Net Promoter

8 Penyebab Masalah Keuangan dalam Keluarga dan Cara Cepat Mengatasinya

Beberapa orang berpikir bahwa masalah keuangan hanya dialami oleh mereka yang penghasilannya minim atau bergaji kecil. Aktualnya, penerima gaji tinggi pun bisa berada di titik tersebut. Dimana kesulitan untuk memenuhi beberapa atau bahkan seluruh kebutuhan. 

Kenapa hal ini terjadi? Secara logika, masalah terhadap keuangan atau masalah finansial adalah karena menerima jumlah uang yang terlalu sedikit. Seperti kata pepatah, besar pasak daripada tiang. Dimana pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan. 

Menariknya, semakin kesini semakin banyak yang mengalami masalah finansial. Padahal dilihat dari segi nominal gaji yang diterima, bisa dikatakan sudah sangat besar. Hal ini kemudian memberi penjelasan bahwa masalah finansial punya banyak penyebab. 

Penyebab Terjadinya Masalah Keuangan

Masalah keuangan sangat mungkin dialami oleh siapa saja. Penyebab dari masalah ini juga cukup beragam, beberapa diantaranya adalah: 

1. Pengelolaan Keuangan yang Buruk

Tata kelola keuangan yang buruk menjadi penyebab dari masalah dalam aspek keuangan keluarga. Sehingga besar pengeluaran dibanding pemasukan. Kadang kala semua penghasilan habis tanpa sisa, sehingga tidak punya tabungan. 

Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan rawan terjadi masalah finansial. Terutama jika jumlah pemasukan menurun dari sebelumnya. Oleh sebab itu, belajar tata kelola keuangan yang baik sangat penting. Sehingga seminim apapun gaji bulanan dan setinggi apapun nominalnya, akan lebih mudah meraih kesuksesan finansial. 

2. Tidak Disiplin Menabung

Sebagai bagian dari tata kelola keuangan yang baik adalah disiplin menabung. Sayangnya tidak semua orang terbiasa menabung. Terutama yang memegang prinsip YOLO (you only live once) sehingga tidak berpikir dua kali membeli apapun. 

Tidak memiliki tabungan adalah bom waktu. Bisa meledak kapan saja, dan ketika ada pengeluaran mendadak. Maka otomatis terjadi masalah di sektor keuangan keluarga. 

3. Terlalu Boros

Memiliki gaya hidup yang tidak sejalan dengan penghasilan, membuat seseorang boros luar biasa. Umumnya, boros ini bisa disebabkan karena pola asuh semasa kecil. Dimana tidak pernah diajari untuk hidup hemat dan paham mana kebutuhan atau keinginan. 

Selain itu, bisa juga disebabkan karena masuk ke lingkungan pertemanan yang hedon. Sehingga terbawa dan pada akhirnya gagal membawa diri dan ikut boros. Jika pengeluaran selalu melebihi penghasilan, maka akan menciptakan utang. Utang berlebih akan menjadi masalah finansial yang serius. 

4. Pemasukan Minim

Seperti penjelasan di awal, rata-rata masalah ekaungan terjadi karena pemasukan minim. Umumnya dialami oleh pemilik profesi dengan gaji kecil. Misalnya pekerja kasar dan serabutan, pendidik honorer, dan sebagainya. Pemasukan yang minim menyulitkan mereka memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan untuk kebutuhan pokok. 

5. Beban Utang Berlebihan

Masalah dalam keuangan juga sering dipicu oleh kesalahan dalam menghitung kemampuan menanggung utang. Dalam ilmu finansial, memiliki utang tidak dilarang asal sesuai kemampuan. 

Nominal utang dan nominal cicilan yang dibayar harus selaras dengan jumlah penghasilan yang diterima. Sehingga mencegah resiko gagal bayar dan menjadi masalah finansial. 

Sayangnya, masih banyak yang keliru dalam menghitung kemampuan finansial diri sendiri. Sehingga tanpa sadar mengambil utang dengan jumlah melebihi kemampuan. Penghasilan bisa habis untuk membayar utang, dan terjadi masalah finansial serius. 

6. Banyak Keperluan Tak Terduga

Dalam hidup, tentu jenis dan jumlah pengeluaran tidak selalu datar. Kadang kala kecil, sampai bisa menabung lebih. Kadang malah sebaliknya, dimana ada pengeluaran besar tidak terduga dan penghasilan habis seketika. 

Jika pengeluaran mendadak dan dalam jumlah besar terjadi terlalu sering. Hal ini akan membuat tata kelola keuangan gagal dilakukan. Sehingga terjadi masalah finansial dan bisa bertahan cukup lama. 

