Information

Metode PICOT dalam Penelitian dan Kriteria Penerapan

Dalam kegiatan penelitian akan ada tahap menentukan pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Pada tahap ini, peneliti bisa menggunakan metode PICOT yang cukup populer digunakan dalam penelitian klinis.

Metode satu ini bisa digunakan peneliti untuk menyusun rumusan masalah secara rinci dan terstruktur. Sehingga rumusan masalah tersebut kemudian mempengaruhi tujuan penelitian dan proses pelaksanaan penelitian itu sendiri. 

PICOT secara umum sering diterapkan pada penelitian klinis di bidang kesehatan dan keperawatan. Namun, metode ini pada dasarnya bisa diterapkan pada berbagai bidang. Berikut informasi detailnya. 

Metode Picot dalam Penelitian

Dikutip melalui Ebizmark, metode PICOT adalah akronim yang terdiri dari lima elemen kunci yang digunakan untuk merumuskan pertanyaan penelitian yang jelas dan mudah diukur. Sehingga metode ini diterapkan pada tahap menentukan rumusan masalah. 

Akronim dari PICOT sendiri mencakup P (Population, Problem), I (Intervention), C (Comparison), O (Outcome), T (Time). Berikut penjelasannya: 

1. P (Population, Problem)

Dikutip melalui Perpustakaan Poltekkes Malang, P pada PICOT mengacu pada population dan bisa juga pada problem. Artinya, P disini adalah populasi yang akan dianalisis untuk memecahkan masalah. 

Dalam penelitian, peneliti tentu perlu menentukan populasi penelitian. Kemudian disusul dengan menentukan sampel penelitian. Populasi dan sampel penelitian ini akan menunjukan siapa yang akan diteliti atau siapa yang menjadi subjek penelitian. 

Misalnya, peneliti menemukan fenomena ditemukannya obat hipertensi baru. Namun, perlu diuji efektivitasnya dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Maka dilakukan penelitian dan populasi penelitian ini adalah pasien hipertensi. 

2. I (Intervention)

Akronim kedua dalam metode PICOT adalah I yang mengacu pada Intervention. Yaitu tindakan berupa tata cara pelaksanaan masalah yang terjadi dan penjelasan. Intervensi ini akan menentukan perlakuan yang dilakukan peneliti pada sampel penelitian. 

Perlakuan disini bisa dalam bentuk pengobatan, prosedur, perlakuan, dan juga pendekatan tertentu yang digunakan peneliti kepada populasi serta sampel penelitian. 

Mengacu pada contoh sebelumnya, dimana populasi penelitian adalah pasien hipertensi. Maka pada Intervention, peneliti akan memberikan terapi konsumsi obat hipertensi baru untuk menguji efektivitasnya dalam menurunkan tekanan darah. 

3. C (Comparison)

Akronim ketiga dalam metode PICOT adalah C yang mengacu pada Comparison. Yaitu perbandingan tindakan intervensi dengan tindakan lain. Artinya, dalam penelitian seorang peneliti akan membandingkan dua hal  atau lebih. 

Misalnya pada contoh sebelumnya, peneliti dengan populasi pasien hipertensi kemudian dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama diberi terapi obat hipertensi lama. Sedangkan kelompok kedua diberi terapi obat hipertensi baru. Sehingga ada 2 perlakuan berbeda untuk mendapatkan perbandingan hasil. 

4. O (Outcome)

Akronim keempat dalam PICOT adalah O yang mengacu pada Outcome. Yaitu hasil penelitian atau dampak yang diharapkan akan terjadi pada populasi atau sampel penelitian yang diberi intervensi. 

Pada tahap ini, peneliti akan menentukan hasil penelitian yang diharapkan. Bisa juga berupa dampak yang diharapkan dari perlakuan pada populasi atau sampel penelitian. 

Misalnya pada contoh sebelumnya, peneliti berharap terapi obat hipertensi baru memiliki efektivitas lebih baik dan cepat dibanding obat hipertensi lama. Namun tentunya hasil penelitian kadang tidak sesuai harapan dan keinginan peneliti. Sehingga perlu disesuaikan dengan hasil aktual di lapangan. 

5. T (Time)

Akronim yang kelima atau terakhir dari metode PICOT adalah T yang mengacu pada Time atau waktu. Yaitu waktu dilakukan penelitian yang akan digunakan untuk direview oleh peneliti. 

Artinya, T disini mengacu pada durasi penelitian. Bisa juga mengacu pada durasi pemberian atau penerapan intervensi pada populasi atau sampel penelitian. Sehingga peneliti wajib menentukan durasi intervensi yang diterapkan. 

Misalnya pada contoh sebelumnya, peneliti akan memberi terapi obat hipertensi baru dan lama selama 3 bulan. Maka Time pada PICOT dalam penelitian ini adalah 3 bulan. Setelah 3 bulan terlewati, barulah peneliti melakukan review untuk mengetahui hasil intervensi yang diterapkan. 

