Menyusun bagian atau bab pembahasan hasil penelitian memang tidak bisa asal-asalan. Sebab, bagian ini sama seperti bagian lain dalam karya tulis ilmiah adalah terikat dengan aturan struktur dan aturan lainnya.
Menyusun pembahasan terhadap hasil penelitian harus menjelaskan beberapa poin. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan bisa dijelaskan dengan baik kepada pembaca. Kemudian bisa dipahami oleh para pembaca.
Sayangnya, belum semua peneliti memahami bagaimana cara menyusun pembahasan untuk hasil penelitian. Baik dalam bentuk artikel ilmiah, naskah buku, maupun output lainnya. Berikut penjelasannya.
Dalam menyusun laporan hasil penelitian sebagai output, baik dalam bentuk artikel ilmiah maupun naskah buku. Maka struktur isi harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam bagian pembahasan hasil penelitian ada beberapa hal perlu dicantumkan.
Dikutip melalui website Universitas Esa Unggul, dijelaskan bahwa dalam menyusun pembahasan terhadap hasil penelitian belum ada aturan baku. Meskipun begitu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar pembahasan ini menjadi pembahasan yang baik. Yaitu:
Isi yang pertama atau syarat yang pertama agar pembahasan hasil penelitian menjadi baik adalah memuat hasil penelitian secara ringkas. Berhubung pemaparan hasil penelitian ada di bab atau bagian berbeda. Dimana sudah jelas dan detail.
Maka ketika diulang di bab pembahasan terhadap hasil penelitian, bisa disajikan secara ringkas. Misalnya hanya menyajikan data hasil analisis dalam bentuk tabel. Jika ingin disajikan dalam bentuk teks (penelitian kualitatif) maka bisa dibuat hanya satu atau dua paragraf.
Adapun salah satu tujuan dicantumkan ulang hasil penelitian adalah untuk menjadi reminder atau pengingat bagi pembaca. Mengenai hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut dan yang akan dibahas serta disampaikan kepada pembaca.
Syarat kedua, isi dari pembahasan hasil penelitian tentu saja adalah membahas hasil dari penelitian itu sendiri. Setelah memuat ulang hasil penelitian, maka penulis bisa fokus membahasnya.
Teknik dalam membahas hasil penelitian sendiri ada dua, yakni teknik komparasi dan teknik sebab-akibat. Berikut penjelasannya:
Teknik pertama dalam membahas hasil penelitian adalah melakukan komparasi. Komparasi sendiri adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membandingkan data-data untuk menemukan persamaan atau perbedaan.
Dalam teknik ini, penulis akan melakukan perbandingan antara hasil penelitian dengan teori, hasil penelitian sebelumnya, kebijakan yang berlaku di masyarakat, dan lain sebagainya.
Aspek yang dibandingkan disesuaikan dengan isi dari bab II pada bagian Landasan Teori. Misalnya, di bab II dijelaskan mengenai hasil penelitian X di tahun 2001.
Maka pada saat membahas hasil penelitian dengan teknik komparasi. Hasil penelitian dibandingkan atau dijelaskan kesesuaiannya atau sebaliknya dengan hasil penelitian tersebut.
Apabila ada aspek pembanding dan penjelas yang digunakan dalam pembahasan hasil penelitian belum masuk bab II. Misalnya karena diketahui dalam proses menyusun bab V. Maka bisa ditambahkan setelahnya. Pastikan di bab II sudah ada dan menjadi dasar pembahasan dari hasil penelitian.
Teknik yang kedua dalam membahas hasil penelitian adalah teknik sebab-akibat. Bisa juga disebut analisis sebab-akibat. Sesuai namanya, teknik ini digunakan untuk membahas hasil penelitian dengan menjelaskan penyebab dan dampak yang ditimbulkan.
Apabila teknik komparasi dirasa kurang sesuai dengan pembahasan terhadap hasil penelitian. Maka bisa memakai teknik kedua ini. Sehingga diawali dengan menjelaskan hasil analisis kemungkinan penyebab. Kemudian diakhiri dengan menjelaskan kemungkinan dampak yang ditimbulkan.
