai peta jalan yang memudahkan penulis dalam mengembangkan naskah. 

Dalam kerangka ini pula, penulis bisa menyusun bagian per bagian dengan alur logika yang tepat dan kuat. Kerangka akan menjelaskan bab pertama membahas apa, bab kedua tentang apa, begitu seterusnya. 

Kemudian dari kerangka ini, penulis bisa menentukan alur penjelasan per bab yang runtut bagaimana sehingga jauh sebelum setiap bab dikembangkan alurnya sudah jelas dan paten dari kerangka yang dibuat. 

3. Memastikan Kalimat Saling Terhubung

Tips yang ketiga adalah memastikan setiap kalimat di dalam tulisan yang disusun tetap terhubung. Ada banyak cara untuk menghubungkan setiap kalimat. Salah satunya dengan menambahkan kata hubung yang tepat. 

Penghubung antar kalimat akan memberi rambu-rambu yang jelas kepada pembaca apa kaitan dengan kalimat-kalimat sebelumnya sehingga membentuk alur yang lebih jelas dan bisa dipahami oleh pembaca. 

Selain menambahkan kata hubung yang tepat, penulis juga perlu memastikan susunan kalimat runtut. Penulis harus memahami kalimat mana yang cocok menjadi kalimat pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sehingga membentuk alur logika yang jelas. 

4. Membaca Ulang dan Memperbaiki Tulisan

Tips yang keempat agar logika dalam tulisan terbentuk adalah selalu mengakhiri proses menulis dengan dibaca ulang. Disusul dengan proses koreksi atau revisi, artinya ada perbaikan pada kesalahan yang mungkin ditemukan. 

Membaca ulang, membantu penulis menyadari bahwa ada kesalahan urutan penjelasan atau alur logika sehingga sebelum dikirimkan ke penerbit, sudah disadari dan diperbaiki lebih dulu. 

Jika tidak ada proses ini, tulisan akan terbentuk apa adanya. Bisa jadi di mata editor, tulisan tersebut belum layak terbit. Dibandingkan mendapati naskah ditolak penerbit, sebaiknya memperbaiki sendiri untuk meminimalkan risiko seperti ini. 

5. Memperbanyak Kegiatan Membaca

Tips berikutnya adalah memperbanyak kegiatan membaca. Khususnya membaca karya tulis ilmiah, baik itu berbentuk artikel, makalah, buku ilmiah, dan sebagainya karena alur logikanya sudah paten atau terjamin. 

Hal ini terjadi karena ada ketentuan atau standar mengenai struktur penulisan. Misalnya pada artikel ilmiah, maka bagian pertama dijamin pendahuluan disusul kajian pustaka, baru kemudian bagian lain sampai kesimpulan. Struktur ini saklek dan diterapkan pada semua artikel ilmiah. 

Memperbanyak membaca karya tulis ilmiah memahami alur logika yang tepat dan bagaimana membangunnya dalam tulisan. Jadi, silahkan mulai mengatur jadwal kegiatan membaca karya tulis ilmiah. 

6. Perbanyak Kegiatan Menulis

Tips yang terakhir, adalah memperbanyak kegiatan menulis. Secara umum, proses menulis akan menjadi cara terbaik mengasah keterampilan menulis. Semakin sering menulis, semakin meningkat kualitas tulisan yang dihasilkan. Termasuk alur logika di dalamnya. 

Menulis membantu memahami bagaimana alur logika dibentuk. Meski pada karya pertama, kedua, dan ketiga masih ada alur logika yang terlewat. Namun perlahan alur logika mulai terbentuk dengan baik di karya selanjutnya. Maka jangan berhenti menulis dan mengukur tulisan hanya dari karya pertama. 

Melalui beberapa tips tersebut, Anda akan terbantu untuk membangun logika dalam menulis. Hasilnya mungkin tidak instan, setiap penulis punya waktunya sendiri-sendiri untuk berhasil selalu membangun alur logika yang kuat pada karyanya.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Panduan Penggunaan SciSpace, Dilengkapi Detail Fitur

Ada banyak platform berbasis AI bisa diandalkan para akademisi untuk efisiensi kegiatan penelitian. Salah satunya…

6 jam ago

Pengalaman Inspiratif Bersama Deepublish Dr. Sulistya Eviningrum, S.H., M.H.

Sebagai seorang akademisi dan penulis, saya merasa sangat beruntung bisa menjalin kerja sama yang erat…

6 jam ago

Pengalaman Menerbitkan Buku di Penerbit Deepublish oleh Dr. Elvi Rahmi, M.A.

Menulis dan memiliki pengalaman menerbitkan buku telah menjadi impian saya sejak lama. Sebagai seorang dosen,…

5 hari ago

Pengalaman Menerbitkan Buku di Deepublish oleh Assoc. Prof. Dr. Dermawan Waruwu, S.Th., M.Si.

Saya tidak menyangka penerbit Deepublish menghubungi via WhatsApp dan meminta saya membagikan pengalaman menerbitkan buku…

5 hari ago

Mini Riset: Tujuan, Format, Cara Melakukan

Pada saat menjadi mahasiswa tentunya akan berhadapan dengan berbagai jenis tugas dari dosen, salah satunya…

1 bulan ago

Rubrik Penilaian: Manfaat, Cara Membuat, Contoh

Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, dosen di Indonesia tentunya ada tahap dimana menyusun rubrik penilaian. Rubrik…

1 bulan ago