Dalam menerapkan metode PICOT pada kegiatan penelitian, akronim yang dijelaskan di atas sekaligus menunjukan urutan tahapan. Artinya, peneliti perlu menentukan populasi penelitian dulu. Baru kemudian menentukan intervensi dan seterusnya sampai penentuan Time. 

PICOT yang dilaksanakan dengan urutan yang sesuai akan membantu peneliti menentukan rumusan masalah dengan tepat. Selain itu, cenderung menjadi lebih mudah dan juga terstruktur. Sehingga bisa meningkatkan efisiensi dari pelaksanaan penelitian tersebut. 

Hasil penerapan PICOT ini kemudian akan mempengaruhi perumusan tujuan penelitian. Sekaligus jalannya penelitian tersebut, sebab di dalamnya sudah ditentukan intervensi pada populasi dan hasil yang diharapkan bisa didapatkan atau dicapai. Sehingga bisa sekaligus sebagai peta jalan dari kegiatan penelitian. 

Apakah Metode PICOT Hanya untuk Penelitian di Bidang Kesehatan?

Lalu, apakah metode PICOT hanya bisa diterapkan pada penelitian di bidang kesehatan dan keperawatan? Jawabannya adalah tidak. Secara umum, PICOT memang lebih identik dengan penelitian di bidang kesehatan yang  berbasis evidence-based practice (EBP). 

Pada penelitian semacam ini, peneliti perlu mengecek hasil penelitian terbaru. Kemudian mempertimbangkan pengalaman pribadi dan disusul mempertimbangkan preferensi (pilihan, harapan, dan keinginan) dari populasi atau sampel penelitian. 

PICOT kemudian ideal diterapkan pada penelitian di bidang kesehatan. Misalnya seorang dokter ingin mengetahui  efek kompres air hangat pada pasien dengan demam tinggi. Dokter tersebut tent tidak bisa praktek langsung karena ada resiko negatif yang mungkin terjadi dan berkaitan langsung dengan keselamatan pasien. 

Oleh sebab itu, dokter tersebut kemudian mengecek hasil penelitian terbaru yang relevan dengan tindakan kompres air hangat pada pasien demam tinggi. Kemudian memperhatikan pengalaman pribadi yang sudah terjadi di lapangan. 

Selanjutnya mempertimbangkan consent atau kesediaan maupun keinginan pasien menjalani kompres tersebut. Dalam hal ini, PICOT membantu dokter tersebut menentukan pertanyaan penelitian sehingga bisa mencari hasil penelitian terbaru yang relevan untuk dijadikan dasar. 

Meskipun identik dan sesuai dalam penelitian di bidang kesehatan, metode PICOT bisa diterapkan di bidang lain. Misalnya penelitian di bidang pendidikan, psikologi, sosial, dan lain sebagainya. 

Namun, PICOT menjadi tepat digunakan jika penelitian di luar bidang kesehatan tersebut memenuhi kriteria di bawah ini: 

1. Populasi Jelas

Kriteria yang pertama agar PICOT ideal diterapkan dalam penelitian, adalah penelitian tersebut memiliki populasi yang jelas. Secara mendasar, semua penelitian idealnya memiliki populasi yang sudah jelas. Sehingga memudahkan penentuan sampel. 

Namun, ada kalanya penelitian yang akan dilaksanakan belum memiliki populasi yang jelas. Jelas disini belum ditetapkan secara spesifik dan masih bersifat umum. Sehingga menyulitkan dalam penentuan sampel. 

Misalnya, peneliti ingin mengetahui pengalaman orang tua mendampingi anak belajar di rumah. Populasi “orang tua” disini belum jelas karena tidak ditentukan siapa, batas usianya, daerah tempat tinggalnya, dll. 

Dalam menerapkan PICOT, populasi penelitian harus jelas. Sebab penentuan populasi dan sampel menjadi tahap paling pertama dari penerapan metode PICOT itu sendiri. 

2. Ada Intervensi

Kriteria yang kedua agar PICOT bisa diterapkan dalam penelitian adalah penelitian tersebut memiliki intervensi. Yaitu ada perlakuan khusus yang diterapkan secara sengaja dalam penelitian. 

Tidak semua penelitian menerapkan intervensi pada populasi dan sampel penelitian. Misalnya pada penelitian yang membutuhkan data sudah ada. Seperti pengamatan kebiasaan masyarakat di desa dan kota, maka tidak ada intervensi pada sampel. 

PICOT baru bisa diterapkan jika suatu penelitian menetapkan intervensi pada sampel penelitian. Sebab menjadi salah satu tahapan utama dan wajib dilakukan ketika PICOT dijalankan dalam penelitian (tidak bisa dihapus atau digantikan). 

3. Ada Perbandingan atau Pembanding

Kriteria ketiga agar metode PICOT bisa dan cocok diterapkan dalam penelitian adalah penelitian tersebut ada perbandingan atau ada pembanding. PICOT membutuhkan perbandingan dua hal atau lebih dengan intervensi berbeda. 

Padahal tidak semua penelitian membutuhkan pembanding dalam prosesnya. Misalnya ketika peneliti hanya mengamati satu kelompok sampel penelitian. Sehingga hanya fokus di kelompok tersebut dan tidak dibandingkan dengan kelompok lainnya. 