Syarat terakhir, adalah memaparkan pandangan atau pendapat di dalam pembahasan hasil penelitian. Jadi di dalam bab pembahasan terhadap hasil penelitian harus terdapat pandangan atau pendapat penulis (peneliti).
Pendapat atau pandangan disini bisa dalam bentuk opini, saran atau masukan, penilaian, dan lain sebagainya. Sehingga peneliti atau penulis menyampaikan hasil penilaian pribadinya dengan dasar yang jelas sesuai pada bab II.
Apabila menjumpai ada kekurangan dalam kebijakan atau sistem yang berjalan di lokasi penelitian. Maka pandangan dalam bentuk saran bisa diberikan. Begitu pula dengan kondisi dan situasi lainnya. Sebab pandangan peneliti tidak harus berbentuk saran.
Bab mengenai pembahasan hasil penelitian adalah bab penting dan termasuk bab inti. Sehingga wajib ada di dalam karya tulis ilmiah yang disusun. Baik itu dalam bentuk artikel ilmiah, naskah buku, maupun artikel untuk dipublikasikan ke prosiding.
Supaya pembahasan terhadap hasil penelitian bisa maksimal dan bebas kesalahan. Maka berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
Tips yang pertama tentu memahami dulu aturan terkait penyusunan dari bagian pembahasan hasil penelitian. Sesuai penjelasan sebelumnya, memang belum ada aturan baku struktur pembahasan ini seperti apa.
Namun, ada beberapa hal perlu dicantumkan di dalam pembahasan agar menjadi pembahasan yang baik dan benar. Syarat ini yang tentunya perlu dipahami dan kemudian diterapkan saat mulai menyusun bagian pembahasan.
Tujuannya agar informasi yang disajikan lengkap, kemudian hasil penelitian bisa dipahami lebih mudah oleh pembaca. Sebab bisa jadi, pemaparan hasil penelitian pada bab hasil masih susah dipahami pembaca.
Jika Anda menyusun karya tulis ilmiah jenis tertentu, ada beberapa yang disediakan buku panduan. Contohnya tugas akhir. Baik itu skripsi, tesis, maupun disertasi. Sebuah perguruan tinggi biasanya akan menyediakan buku panduan penulisan.
Buku panduan ini juga akan menjelaskan mengenai penyusunan bab pembahasan hasil penelitian. Jadi, silahkan dibaca, dipahami, dan kemudian dijadikan dasar dalam proses penulisan karya ilmiah.
Jika menyusun artikel ilmiah untuk jurnal, maka bisa fokus membaca ketentuan format yang disediakan pengelola jurnal. Sehingga bisa memahami isi dari setiap bab harus apa saja. Termasuk bab pembahasan terhadap hasil penelitian.
Jika Anda menyusun artikel ilmiah untuk dipublikasikan ke sebuah jurnal. Maka silahkan membaca sejumlah artikel yang sudah dipublikasikan jurnal tersebut. Sehingga mengetahui pembahasan hasil penelitian harus seperti apa dan bagaimana.
Langkah ini akan sangat membantu dalam menyusun bab pembahasan dengan baik dan juga benar. Selain itu, juga dipastikan sesuai dengan format yang ditetapkan pengelola jurnal. Hal ini akan memperbesar peluang artikel ilmiah diterima jurnal tersebut.
Tips yang terakhir dalam menyusun bab pembahasan hasil penelitian adalah memperbanyak membaca. Atau bisa disebut sebagai studi literatur atau kajian literatur.
Sebab semakin sering membaca publikasi ilmiah, terutama dalam bentuk artikel pada jurnal. Maka semakin mudah memahami aturan penyusunan dan apa saja yang perlu dicantumkan dalam pembahasan dari hasil penelitian.
Jadi, manfaatkan waktu luang yang dimiliki untuk membaca berbagai publikasi ilmiah dan karya tulis ilmiah di perpustakaan atau sumber lain. Pertimbangkan pula untuk menyediakan waktu khusus melakukan kajian literatur.