7. Sumber Pemasukan Terhenti

Masalah keuangan juga bisa terjadi karena sumber pemasukan terhenti. Misalnya tulang punggung keluarga mendadak kena PHK. Bisa juga seorang pebisnis yang mendadak bisni gulung tikar. Pemasukan yang terhenti membuat kebutuhan terbengkalai dan menjadi masalah finansial. 

8. Belanja Tanpa Rencana

Penyebab masalah finansial lainnya adalah kebiasaan belanja asal tanpa rencana. Hal ini akan membuat apa yang dibeli bukan lagi kebutuhan. Melainkan ada banyak yang tidak dibutuhkan tapi diinginkan. 

Pengeluaran pun membengkak, jika tidak selaras dengan penghasilan maka menjadi masalah finansial. Dimana akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan penting dan seharusnya menjadi prioritas. 

Pengaruh Masalah Keuangan Terhadap Keluarga

Masalah keuangan yang tidak segera diatasi akan berlarut-larut. Semakin lama masalah ini terjadi maka dampaknya semakin kompleks. Dilihat dari dampak yang ditimbulkan dalam kondisi keluarga. Maka akan menemukan beberapa dampak berikut ini: 

1. Kesulitan Memenuhi Kebutuhan Pokok Keluarga

Dalam hidup, ada banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi. Apalagi jika sudah berumah tangga, maka kebutuhan tersebut semakin banyak dan kompleks. Terutama keluarga dengan anak dan banyak anak. 

Jika terjadi masalah di aspek keuangan, maka suatu keluarga akan kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga. Terutama kebutuhan pokok yang mencakup kebutuhan pangan, sandang, dan papan. 

2. Terjadi Konflik dengan Pasangan

Kondisi keuangan keluarga yang memburuk dan semakin banyak kebutuhan tidak terpenuhi. Kondisi ini bisa membuat hubungan pasangan suami istri lebih emosional. Satu sama lain bisa dengan mudah marah dan meledak. Sehingga sering bertengkar. 

Konflik dengan pasangan sendiri tentunya akan memicu masalah baru dan sumber pikiran baru. Hal ini akan memperburuk keadaan. Maka penting untuk segera mengatasi masalah finansial yang terjadi agar kembali harmonis dengan pasangan. 

3. Hubungan dengan Anak Memburuk

Keuangan keluarga yang buruk juga bisa berdampak pada memburuknya hubungan orang tua dengan anak. Setiap anak tentu memiliki kebutuhan, apalagi jika sudah mengenyam pendidikan. Maka kebutuhan anak semakin beragam dan mahal. 

Kondisi keuangan yang tidak mendukung bisa membuat emosi saat anak meminta uang. Baik untuk biaya pendidikan, membeli alat bantu belajar, membeli kuota internet untuk kelas daring, dll. Orang tua tanpa sadar bisa membentak anak dan hubungan menjadi renggang. Hal ini bisa berlangsung lama, bahkan sampai anak mandiri. 

4. Kesulitan Memberi Pendidikan kepada Anak

Salah satu dampak yang membuat takut banyak orang tua atas masalah keuangan di dalam keluarga adalah gagal memberi hak pendidikan kepada anak. Seperti yang diketahui, biaya pendidikan anak sangat tinggi. Apalagi di kota besar. 

Meskipun pendidikan wajib dari jenjang SD sampai SMA dijamin gratis dari pemerintah. Aktualnya masih ada beberapa biaya yang menyertai akses pendidikan ke anak. Mulai dari uang saku anak, uang untuk membeli buku, perlengkapan sekolah seragam, dan sebagainya. 

Keuangan yang bermasalah sering menjadikan pendidikan ke anak bukan lagi prioritas. Tidak sedikit keluarga dengan penghasilan minim gagal menyekolahkan anak, bahkan untuk jenjang pendidikan wajib. Sebab semua penghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari. 

5. Resiko Terjadi Perceraian

Masalah finansial dalam keluarga harus diakui menjadi salah satu penyebab paling sering dari perceraian. Sulitnya mencukupi kebutuhan keluarga, membuat keharmonisan pasangan tidak lagi terjaga. Sehingga rentan bercerai. 

Tak hanya itu, masalah himpitan ekonomi juga meningkatkan terjadinya kasus kekerasan dalam rumah tangga dan perselingkuhan. Sehingga perceraian iktu meningkat sebagai dampaknya. 

Contoh Kasus Masalah Keuangan Keluarga

Dalam membangun rumah tangga, memang lumrah terdapat masalah sebagai ujian. Setiap pasangan tentu memiliki komitmen dalam menjaga rumah tangga yang dibina. Salah satu bentuk masalah dan ujian rumah tangga adalah masalah keuangan. 

