Information

Pedoman Wawancara dalam Penelitian & Cara Membuatnya

Menyusun pedoman wawancara menjadi salah satu tahapan dalam kegiatan penelitian. Baik penelitian yang dilakukan dosen maupun mahasiswa dalam upaya menyusun tugas akhir. Misalnya skripsi, tesis, atau disertasi. 

Pedoman dalam wawancara kemudian akan dilampirkan di dalam laporan penelitian. Misalnya dalam skripsi, biasanya akan masuk ke bagian atau halaman lampiran. Penyusunannya akan membantu jalannya wawancara. 

Sehingga bisa membantu meminimalkan kesalahan dan memastikan mengajukan pertanyaan penting serta fokus pada topik penelitian. Lalu, bagaimana cara menyusun pedoman dalam wawancara tersebut? Berikut penjelasannya. 

Pedoman Wawancara dalam Penelitian

Secara umum, pedoman wawancara adalah panduan standar yang digunakan untuk mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan wawancara dengan cara yang sistematis dan efektif.

Kegiatan wawancara bisa terjadi dalam berbagai kondisi dan situasi. Paling umum adalah di bidang jurnalistik, yakni antara jurnalis dengan narasumber. Namun, wawancara juga bisa masuk dalam konteks penelitian. Sebab wawancara termasuk salah satu metode pengumpulan data. 

Pedoman wawancara dalam konteks penelitian adalah serangkaian langkah, panduan, atau prinsip yang digunakan oleh peneliti untuk memastikan bahwa proses wawancara berjalan sistematis, efektif, dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam konteks penelitian, pedoman dalam melaksanakan wawancara bisa dalam bentuk daftar pertanyaan yang akan diajukan peneliti kepada narasumber. Namun, bisa juga lebih rinci. Misalnya memuat rumusan masalah, daftar pertanyaan, dan respon narasumber (jawaban). 

Mengenai isi dari pedoman dalam wawancara penelitian biasanya disesuaikan dengan kebijakan perguruan tinggi. Selain itu, pedoman bisa disusun baik dalam wawancara terstruktur maupun tidak terstruktur. Sebab bisa membantu kedua jenis wawancara ini berjalan lancar dan tetap fokus pada tujuan penelitian. 

Pentingnya Menggunakan Pedoman Wawancara dalam Penelitian

Pedoman wawancara dalam penelitian tidak disusun karena iseng. Melainkan ada maksud dan tujuannya. Secara umum, pedoman dalam wawancara penelitian memiliki arti penting sebagai berikut: 

1. Membantu Tetap Fokus pada Tujuan Penelitian

Arti penting yang pertama dari pedoman dalam wawancara penelitian adalah membantu tetap fokus pada tujuan penelitian. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan kebutuhan penelitian. 

Namun, ada kemungkinan data yang didapatkan tidak relevan atau kurang relevan. Sebab ada beberapa pertanyaan yang keluar dari topik. Adanya pedoman dalam wawancara bisa mencegah hal tersebut. 

2. Menjamin Konsistensi dalam Wawancara

Dalam wawancara penelitian, ada kalanya peneliti memiliki beberapa narasumber. Bisa sampai 10 orang dan bisa juga hanya satu orang. Jika hanya mewawancara satu orang, tentunya tidak ada kendala. Sebab mengajukan pertanyaan spontan (wawancara tidak terstruktur) bisa dilakukan. 

Namun, jika wawancara melibatkan cukup banyak narasumber. Maka perlu dibuat pedoman berisi daftar pertanyaan. Sehingga semua narasumber mendapat pertanyaan yang sama dan konsistensi didapatkan. Hal ini membantu mendapatkan data yang relevan dengan kebutuhan penelitian. 

3. Meningkatkan Kualitas Data Penelitian

Dibuatnya pedoman dalam wawancara penelitian menggunakan wawancara tersebut adalah wawancara terstruktur. Salah satu kelebihan teknik wawancara ini adalah meningkatkan kualitas pertanyaan. Sehingga jelas atau tidak ambigu. 