Membantu lebih memahami lagi apa dan bagaimana menyusun pembahasan hasil penelitian. Maka berikut beberapa contoh yang bisa dipelajari:
5.1. Peran Kader Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kader posyandu di RW16 sudah menjalankan tugasnya dengan cukup baik dan rutin mendapat pelatihan dari puskesmas setempat. Kader posyandu secara rutin mensosialisasikan kegiatan penimbangan balita. Terdapat kendala antara lain tidak patuhnya ibu balita dalam membawa KMS ke posyandu.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan studi yang dilakukan Yusuf (2017) di posyandu desa A. Kader di desa tersebut bahkan telah melakukan pelayanan secara terintegrasi dengan sektor lainnya seperti pemberdayaan ekonomi. Namun penelitian lain yang dilakukan Luli (2017) menunjukkan peran kader yang kurang optimal, yang disebabkan oleh dukungan tokoh masyarakat yang kurang.
Menurut Romli (2016) kader kesehatan merupakan tenaga atau personil yang membantu pelayanan kesehatan dalam menjalankan program-program kesehatan yang menyentuh langsung masyarakat. Dengan demikian peran kader merupakan kepanjangan tangan dari pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Kader posyandu RW16 telah mendapatkan pembinaan yang cukup baik dari puskesmas setempat sehingga kerjasamanya menghasilkan sinergi yang positif.
Dalam Pedoman Pengelolaan Posyandu (Kemenkes, 2010) dijelaskan bahwa Kartu Menuju Sehat merupakan media yang dapat digunakan untuk mengontrol kesehatan Balita. Ketiadaan KMS akan menyulitkan ibu balita dalam menjaga kesehatan anaknya. Ibu balita di RW16 masih banyak yang tidak membawa KMS saat melakukan pemeriksaan. Kader posyandu sebaiknya secara intens mengingatkan ibu balita agar membawa KMS saat pelayanan. Dampak terhadap posyandu tentunya akan menyebabkan pelayanan balita yang tidak optimal.
Berdasarkan pembahasan di atas, disarankan kader posyandu saat melakukan penyampaian informasi kegiatan agar mengingatkan kader posyandu untuk membawa KMS. Ada baiknya saat melakukan penyampaian informasi ke rumah-rumah, kader posyandu menawarkan membawa terlebih dahulu KMS ke posyandu agar tidak lupa pada saat pemeriksaan.
5.1. Waktu Pelayanan Penyiapan Obat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata waktu pelayanan penyiapan obat adalah 23 menit per resep. Penyebab lamanya pelayanan disebabkan stok obat yang sering kosong, konfirmasi dengan dokter penulis resep dan pasien mengenai obat yang kosong. Jenis obat yang saat penelitian dilakukan kosong adalah Glibenclamide.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan studi yang dilakukan Teguh (2017) di instalasi farmasi RSUD X yang menunjukkan rata-rata 25 menit per resep. Namun penyebabnya bukan pada kekosongan stok tetapi pada kompetensi petugas yang masih baru bekerja sebagai Asisten Apoteker. Penelitian April (2017) juga menunjukkan waktu pelayanan hampir sama yaitu 28 menit per resep, dengan penyebab lama adalah penyusunan obat di rak yang tidak sesuai alfabet sehingga memperlama penyiapan obat.
Menurut Wijasa (2016) proses penyiapan obat resep di instalasi farmasi dimulai dengan mencari obat sesuai resep di lemari/rak yang tersedia hingga obat siap diberi label. Dengan demikian faktor ketersediaan obat dalam proses ini sangat menentukan lamanya waktu pelayanan. Proses penyiapan obat di instalasi farmasi saat penelitian ini dilakukan cukup lama. Masalah kekosongan stok disebabkan adanya obat yang kosong pabrik. Komunikasi dan koordinasi antara petugas gudang farmasi ke petugas rawat jalan sangat dibutuhkan agar tidak meresepkan obat yang kosong.
Dalam Permenkes tentang pelayanan farmasi di rumah sakit dijelaskan bahwa penyiapan obat merupakan bagian dari tahap dispensing obat. Pada tahap ini obat yang disediakan harus sesuai dengan resep dokter baik dalam jumlah dan kandungannya. Dengan demikian ketiadaan obat yang sesuai dengan resep harus berkoordinasi dengan dokter penulis resep untuk menjamin keselamatan pasien. Petugas farmasi tidak dapat langsung mengganti obat kosong, karena berkaitan dengan clinical pathway yang dijalankan. Kondisi inilah yang menyebabkan pelayanan menjadi lama.