Ada banyak sekali contoh masalah yang berkaitan dengan keuangan dihadapi keluarga di Indonesia dan bahkan orang terdekat sendiri. Berikut beberapa diantaranya: 

  1. Sebuah keluarga memiliki penghasilan minim, sebab kepala rumah tangga adalah pekerja kasar dengan upah yang rendah dan tidak pasti (tidak tetap). Pada akhirnya, kebutuhan keluarga sulit untuk dipenuhi.
  2. Sebuah keluarga, awalnya hidup nyaman dan mapan mengandalkan gaji dari suami sebagai tulang punggung keluarga. Mendadak, suami kehilangan pekerjaan. Sehingga lama menganggur dan menyebabkan masalah dalam keuangan keluarga.
  3. Sebuah keluarga berencana merintis bisnis kecil-kecilan mengandalkan tabungan yang dikumpulkan selama 10 tahun. Siapa sangka, bisnis ini tidak berjalan baik bahkan memberikan beban utang. Kondisi keuangan keluarga pun memburuk dengan beban utang tersebut.
  4. Sebuah keluarga memutuskan untuk mengambil KPR dengan harapan tidak lagi keluar uang untuk membayar kontrakan yang merupakan properti milik orang lain. Siapa sangka salah perhitungan, beban cicilan per bulan melebihi kemampuan. Perlahan kebutuhan pokok keluarga terbengkalai dan ada resiko gagal bayar cicilan KPR.
  5. Sebuah keluarga mengambil pinjaman di bank untuk kebutuhan renovasi rumah. Tak berselang lama, anak masuk sekolah dan harus berhutang lagi untuk biaya masuk. Peralatan elektronik mendadak rusak dan harus utang lagi agar bisa membeli yang baru. Tanpa disadari beban utang menjadi berlebihan dan muncul masalah finansial.

Cara Mengatasi Masalah Keuangan Keluarga

Jika masalah keuangan sudah terlanjur terjadi. Maka sebaiknya fokus mencari solusi agar masalah tersebut bisa segera terselesaikan. Pertama, pahami dulu penyebab dari masalah finansial tersebut. Sehingga solusi yang dipilih benar-benar tepat. 

Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa cara yang bisa membantu mengatasi masalah finansial dalam keluarga: 

1. Hidup Lebih Hemat

Cara yang pertama dan yang utama dalam mengatasi masalah finansial di keluarga adalah hidup lebih hemat. Silahkan melakukan analisis dan pemeriksaan kembali seluruh pengeluaran. 

Jika memang ada pengeluaran yang tidak begitu penting dan bisa ditunda. Maka pengeluaran seperti ini bisa dihapus dan bisa dimasukan ke pengeluaran bulan berikutnya. Sehingga memangkas pengeluaran bulanan. 

Semakin banyak pengeluaran tidak penting dan kurang penting yang terhapus. Semakin banyak sisa penghasilan yang dimiliki. Sehingga bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih penting, terutama kebutuhan pokok dan berkaitan utang. 

Jika memangkas pengeluaran tidak dan kurang penting masih belum menjadi solusi. Maka ada beberapa kebutuhan yang perlu diturunkan kelasnya. Misalnya, selama ini berangkat kerja naik ojek online. Pertimbangkan untuk naik angkutan umum, bus, Trans, KRL, dll yang lebih murah. 

2. Mencari Sumber Penghasilan Tambahan

Cara kedua yang menjadi solusi masalah keuangan dalam keluarga adalah mencari sumber penghasilan tambahan. Jika sudah sangat berhemat, ternyata kebutuhan hidup keluarga masih susah dipenuhi. Maka sudah saatnya menambah penghasilan. 

Anda tidak perlu resign dan pindah ke perusahaan lain dengan gaji lebih besar. Anda bisa mempertahankan pekerjaan yang sekarang dan mencari pekerjaan maupun usaha sampingan. Sehingga ada pemasukan tambahan. 

Ada banyak sekali pilihan usaha dan pekerjaan sampingan. Sebagai rekomendasi bisa menjadi mitra di program Net Promoter yang diselenggarakan Penerbit Deepublish. Para mitra akan menjadi penghubung antara penulis buku dengan Penerbit Deepublish.

Melalui program ini, para mitra berkesempatan mengenal dunia penerbitan dan memperluas relasi. Sekaligus berkesempatan meraih penghasilan tambahan tanpa batas dengan jam kerja fleksibel. Ada banyak mitra berhasil sukses mengantongi komisi sampai puluhan juta per bulan. 