Pertanyaan yang sudah dipastikan berkualitas dan memiliki makna jelas. Memungkinkan peneliti mendapatkan data valid. Sebab jawaban dan penjelasan narasumber sesuai dengan konteks pertanyaan yang sudah disiapkan jauh-jauh hari. 

Memastikan kualitas data yang didapatkan terjamin. Maka penting bagi peneliti untuk memastikan daftar pertanyaan yang dibuat mendukung hal tersebut. Selain harus relevan dengan topik, juga harus jelas dan sifatnya menggali informasi lebih dalam. 

4. Memudahkan Proses Analisis Data

Arti penting selanjutnya dari penyusunan pedoman dalam wawancara penelitian adalah memudahkan proses analisis data. Hal ini terjadi, karena pertanyaan sudah disiapkan sebelumnya. Sehingga lebih terstruktur dan jawaban narasumber juga ikut terstruktur. 

Susunan pertanyaan bisa dibuat sedemikian rupa untuk mendapatkan data yang runtut dan jelas. Sehingga memudahkan proses koding data dan analisisnya. Hal ini bisa meningkatkan efisiensi dari jalannya kegiatan penelitian. 

5. Membangun Kredibilitas Peneliti dan Penelitiannya

Menyusun pedoman wawancara dalam penelitian juga penting untuk membangun maupun mempertahankan kredibilitas. Baik kredibilitas peneliti, penelitian yang dilakukan, dan institusi yang menaungi peneliti tersebut. 

Pedoman yang dibuat membantu pelaksanaan wawancara yang profesional. Narasumber juga bisa ikut serta menentukan pertanyaan seperti apa yang bersedia dijawab dan sebagainya. Sehingga bisa sekaligus menjaga etika dalam pelaksanaan wawancara penelitian. 

6. Memberi Efisiensi Waktu dan Sumber Daya Lain

Menyusun pedoman dalam pelaksanaan wawancara penelitian juga membantu mendapatkan efisiensi waktu maupun sumber daya lain. Jauh-jauh hari, peneliti sudah bisa memastikan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. 

Dalam pelaksanaannya, peneliti tinggal menyesuaikan urutan pertanyaan sesuai isi pedoman. Hal ini meminimalkan adanya kesalahan pertanyaan, urutannya, dan sebagainya. Sehingga wawancara berjalan lancar dan tidak melebihi waktu yang disepakati di awal. 

7. Meningkatkan Kepercayaan Narasumber

Arti penting berikutnya adalah bisa meningkatkan kepercayaan narasumber kepada peneliti. Dalam wawancara penelitian, sangat penting untuk peneliti mendapat kepercayaan dari narasumber. 

Sehingga mereka bisa terbuka dalam memberi jawaban dan penjelasan. Hal ini akan membantu meningkatkan kelengkapan dan kualitas data. Salah satunya dengan tampil profesional saat wawancara. Adanya pedoman, membantu mencapai hal tersebut. 

8. Meminimalkan Resiko Kesalahan

Arti penting selanjutnya dari pedoman dalam wawancara penelitian adalah meminimalkan resiko kesalahan. Peneliti bisa memastikan untuk mengajukan pertanyaan yang relevan dan tetap fokus. 

Sekaligus mencegah narasumber memberi jawaban yang melebar kemana-mana. Hal ini bisa membantu peneliti mendapatkan data yang valid, sebab pertanyaan jelas dan minim resiko adanya kesalahan. 

9. Mendukung Dokumentasi Penelitian

Dalam menyusun pedomanpelaksanaan wawancara peneltian, isinya tidak hanya daftar ertanyaan. Namun juga menjelaskan prosedur lain terkait pelaksanaan wawancara tersebut. 

Misalnya informasi atau keterangan untuk mengingatkan peneliti bagaimana mendokumentasikan wawancara. Apakah cukup dicatat sambil jalan, direkam dengan smartphone, atau lainnya. Sehingga bisa mendukung dokumentasi penelitian. 

