Bisa memiliki passive income dan active income secara bersamaan tentu menjadi impian banyak orang. Sebab kedua sumber pemasukan ini berdampak positif pada kondisi finansial.
Namun, antara passive income dengan active income berbeda. Meski sama-sama menunjukan sumber pemasukan yang dimiliki seseorang. Keduanya tidak sama karena memang ada banyak perbedaan.
Jadi, jika Anda tertarik untuk membangun tidak hanya sumber active income. Akan tetapi juga passive income, maka penting untuk memahami keduanya dengan baik. Kemudian memilih sumber-sumber yang paling sesuai dengan tujuan finansial. Berikut penjelasannya.
Secara umum, penghasilan orang bersumber dari active income. Yakni pendapatan yang diperoleh karena berpartisipasi aktif. Misalnya, orang tersebut bekerja dulu selama satu bulan di suatu perusahaan. Maka di akhir bulan akan menerima gaji atas kinerjanya selama satu bulan penuh.
Namun, selain ada active income, ternyata ada juga sumber pemasukan yang disebut passive income. Dikutip melalui website Deposito BPR, passive income adalah penghasilan atau uang yang diperoleh tanpa perlu berpartisipasi secara aktif.
Jika masih bingung membedakan keduanya, maka berikut daftar perbedaan passive income dan active income:
Perbedaan yang pertama antara passive income dengan active income adalah sumbernya. Active income bersumber dari suatu kegiatan yang dilakukan dan diberi imbalan uang atau disebut gaji maupun fee.
Seseorang yang melakukan suatu kegiatan dan dibayar. Maka bayaran ini disebut sebagai active income. Sehingga ada keterlibatan aktif dari pemilik penghasilan tersebut. Tanpa keterlibatan aktif, maka penghasilan tidak akan didapatkan.
Sementara sumber dari passive income adalah dari hasil pengelolaan suatu aset. Aset disini bisa kendaraan yang disewakan, properti yang disewakan, baju branded yang disewakan, buku yang disewakan, dividen dari saham, bunga dari tabungan di bank, dan lain sebagainya.
Perbedaan passive income dan active income yang kedua adalah dari cara mendapatkannya. Active income didapatkan dengan melakukan suatu kegiatan yang diberi imbalan berupa gaji atau bayaran.
Jadi, seseorang baru bisa mendapatkan uang ketika melakukan suatu kegiatan. Kegiatan disini sering disebut sebagai pekerjaan. Baik pekerjaan di perusahaan, menjadi freelancer yang mengerjakan suatu proyek, dan sebagainya.
Sementara passive income didapatkan dengan cara mengelola aset. Sehingga pemilik aset tidak perlu bekerja dan cukup duduk manis atau melakukan aktivitas lain. Aset tersebut yang kemudian memberi pemasukan, pemasukan ini bersifat pasif.
Contohnya koleksi buku yang disewakan, sehingga aset dalam bentuk buku memberi pemasukan. Tapi pemilik buku tidak perlu bekerja untuk mendapatkan pemasukan tersebut.
Jika dilihat dari cara kerja, maka juga akan diketahui perbedaan antara passive income dan active income. Active income akan didapatkan dengan bekerja secara aktif. Sehingga analoginya orang perlu mengejar active income tersebut.
Sementara passive income akan datang dengan sendirinya. Sehingga pemilik penghasilan tidak perlu mengejar passive income. Sebab penghasilan tersebut akan datang dengan sendirinya.
Inilah alasan kenapa passive income sering disebut sebagai uang yang bekerja untuk pemiliknya. Sehingga uang tersebut bergerak dengan porros tertentu untuk memberi tambahan uang lebih kepada pemiliknya.
Misalnya, ketika A membeli sepeda motor. Kemudian motor tersebut disewakan, maka A akan menerima uang jasa penyewaan. Namun, A disini tidak bekerja secara aktif mengendarakan motor agar berpenghasilan seperti driver ojek online.
Perbedaan yang keempat antara passive income dan active income adalah dari besaran nominal. Besaran nominal dari masing-masing jenis pendapatan ini berbeda-beda. Artinya tidak ada nominal pasti.
Pada active income bisa dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas usaha, jenis pekerjaan, serta pengalaman. Misalnya, saat melamar pekerjaan di posisi administrasi. Besaran gaji bulanan antara fresh graduate dengan yang sudah berpengalaman bisa berbeda.
Sementara besaran active income dipengaruhi oleh jumlah modal awal yang dialokasikan, perhitungan persentase, dan tingkat bunga jika melakukan investasi. Misalnya, saat membeli saham antara pemilik modal Rp1 juta dengan Rp100 juta.
Maka besaran passive income yang didapatkan cenderung lebih tinggi pemilik modal Rp100 juta. Meskipun begitu, secara nominal besaran active income lebih tinggi dibanding passive income. Apalagi passive income butuh modal besar di awal sementara active income tidak.
Perbedaan yang kelima dari passive income dan active income adalah manfaat yang diberikan. Active income didapatkan dengan aktif mengerjakan suatu kegiatan atau pekerjaan dan proyek.
