Naskah Buku Ajar Punya Banyak Kelemahan? Apa Saja Kira-Kira?

Pemerintah melalui Ditlitabmas Dirjen Dikti Kemenristek RI berusaha terus memotivasi para dosen untuk terus meneliti, menulis, menyusun naskah , hingga ke buku ajar.

Salah satu upaya untuk mendukung hal tersebut adalah dengan adanya program Hibah Penulisan Naskah Buku Ajar. Dimana beberapa persyaratan pengajuan usulan program hibah tersebut di antaranya: [a] Naskah buku yang diajukan harus mempunyai unsur: (1) Prakata, (2) Daftar Isi, (3) batang tubuh yang terbagi dalam bab atau bagian beserta tujuan instruksionalnya, (4) daftar pustaka, (5) glosarium, dan (6) indeks (sebaiknya); [b] Naskah buku diketik menggunakan huruf Times New Roman (font 12 pt) pada kertas ukuran A4 dengan jarak 1,5 spasi, beserta softcopy dalam cakram padat (compact disc); [c] Jumlah halaman naskah buku (batang tubuh) tidak kurang dari 200 halaman (tidak termasuk prakata, daftar Isi, dan lampiran).

Ketika dikirimkan ke Dit Litabmas, naskah harus dijilid sebanyak 2 eksemplar disertai soft copy-nya. Selain persyaratan tersebut, masih banyak ketentuan lainnya, namun yang perlu diingat janganlah sampai terjadi kesalahan dalam penyusunan naskah buku semacam ini yang pada dasarnya dapat dihindari. Adapun beberapa kelemahan dalam penyusunan buku ajar seringkali berkaitan dengan hal-hal teknis, yaitu:

  1. Prakata Naskah

Pada bagian prakata sering bertujuan untuk memberikan pesan kepada mahasiswa pembacanya terkait untuk apa atau bagaimana membaca buku ajar tersebut. Namun hal tersebut sering dilalaikan oleh penulis. Selain itu, kelalaian yang juga sering dilakukan penulis pada bagian ini adalah tidak menyebut siapa mahasiswa pembacanya: apakah mahasiswa tingkat pemula ataukah mahasiswa tingkat atas? Bahkan, tidak penulis lupa juga lupa menyinggung struktur buku dan hasil penelitiannya.

  1. Pembagian Bab dan Tujuan Bab

Penulisan setiap bagian dalam buku ajar perlu diperhatikan sehingga lebih proporsional. Hal ini sering menjadi kelemahan dalam penulisan buku ajar. Dimana pembagian di antara bab-bab yang memuat pendahuluan, analisis, pembahasan, dan hasil pembahasan tidak proporsional. Hasilnya, misalnya porsi bab pendahuluan lebih besar daripada porsi bab analisi. Di sisi lain, kelalaian juga terjadi pada awal paragraf setiap bab yang tidak mencantumkan tujuannya. Berikut adalah contoh bab yang mencantumkan tujuan penulisan buku ajar di awal paragraf:

Bab 2. Teori Ekonomi Mikro

Uraian di dalam Bab 2 ini akan menjelaskan apakah teori ekonomi makro itu, sehingga mahasiswa mampu mengidentifikasikan pelbagai masalah ekonomi makro, seperti pertumbuhan, hubungan uang dan pengangguran dengan inflasi, defisit anggaran pemerintah, kebijakan-kebijakan ekonomi makro, dan isu perdebatan tentang efektivitas kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal.

 

  1. Istilah Asing dan Ilustrasi

Kekasih sejati penulis adalah perangkat-perangkat kebahasaan, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Glosarium (daftar istilah bidang ilmu dalam bahasa Indonesia), Ejaan Yang Disempurnakan, dan Tesaurus Bahasa Indonesia, begitu juga penulis buku. Penggunaan perangkat-perangkat tersebut tentu akan mencerminkan kecendekiaan penulisnya. Di sisi lain, hal tersebut dapat diartikan pula bahwa penulis mampu menghindari intervensi istilah berbahasa asing. Adapun beberapa istilah bahasa Indonesia yang dapat digunakan dalam penulisan buku ajar, yaitu:

Istilah Asing Istilah Bahasa Indonesia
Survive Sintas
Former Mantan
Download Mengunduh
Junk Bond Obligasi Berisiko
Fiber Glass Kaca Serat
Scene Adegan
Briefing Taklimat
Dealer Agen Atau Penyalur
Left Beck Bek Kiri
Rates Of Change Kurs Valuta Asing
Flavour Ganda Rasa

 Sumber: Penulisan Buku Ajar Perguruan Tinggi

 

Berkaitan dengan penulisan buku ajar, penulis juga diharapakan mempelajari ungkapan bahasa yang beraroma sastra. Dengan membaca karya sastra, berupa sejumlah novel berbahasa Indonesia yang diminati, penulis dapat membangun deskripsi, argumentasi, dan narasi lebih mengalir melalui diksi yang bernas, efektif, momunikatif, dan emansipatoris. Terlepas dari itu, apabila mencantumkan suatu ilustrasi, hendaknya hendaknya bukan ilustrasi milik orang lain, apalagi tanpa disebutkan sumbernya.