Cara Membuat Pedoman Wawancara

Dikutip melalui Kompasiana.com, ada setidaknya 5 langkah dalam cara membuat pedoman wawancara penelitian. Berikut penjelasannya: 

1. Menentukan Tujuan Wawancara

Langkah atau tahap pertama dalam menyusun pedoman pelaksanaan wawancara penelitian adalah menentukan tujuan wawancara tersebut. Tujuan yang dimaksud disini adalah informasi apa yang ingin didapatkan dari narasumber. 

Misalnya, dalam penelitian Anda membutuhkan informasi mengenai tata cara perawatan pasien diabetes di rumah. Maka pertanyaan yang disusun juga relevan dengan tujuan tersebut. 

Pedoman dalam wawancara baru bisa disusun seluruhnya jika tujuan wawancara sudah jelas. Maka penetapannya dilakukan paling awal. Jauh sebelum daftar pertanyaan mulai disusun peneliti. Masing-masing peneliti, tentunya punya tujuan wawancara yang berbeda. 

2. Melakukan Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

Tahap kedua dalam menyusun pedoman wawancara penelitian adalah melakukan perbandingan. Yakni dengan penelitian sebelumnya atau penelitian terdahulu dengan topik yang sama ata relevan.

Peneliti sebelumnya, tentu akan melahirkan pedoman dari wawancara yang dilakukan. Sehingga bisa dipelajari dan dibandingkan dengan rencana pedoman yang dimiliki. Melakukan perbandingan seperti ini penting, sebab bisa membantu menyusun pertanyaan yang tepat dan mendapat panduan sekaligus. 

3. Identifikasi Narasumber

Tahap kedua adalah proses identifikasi narasumber. Secara sederhana, tahap ini adalah tahap dimana peneliti menentukan kriteria dari calon narasumber yang relevan dengan topik penelitian. 

Dalam tahap ini, biasanya peneliti akan mengacu pada metode penelitian. Sebab sudah ditetapkan kriteria dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber. Namun, penerapannya harus fleksibel. 

Pasalnya, bisa jadi narasumber yang dipilih tidak bersedia, berhalangan, dan sebagainya. Sehingga perlu menyiapkan calon narasumber lain yang sama-sama relevan dengan kebutuhan penelitian. 

4. Pengembangan Pertanyaan

Tahap berikutnya adalah mulai pengembangan pertanyaan. Secara sederhana, tahap ini diisi dengan kegiatan penyusunan pertanyaan dalam wawancara. Daftar pertanyaan ini yang nantinya masuk dalam pedoman wawancara dan dilampirkan dalam karya tulis. 

Dalam menyusun pertanyaan wawancara, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti. Yaitu: 

  • Utamakan pertanyaan terbuka, sehingga narasumber bisa memberi penjelasan secara mendalam sesuai pandangan dan pemahamannya di suatu bidang yang menjadi kepakarannya.
  • Menyusun pertanyaan yang spesifik, dibuat singkat saja agar makna jelas dan mudah dipahami narasumber. Hal ini mencegah pemberian jawaban dan penjelasan yang tidak relevan.
  • Pertanyaan yang disusun harus relevan dengan topik penelitian.
  • Menghindari pertanyaan yang mengarah atau memiliki bias.

5. Menentukan Struktur Wawancara

Tahap akhir dalam menyusun pedoman wawancara penelitian adalah menentukan struktur wawancara. Struktur disini secara sederhana adalah menentukan urutan pertanyaan sehingga mendukung kelancaran dalam wawancara. 