Hasil yang didapatkan bersifat tetap dan nominalnya sudah diketahui pasti. Sehingga bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian maupun bulanan. Memiliki pekerjaan tetap, sama artinya memberi active income rutin dalam besaran tetap juga.
Sementara passive income bermanfaat untuk memberi fleksibilitas dari aspek finansial. Hasil yang didapatkan bisa digunakan untuk menambal kebutuhan, meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan hidup, mencapai tujuan finansial seperti membeli aset, dan sejenisnya.
Perbedaan berikutnya adalah dari besaran pajak. Baik passive income dan passive income sama-sama dikenakan pajak. Hal ini diterapkan di sejumlah negara di dunia yang menarik pajak kepada rakyat, termasuk Indonesia.
Namun untuk besaran, biasanya untuk pajak active income lebih tinggi jika dibandingkan pada passive income. Misalnya untuk di Indonesia, besaran active income pada gaji tahunan di atas Rp60 – Rp250 juta adalah 15%.
Sementara untuk passive income, untuk dikenakan pajak sampai 15% perlu memenuhi batas minimal penghasilan yang nominal lebih tinggi. Contohnya pada pajak royalti buku, besaran 15% untuk royalti dengan nominal Rp150 – Rp250 juta.
Besaran pajak untuk active income maupun passive income di setiap negara berbeda aturannya. Jadi, perlu menyesuaikan dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.
Baik passive income dan active income ternyata memiliki resiko. Resiko yang dimaksud disini adalah penghasilan yang terhenti. Namun, besaran resiko pada passive income lebih tinggi dibanding dengan active income.
Active income dijamin akan didapatkan selama bekerja dan bahkan selama mau bekerja. Bagi karyawan, resiko active income terhenti memang ada akan tetapi kecil. Hal ini terjadi ketika ada kondisi karyawan mengalami kecelakaan, perusahaan bangkrut, atau karyawan terkena PHK.
Sementara pada passive income, resiko disebut lebih tinggi karena memang ada kemungkinan uang yang dikeluarkan hilang begitu saja. Hal ini berlaku untuk semua produk investasi, karena tidak ada produk investasi tanpa resiko.
Investasi membeli kendaraan untuk disewakan, ada resiko gagal mendapat pelanggan. Sehingga gulung tikar. Hal serupa juga berlaku untuk usaha mendirikan kontrakan maupun kost-kostan, karena ada resiko tidak ada peminat.
Pada investasi saham, ada resiko nilai anjlok dan uang hilang separuh atau bahkan seluruhnya. Namun, ada juga produk investasi dengan resiko rendah. Sehingga resiko semua modal hilang sangat kecil. Misalnya menyimpan uang dalam bentuk deposito. Namun, resikonya rendah bukan tanpa resiko.
Jika memungkinkan, semua orang perlu mengusahakan memiliki passive income dan active income. Gaji dari active income bisa dikumpulkan untuk membeli aset dalam bentuk apapun. Sehingga di suatu masa aset ini bisa memberi passive income.
Passive income bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup. Termasuk dijadikan sumber pemasukan ketika memasuki usia nonproduktif alias sudah pensiun.
Tidak ada kata terlambat untuk mulai membangun passive income sekaligus active income. Supaya tidak bingung harus mulai darimana, maka berikut adalah beberapa contoh active income:
Dikutip melalui website makmur.id, berikut adalah beberapa contoh active income yang ternyata cukup beragam:
Contoh yang pertama dari active income adalah gaji atau dalam bahasa Inggris disebut salary. Gaji sendiri adalah pendapatan yang diperoleh seorang karyawan dari perusahaan atau organisasi tempat mereka bekerja.
Gaji sifatnya tetap dari segi nominal dan akan didapatkan seorang karyawan secara rutin. Baik itu harian, mingguan, maupun bulanan yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan atau organisasi tempat karyawan bekerja.
Contoh kedua dari active income adalah upah atau dalam bahasa Inggris disebut fee. Kebanyakan orang menganggap gaji dan upah adalah sama. Keduanya ternyata berbeda.
Upah atau fee adalah pendapatan yang diterima oleh pekerja berdasarkan jam kerja atau produksi yang mereka hasilkan. Biasanya berlaku untuk pekerja borongan, pekerja paruh waktu (part time), pekerja lepas (freelancer), dan sebagainya.
Upah bersifat tidak tetap sehingga tidak sama dengan gaji. Besarannya maupun dari momen kapan didapatkan sifatnya tidak tetap. Sehingga upah sendiri bisa didapatkan ketika ada proyek atau pekerjaan. Begitu pula sebaliknya.
Contoh active income yang ketiga adalah pendapatan bisnis. Menjalankan bisnis pada dasarnya juga bisa menjadi passive income. Namun dengan catatan pemilik uang hanya menjadi investor atau pemberi modal.
Sehingga tidak ikut serta dalam seluruh aktivitas bisnis, kecuali menyediakan modal dan mengakses laporan maupun hal lain sesuai kesepakatan. Apabila suatu bisnis atau usaha dijalankan sendiri, maka pemilik modal sama artinya melakukan kegiatan untuk membesarkan bisnis tersebut dan berpenghasilan.