Berdasarkan pembahasan di atas, komunikasi antara petugas farmasi dengan petugas pelayanan medis (rawat jalan) sangat dibutuhkan agar terjamin penyediaan obat yang sesuai dengan indikasi medis. Namun hal ini menjadi kendala ketika obat yang diresepkan kosong stok. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antara petugas gudang farmasi dengan dokter rawat jalan mengenai obat yang kosong.
5.1. Waktu Pelayanan Penyiapan Obat
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa penolakan berkas klaim pelayanan rawat jalan pasien JKN yang diklaim ke BPJS Kesehatan sebagian besar disebabkan oleh tidak adanya tanda tangan dokter, hasil laboratorium dan surat rujukan. Ketidaklengkapan ini menyebabkan berkas klaim tidak dibayar hingga lengkap dan secara tidak langsung merugikan rumah sakit.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan studi yang dilakukan Aulia (2017) di rumah sakit swasta kota B. Dalam studi tersebut diperoleh sebagian besar ketidaklengkapan berkas karena dokter tidak menandatangani resume medis serta ketidaksesuaian koding dengan diagnosa. Penelitian lainnya oleh Yunus (2017) ketidaklengkapan berkas disebabkan tidak adanya surat rujukan.
Menurut regulasi yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan, salah satu persyaratan pengajuan klaim adalah dilengkapi dengan resume medis yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab pasien, terdapat hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, dan surat rujukan dari PPK tingkat 1 kecuali pada pasien gawat darurat. Pada penelitian ini persyaratan tersebut tidak terpenuhi. Kondisi ini tidak bisa didiamkan oleh manajemen rumah sakit karena akan menyebabkan kerugian finansial dalam bentuk perputaran piutang (turn over receivable) yang lama.
Menurut Yahya (2017) dalam pengajuan klaim asuransi kesehatan provider harus mengikuti ketentuan yang terdapat dalam kontrak kerja. Ketidaksesuaian kontrak menunjukkan terjadinya wanprestasi yang berujung pada pembatalan pembayaran pelayanan. Pada penelitian ini petugas pelayanan tidak mengetahui pentingnya persyaratan tersebut, sehingga diharapkan peran petugas Case mix untuk selalu mengingatkan kelengkapan berkas tersebut.
Berdasarkan pembahasan di atas, disarankan agar seluruh petugas yang terlibat dalam pelayanan rawat jalan untuk selalu memperhatikan SOP yang mengatur tentang persyaratan klaim pembayaran. Seluruh petugas harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelengkapan, sehingga tidak saling mengandalkan petugas lain. Peran kepada pelayanan rawat jalan sangat penting dan diharapkan manajemen rumah sakit memasukkan masalah kelengkapan berkas dalam sasaran mutu pelayanan.
B. Diskusi Hasil Penelitian
Dilihat dari hasil penelitian tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep, aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep, tes belajar siswa, sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep, serta respon siswa terhadap model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep semuanya menunjukkan indikasi yang positif, hal ini ditunjang oleh pencapaian hasil belajar siswa yang tuntas secara individual maupun klasikal.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep berlangsung, siswa lebih banyak mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru. Namun ada sedikit kesalahan yang dilakukan peneliti adalah peneliti tidak menghitung besarnya persentase masing-masing aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep.
Hal itu disebabkan karena keterbatasan waktu yang sudah ditetapkan oleh SMP N 3 Taman Sidoarjo dan observasi yang terbatas. Akan tetapi kategori siswa khususnya mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru merupakan kategori yang paling dominan (28,75%). Hal ini berarti bahwa guru (peneliti) dapat menarik perhatian siswa untuk terfokus selama kegiatan pembelajaran sehingga siswa dengan mudah mengalihkan perhatiannya untuk belajar matematika.
Itulah beberapa contoh dari pembahasan hasil penelitian. Selain contoh-contoh tersebut, bisa membaca berbagai karya tulis ilmiah dan publikasi ilmiah lain. Sehingga tidak merasa kesulitan dalam menyusun pembahasan di karya tulis sendiri.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombo Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…