4. Hasil Penelitian Bisa Diukur

Kriteria terakhir agar metode PICOT bisa diterapkan adalah penelitian tersebut memiliki hasil yang bisa diukur. Pada dasarnya, data dalam penelitian bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. 

Data kualitatif memang bukan berbentuk angka, akan tetapi tetap bisa dianalisis. Namun, PICOT membutuhkan penelitian yang hasilnya bisa diukur dengan jelas. Sebab ada perbedaan intervensi dan diharapkan bisa langsung diketahui hasil dua intervensi berbeda tersebut. 

Maka PICOT baru bisa diterapkan jika suatu penelitian memiliki hasil yang bisa diukur. Lalu, apakah ada penelitian dengan hasil yang tidak bisa diukur? Jawabannya ada, khususnya penelitian yang didasarkan pada pengalaman pribadi sampel penelitian. 

Misalnya pada penelitian “Pengalaman Mahasiswa Keperawatan Tingkat Akhir dalam Menjalani Praktik Klinik di Masa Pandemi COVID-19”. Maka hasil penelitian bersifat subjektif, bisa berupa “Perasaan takut tertular”, “Stres karena protokol ketat”, dll yang tentu tidak bisa diukur. 

Penelitian di luar bidang kesehatan yang memiliki durasi atau jangka waktu, juga bisa diterapkan metode PICOT. Hanya saja memang tidak wajib, sebab pada beberapa penelitian tidak perlu ditentukan durasi perlakuan ke populasi atau sampel penelitian. 

Misalnya pada kegiatan penelitian dimana proses pengumpulan data dilakukan satu waktu saja. Contohnya, peneliti ingin mengamati fenomena air pasang di laut X. Maka pengamatan dilakukan satu kali saat air laut tersebut pasang. Maka tidak ada jangka waktu dalam pengambilan data. 

Contoh Metode PICOT

Membantu lebih memahami lagi apa itu metode PICOT dan bagaimana menerapkannya dalam penelitian. Maka berikut beberapa contoh dari penerapannya dalam berbagai kegiatan penelitian: 

Contoh Metode PICOT 1

Topik: Edukasi untuk pasien diabetes

  • P (Population): Pasien diabetes tipe 2
  • I (Intervention): Edukasi gizi dengan media video
  • C (Comparison): Edukasi dengan metode ceramah
  • O (Outcome): Peningkatan pengetahuan gizi
  • T (Time): Selama 1 minggu

Pertanyaan PICOT:

“Apakah edukasi gizi menggunakan video lebih efektif dibandingkan ceramah dalam meningkatkan pengetahuan pasien diabetes tipe 2 selama 1 minggu?”

Contoh Metode PICOT 2

Topik: Teknik relaksasi untuk mengurangi stres

  • P (Population): Mahasiswa tingkat akhir
  • I (Intervention): Terapi relaksasi nafas dalam
  • C (Comparison): Tanpa perlakuan
  • O (Outcome): Penurunan tingkat stres
  • T (Time): Selama 7 hari

Pertanyaan PICOT:

“Apakah terapi relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir dibandingkan tanpa perlakuan dalam 7 hari?” 

Itulah penjelasan mengenai apa itu metode PICOT dan kenapa metode ini diterapkan dalam kegiatan penelitian. Sebab bisa membantu menyusun rumusan masalah untuk memudahkan penentuan tujuan dan pelaksanaan penelitian. 

Menggunakan metode ini akan membantu merumuskan pertanyaan penelitian dengan lebih cepat dan tepat. Sekaligus membantu menjadikan penelitian lebih terfokus untuk memudahkan proses pelaksanaannya. Sehingga, penelitian yang akan dilakukan bisa dipertimbangkan perlu tidaknya menerapkan metode ini.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Kalimat Asumsi dan Bisa Tidaknya Masuk ke Naskah Ilmiah

Pada saat menyusun suatu karya tulis tertentu, kadang di dalamnya terkandung kalimat asumsi. Misalnya, menjelaskan…

7 jam ago

Data Primer dan Data Sekunder dalam Kegiatan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, proses pengumpulan data menjadi tahap yang krusial. Dalam proses tersebut, peneliti bisa…

7 jam ago

Kaidah Kebahasaan, Unsur, Struktur dan Contohnya

Dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dan dalam menyusun karya tulis, tentunya akan mengacu pada…

7 jam ago

Meta Analisis dan 3 Tahap Penerapannya dalam Penelitian

Kegiatan penelitian yang memanfaatkan data dari sumber-sumber sekunder biasanya akan dianalisis dengan metode meta analysis…

7 jam ago

Penelitian Longitudinal: Jenis, Kelebihan, Kekurangan, Contoh

Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam jangka panjang, umumnya menjadi penelitian longitudinal. Jenis penelitian ini umum…

7 jam ago

Kata Sapaan dan Aturan Penulisan dalam Kalimat

Setiap bahasa di dunia, termasuk juga bahasa Indonesia memiliki kata sapaan atau nomina sapaan. Dalam…

7 jam ago