Urutan pertanyaan yang tepat akan membantu mendapat kepercayaan narasumber. Sehingga bisa mendapatkan data yang valid dan juga lengkap. Berikut adalah struktur yang paling dianjurkan: 

  • Memulai wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, sehingga bisa membangun kepercayaan narasumber.
  • Melanjutkan wawancara dengan mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik dan relevan dengan topik penelitian.
  • Mengakhiri wawancara dengan memberi pertanyaan terbuka, sehingga memberi kesempatan bagi narasumber untuk memberi penjelasan atau informasi tambahan yang dipandang penting. Contohnya:

“Bisakah Anda menceritakan pengalaman Anda saat menggunakan layanan kesehatan di rumah sakit ini?”

Pertanyaan terbuka seperti ini membantu narasumber untuk memberi jawaban yang tidak terbatas. Dimana bisa menjelaskan penilaian kualitas layanan rumah sakit berdasarkan pengalaman dan penilaian pribadinya. 

Contoh Pedoman Wawancara

Seperti penjelasan sebelumnya, isi dari pedoman wawancara antara satu peneliti dengan peneliti lain pasti berbeda. Sebab, susunan pertanyaan akan dibuat spesifik dan relevan dengan topik maupun kebutuhan penelitian. 

Meskipun begitu, mempelajari pedoman dari wawancara peneliti lain tetap penting. Sehingga bisa memberi gambaran mengenai bagaimana menyusun pedoman untuk wawancara penelitian yang akan dilakukan. Berikut adalah beberapa contohnya: 

Contoh Pedoman Wawancara 1

Pedoman Wawancara Penanganan Penyimpangan Perilaku Seksual Remaja Tunalaras Yang Berperilaku Agresif Di Lingkungan Asrama Slb E Prayuwana Yogyakarta 

  1. Bagaimana bentuk perilaku seksual subjek di lingkungan asrama?
  2. Apakah subyek pernah memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain?
  3. Apakah subyek selama di lingkungan asrama pernah meraba alat vital atau bagian sensitif orang lain?
  4. Apakah subyek di lingkungan asrama pernah memegang-megang alat kelaminnya?
  5. Apakah subyek di lingkungan asrama pernah melakukan masturbasi/onani?
  6. Upaya apa yang pembina asrama lakukan saat subyek memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain?
  7. Upaya apa yang pembina asrama lakukan saat subyek meraba alat vital atau bagian sensitif orang lain?
  8. Upaya apa yang pembina asrama lakukan saat subyek memegang-megang alat kelaminnya?
  9. Upaya apa yang pembina asrama lakukan saat subyek melakukan masturbasi/onani?
  10. Adakah pendidikan seksual di lingkungan asrama?
  11. Metode apa yang digunakan pembina asrama dalam menangani penyimpangan perilaku seksual subyek?

Contoh Pedoman Wawancara 2

Pedoman Wawancara 

Pedoman wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian. Wawancara dalam ini dilakukan oleh dua orang atau lebih di dalam mencari sebuah informasi penting yang ingin didapatkan. 

Rumusan MasalahPertanyaan WawancaraNarasumber
Bagaimana proses pertimbangan hakim dalam memutus pembatalan sengketa jual beli tanah di pengadilan negeri singaraja ?Apakah Bapak Bagaimana proses pertimbangan hakim dalam memutus pembatalan sengketa jual beli tanah di pengadilan negeri singaraja?Apakah bapak mengetahui bagaimana peraturan apa yang digunakan hakim dalam memutus atau mempertimbangkan masalah pembatalan jual beli tanah tersebut?Apakah bapak mengetahui apa saja kendala kendala dalam peraturan mengenai pembatalan sengketa jual beli tanah tersebut?Hakim Pengadilan Negeri Singaraja
Bagaimana akibat hukum dari putusan nomor:228/PDT,G/2015/PN.SGR terhadap pembatalan sengketa jual beli tanah di pengadilan negeri singaraja?Bagaimana akibat hukum dalam pembatalan sengketa jual beli tanah dalam perkara nomor : 228/PDT.G/2015/PN.S GR.?Bagaimana solusi mengenai kendala kendala dari proses dan akibat hukum dari pembatalan sengketa jual beli tersebut ?Apakah dalam aturan yang digunakan hakim sudah terealisasikan di seluruh pengadilan di Indonesia ?Hakim Pengadilan Negeri Singaraja