  1. Rujukan dan Susunan Bab

Penggunaan rujukan (daftar pustaka) yang digunakan dalam buku ajar sering dijumpai sudah usang. Padahal ilmu bersifat dinamis dan perkembangannya dapat ditemukan pada jurnal-jurnal atau buku-buku terbaru. Oleh karena itu, untuk menghindari kelemahan dalam penulisan buku ajar, maka penggunaan rujukan yang digunakan buku ajar sebaiknya berusia paling lama lima tahun, kecuali dalam kasus tertentu. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan buku ajar adalah pengutipan suatu teori, prinsip, atau pemikiran langsung dari sumber aslinya.

Mengutip dari kutipan tentu berdampak pada makna yang bias, ambigu, dan acap kali tidak sesuai dengan maksud penulis aslinya. Dengan demikian, untuk menghindari hal tersebut, dapat dilakukan parafrase ketika hendak mengutip sehingga selain terhindar dari tuduhan plagiarisme juga untuk menghindari kekeliruan epistomologi.

Kekeliruan epistomologi berkaitan dengan mengutip dari kutipan, mengutip atas kutipan, atau mengutip bukan dari sumber aslinya, memang berpeluang menjauhkan maksud sesungguhnya dari penulis aslinya. Terlepas dari itu, bab-bab pada batang tubuh buku ajar akan lebih baik apabila tidak hanya disusun seperti kliping, sekedar tempelan-tempelan belaka yang tidak saling berkait. Tidak lupa, memberi soal atau latihan pada bagian akhir setiap bab.

Dari beberapa kelemahan penulisan buku ajar di atas, semoga dapat menulis buku ajar manjadi lebih baik lagi. Mengingat buku ajar tidak hanya dimaksudkan untuk menulis ulang penelitian, melainkan juga bertujuan untuk memperluas cakrawala pengetahuan mahasiswa. Mari menulis, menulis, dan menulis !!

 

Anda punya RENCANA MENULIS BUKU?

atau NASKAH SIAP CETAK?

Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.

Anda juga bisa KONSULTASI dengan Costumer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.

Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR JADI PENULIS.
SEBELUM ANDA MENYESAL 🙁

🙂

*****BONUS*****

Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!

Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download

 

Referensi:

Wibowo, Wahyu, 2016, Penulisan Buku Ajar Perguruan Tinggi: Hakikat, Formulasi, dan Problem Etisnya, Jakarta: Rajawali Pers.

[Ulin Nafiah]

deepublish

View Comments

Recent Posts

Ketik Ulang agar Tidak Plagiat, Emang Bisa?

Dalam menyusun karya tulis ilmiah maka akan identik dengan penambahan kutipan. Kutipan ini biasanya dicantumkan…

6 hari ago

8 Cara Mencari Sinonim Kata untuk Prafrase

Salah satu upaya yang umum dilakukan penulis untuk menghindari plagiarisme adalah dengan melakukan parafrase. Teknik…

6 hari ago

Cara Mengubah Kata agar Tidak Plagiat dan Toolsnya

Ada banyak cara bisa dilakukan peneliti untuk menghindari plagiarisme saat menyusun karya ilmiah, salah satunya…

7 hari ago

Cara Bebas Finansial bagi Akademisi, Bisa?

Berada di kondisi bebas finansial menjadi impian banyak orang di dunia, bisa jadi Anda termasuk…

7 hari ago

Kerja Sama Workshop Penulisan Buku Ber-ISBN di Jakarta

Bagi sebuah perguruan tinggi, memastikan dosen-dosen di bawah naungannya menerbitkan buku ber-ISBN adalah hal penting.…

7 hari ago

Kerja Sama Workshop Penulisan Karya Ilmiah di Jakarta

Setiap perguruan tinggi di Indonesia tentu ingin memaksimalkan pencapaian IKU (Indikator Kinerja Utama). Ada banyak…

7 hari ago