3. Menyelesaikan Seluruh Utang

Dikutip melalui website resmi DJKN Kementerian Keuangan, salah satu tips mengatasi masalah keuangan adalah menyelesaikan seluruh utang. Sekaligus tidak menambah utang baru, terutama utang jangka panjang (utang nominal besar). 

Utang adalah kewajiban, setiap ada pemasukan maka utang menjadi prioritas utama setelah kebutuhan pokok. Pada beberapa kasus, utang bahkan lebih didahulukan dibanding kebutuhan pokok. Misalnya utang di bank dengan jaminan sertifikat rumah. Jad ada desakan lebih untuk memprioritaskan utang. 

Jika sudah ada pemasukan tambahan dan bisa menyelesaikan utang secepatnya. Maka hal ini bisa dijadikan prioritas. Semakin banyak utang yang selesai (lunas), maka semakin sedikit pengeluaran bulanan. Perlahan kondisi keuangan keluarga akan semakin membaik. 

4. Membeli Kebutuhan Sesuai Kemampuan

Cara keempat dalam mengatasi masalah keuangan keluarga adalah membeli kebutuhan sesuai kemampuan. Pertama, pastikan selalu membeli apa yang dibutuhkan dan bukan diinginkan. 

Kedua, setiap kali membeli kebutuhan pastikan sesuai kemampuan. Tidak perlu gengsi dan memaksakan diri membeli kebutuhan paling mahal. Sebab harga mahal tidak selalu menjamin awet dan kualitasnya baik. 

Apalagi di tengah masalah finansial yang menjadi penyebab stres. Maka sudah sepatutnya lebih mengedepankan logika. Yakni membeli apapun sesuai kemampuan. Murah tidak masalah, asalkan tunai dan tidak menciptakan utang baru. 

5. Membuat Pengaturan Anggaran

Mengatasi masalah keuangan dalam keluarga juga bisa dengan membuat pengaturan anggaran. Dikutip melalui website resmi HSBC Indonesia, dijelaskan bahwa salah satu solusi masalah finansial adalah memperbaiki tata kelola keuangan. 

Pertama, silahkan menyusun daftar pemasukan dan pengeluaran bulanan. Kemudian ikuti seluruh daftar tersebut, pastikan tidak ada pengeluaran yang tidak tercantum dalam daftar. 

Dalam menyusun daftar, pastikan sudah menyesuaikan dengan skala prioritas. Utamakan kewajiban, kemudian diikuti kebutuhan pokok keluarga, sisanya masuk ke dana darurat, tabungan masa depan, dan dana hiburan. 

Jika masih ada sisa uang, silahkan masuk ke anggaran tabungan rutin. Bisa pula dialihkan untuk investasi yang murah dan resiko rendah. Tata kelola keuangan yang baik bisa membantu mengatur pengeluaran dan membangun budaya menabung. Masalah finansial pun akan terselesaikan dengan lebih mudah. 

6. Komunikasi dan Atasi Bersama-Sama

Masalah keuangan di dalam keluarga sering menjadi pemicu keretakan rumah tangga. Kasus perceraian seringkali dipicu oleh masalah ekonomi. Minimnya pemasukan membuat kebutuhan keluarga terbengkalai. Hal ini meningkatkan emosi pasangan dan muncul perselisihan. 

Jika masalah sudah terjadi, maka pahami hal ini adalah ujian dan sepatutnya dihadapi bersama. Silahkan membangun komunikasi dan bersama-sama mencari jalan keluar. 

Jika selama ini pemasukan dari suami, dan ternyata kurang. Maka tidak ada salahnya istri ikut turun gunung bekerja. Sehingga ada pemasukan tambahan dari dua orang. Hasilnya bisa mengatasi berbagai kewajiban dan kebutuhan keluarga. 

Masalah keuangan di dalam keluarga memang perlu segera diatasi. Solusi yang dipilih tentunya harus tepat sesuai kondisi. Jadi, jangan hanya berdiam diri dan menunggu keajaiban. Beberapa cara yang dijelaskan di atas bisa dicoba dijadikan solusi. 

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Cara Menyusun Kalimat yang Mudah Dipahami pada Buku Ilmiah

Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…

4 hari ago

Aturan Penulisan Nama Tempat dan Nama Geografi

Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…

4 hari ago

4 Cara Membuat Tanda Tangan di Word dengan Fitur dan Menu yang Ada

Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…

7 hari ago

Cara Mengutip Ayat Al-Quran dalam Berbagai Gaya Sitasi

Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…

7 hari ago

Cara Menulis Daftar Pustaka Ebook dengan APA, MLA, dan Chicago Style

Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…

1 minggu ago

Penulisan Judul dalam Kalimat, Ditulis Miring atau Diapit Tanda Petik?

Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…

1 minggu ago