Contoh Pedoman Wawancara 3

PEDOMAN WAWANCARA 

Peneliti menyusun pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang akan dilakukan kepada informan mahasiswa guna mendapatkan data yang sesuai dengan permasalahan penelitian. adapun pertanyaan yang akan diajukan yakni sebagai berikut: 

Biodata: 

[1] Nama : 
[2] Umur : 
[3] Asal : 
[4] Suku : 
[5] Alamat : 
[6] Agama : 
[7] Suku orang tua: 
i. Ayah : 
ii. Ibu : 
[8] Alasan Kuliah di TELKOM University :

Pertanyaan Penelitian: 

  1. Sudah lama disini?
  2. Kost/tinggal dimana dan dengan siapa?
  3. Pernah/sering dengar kata budaya?
  4. Apa yang anda pikirkan mengenai arti kata tersebut (budaya)?
  5. Pernah dengar kata culture shock?
  6. Apa yang anda pikirkan mengenai arti kata tsb (culture shock)?
  7. Perbedaan kultur dan budaya apa yang dialami disini?
  8. Seberapa sering menggunakan bahasa Minang?
  9. Bagaimana respon etnis lokal/lainnya terhadap cara komunikasi anda?
  10. Masih ada kendala adaptasi disini?
  11. Apa saja kata sapaan kekerabatan untuk orang yang lebih tua yang anda gunakan selama berkuliah? Contoh: akang, kaka, abang.
  12. Bagaimana anda membiasakan diri menggunakan sapaan kekerabatan antar teman kepada teman anda yang lebih tua?
  13. Apakah teman anda yang berbeda etnis dengan anda mengetahui istilah-istilah Minang? Kalau tahu apa saja?
  14. Apakah anda pernah berada pada posisi canggung dimana anda pernah menggunakan humor namun teman anda tidak mengerti dan tidak merasa lucu?
  15. Apakah sebelumnya anda pernah mempunyai gambaran mengenai budaya Sunda sebelumnya?
  16. Apakah anda mempunyai teman beretnis Sunda sebelumnya?

Seperti penjelasan sebelumnya, pedoman wawancara ditambahkan dalam halaman lampiran karya tulis ilmiah atau laporan penelitian. Isinya berupa daftar pertanyaan dan informasi lain yang menjadi dasar acuan pelaksanaan wawancara. Selain contoh di atas, tentunya masih banyak contoh lain bisa dipelajari. 

Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman pribadi berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi penting dari artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Pemasaran Buku Gratis, Terbitkan di Penerbit dengan Fasilitas Ini

Seorang penulis buku, tentunya berharap karyanya bisa dibaca banyak orang sehingga memperhatikan pemasaran buku tersebut.…

2 jam ago

Laporan Wawancara: Format, Cara Membuat, Contoh

Sebagai upaya membangun transparansi dalam proses memperoleh data penelitian, maka peneliti perlu menyusun laporan wawancara.…

2 jam ago

Kuesioner Tertutup dan Cara Mengolah Data dari Responden

Kuesioner tertutup menjadi salah satu jenis kuesioner yang cukup sering digunakan oleh peneliti. Kuesioner ini…

2 jam ago

Kuesioner Terbuka dan Cara Menganalisis Jawaban Responden

Ada banyak pilihan metode pengumpulan data dalam penelitian, salah satunya lewat kuesioner terbuka. Kuesioner jenis…

2 jam ago

15 Aplikasi AI untuk Transkrip Audio dan Video

Penggunaan AI untuk transkrip audio dan video tentunya semakin sering dilakukan, baik itu pelajar maupun…

3 jam ago

Data Diskrit dalam Penelitian Kuantitatif dan Bedanya dengan Data Kontinu

Dalam penelitian kuantitatif, data penelitian bisa dalam bentuk data diskrit maupun data kontinu. Seorang peneliti…

3 jam ago