Maka dalam kondisi ini, pemilik modal sekaligus menjadi pemilik usaha akan menerima gaji dan masuk kategori active income bukan passive income. Jadi, dalam menjalankan usaha, pemiliknya harus menyertakan gaji bulanan ke dalam pengeluaran rutin usaha.
Contoh active income selanjutnya adalah honorarium atau sering disebut dengan istilah honor. Honor sendiri adalah kompensasi yang diberikan kepada seseorang sebagai imbalan atas layanan atau pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Honor juga sering dianggap sama dengan gaji, padahal berbeda. Gaji bersifat tetap dan nominalnya disebut gaji pokok. Sementara honorarium adalah nominal lain di luar gaji pokok. Sehingga tercantum di dalam take home pay (gaji yang diterima karyawan).
Contohnya seperti bonus kinerja baik, tunjangan (tunjangan anak, istri, dll), bonus akhir tahun, dll. Secara umum, jenis dan besaran honorarium bisa tetap atau tidak. Selain itu bisa cair di waktu-waktu tertentu yang sudah ditentukan perusahaan atau organisasi atau tidak cair karena suatu hal.
Sementara untuk contoh dari passive income juga cukup beragam, berikut beberapa diantaranya:
Contoh yang pertama adalah dari investasi, yakni investasi saham. Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan.
Perusahaan yang sudah go public biasanya menawarkan saham kepada masyarakat umum. Saham ini bisa dibeli masyarakat di pasar modal, akan tetapi melalui broker saham. Ada broker daring dalam bentuk aplikasi, ada pula yang luring dimana investor perlu mendatangi kantor broker tersebut.
Membeli saham membantu investor mendapatkan dividen untuk perusahaan yang secara rutin membagikan keuntungan. Bisa juga dari capital gain, yakni keuntungan menjual saham dari selisih harga jual yang lebih tinggi dibanding harga beli.
Contoh kedua adalah investasi logam mulia, salah satu yang populer di Indonesia adalah emas. Emas disini bisa emas perhiasan dan bisa emas batangan. Investasi jangka panjang biasanya disarankan emas batangan.
Emas batangan memiliki harga yang cenderung naik, meskipun tergantung pada nilai tukar Rupiah dengan Dolar atau mata uang asing lainnya. Selisih harga jual dan harga beli ini yang menjadi passive income.
Berikutnya adalah bisnis properti. Misalnya tanah, membeli tanah kemudian disewakan untuk usaha orang lain akan memberi uang sewa. Uang sewa dalam tempo bulanan maupun tahunan adalah passive income pemilik tanah.
Bisnis kendaraan juga contoh passive income, yakni dengan disewakan. Baik sepeda motor ataupun mobil bisa disewakan. Hasil jasa sewa inilah yang disebut passive income untuk pemilik kendaraan.
Membuat blog juga menjadi sumber passive income. Penghasilan mengalir melalui Google Adsense. Selama masih ada pengunjung blog yang membaca artikel, maka penghasilan akan didapatkan pemilik blog.
Bergabung dalam program affiliate juga bisa memberi passive income. Sebab link produk yang dibagikan dan disimpan di akun media sosial bisa mendatangkan pembeli sampai kapanpun. Sehingga fee sebagai affiliate terus cair.
Menjual foto secara daring juga menjadi contoh passive income. Misalnya di website Shutterstock. Foto yang berhasil disetujui editor bisa laku terjual kapan saja selama website masih bisa diakses. Sehingga hasil penjualan mengalir terus dan merupakan passive income bagi pemilik foto.
Selain beberapa contoh yang dijelaskan di atas, tentunya masih banyak lagi contoh untuk sumber active income maupun passive income. Apalagi dengan berkembangnya zaman dan teknologi. Maka akan ada lebih banyak profesi bisa ditekuni dan pilihan sumber passive income juga ikut berkembang.
Memahami arti penting memiliki passive income dan active income. Maka keduanya perlu diupayakan untuk dimiliki. Semakin dini diupayakan maka semakin baik, terutama untuk passive income yang memang kebanyakan butuh modal besar.
Membantu Anda dalam memiliki kedua jenis sumber penghasilan tersebut. Maka bisa bergabung menjadi Mitraplus di program Netpromoter yang dijalankan Penerbit Deepublish. Mitra Netpromoter bertugas menjadi penghubung antara penulis buku dengan Penerbit Deepublish.
Selain menghimpun naskah buku untuk dibantu penerbitannya oleh Penerbit Deepublish. Penulis yang dijaring Mitra Netpromoter bisa menggunakan jasa lain dari Penerbit Deepublish.
Menjadi Mitra Netpromoter berpeluang menerima active income sampai puluhan juta dalam sebulan. Sekaligus passive income melalui banyaknya jaringan yang terbentuk. Sehingga saat para penulis perlu menerbitkan karyanya, maka akan menghubungi mitra Netpromoter. Informasi lebih lanjut dan pendaftaran sebagai Netpromoter bisa mengunjungi tautan https://penerbitdeepublish.com/daftar-net-promoter/.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…