Jam terbang atau pengalaman memang menjadi pembeda antara penulis pemula dan profesional. Maka kita tidak bisa membandingkan keahlian dari penulis pemula dan profesional. Kita sama saja seperti membandingkan camat dengan insinyur. Tidak nyambung.
Perbedaannya, penulis profesional adalah penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai profesi. Sebaliknya penulis amatir, yaitu mereka yang menulis hanya sekadar hobi saja. Berbeda lagi dengan penulis pemula. Penulis mereka adalah mereka yang baru saja belajar menulis. Lawannya yakni mereka penulis berpengalaman.
Dan bila dihubungan dengan teknis menulis, tentu saja penulis profesional biasanya lebih mahir dalam menerapkan kiat-kiat penulisan. Sebab bila mereka belum ahli, tentu tak ada orang yang percaya pada kemampuannya, sehingga tulisan-tulisannya tak akan dibayar. Ada beberapa perbedaan antara penulis pemula dan profesional. Berikut ini ulasannya.
Perbedaan pertama yang bisa kita temui antara penulis pemula dan profesional adalah dari cara berpikir. Penulis pemula biasanya wahana berpikirnya masih kurang aktual. Penulis pemula biasanya kurang tekun mengkikuti perkembangan isu-isu terkini yang ada di dalam masyarakat. Meski penulis pemula mengetahui isu-isu yang berkembang, namun biasanya mereka masih lemah dalam menangkap esensi di dalamnya Kalaupun mengetahui isu-isu tersebut, penulis pemula biasanya masi lemah dalam menangkap esensi di dalamnya. Mereka belum bisa berpikir secara kritis dan logis dalam suatu masalah. Hal ini yang membuat penulis pemula terhambat dalam proses teknis menulis. Mereka belum memahami penyusunan pokok masalah.
Faktor tersebut biasanya disebabkan oleh penulis pemula yang masih kurang membaca. Penulis semacam ini cenderung menggebu-gebu dalam teknik menulis buku, namun kebanyakan masih berpacu pada spekulasi atau bertaruh pada hal-hal yang tidak pasti. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya literatur dalam menuliskan masalah pokok pembahasan. Mereka hanya berdasarkan pengalaman semata dan omongan yang belum jelas sumbernya.
Lain halnya dengan penulis profesional. Rata-rata dari mereka sudah memiliki jam terbang yang cukup tinggi sehingga referensi bacaan hingga kepekaan dalam mendalami sebuah masalah bisa lebih terasah. Tak heran, penulis profesional bisa dengan mudah menemukan masalah dari sudut pandang lain. Mereka bisa menguak informasi lebih jeli sampai menjadi sebuah buku. Meski begitu, menjadi penulis profesional pasti pernah melalui fase menjadi penulis pemula. Jadi bagi Anda yang masih masuk dalam kategori penulis pemula, jangan patah semangat untuk terus belajar dan mencoba sampai menjadi seorang penulis profesional.
Tantangan bagi penulis pemula dalam menulis buku adalah arah pembahasan yang ingin disampaikan. Misalnya dengan penggunaan cerita tambahan yang disisipkan ke dalam plot cerita utama atau yang disebut filler. Sebenarnya banyak sekali penggemar yang tidak suka dengan konsep plot tersebut karena akan memperpanjang cerita, serta membuat kesan pokok dari cerita utama tersebut menjadi luntur.
Niatnya memang untuk memberikan gambaran jelas tentang suatu masalah, namun pembahasan seperti ini dinamakan dari pembahasan yang melebar. Hal tersebut tampak wajar, sebab penulis pemula biasanya belum begitu paham dengan alur cerita (bagi tulisan fiksi) atau alur gagasan (bagi tulisan nonfiksi). Alhasil mereka akan memaksakan menambahkan bahasan-bahasan yang sebenarnya tidak perlu. Satu masalah diangkat dan belum diperdalam, tiba-tiba sudah mengangkat masalah lainnya. Begitu terus berulang-ulang, sehingga terlihat sekali banyak jalan yang harus ditempuh. Ketika sudah sampai pada akhirnya, malah lupa tentang kaitan solusi dengan segala masalah yang telah dipaparkan.
Berbeda dengan penulis profesional. Mereka dari awal biasanya sudah akan membuat kerangka pembahasan sehingga akan mempermudah mereka dalam menulis buku. Kerangka yang dibuat merupakan inti kalimat dari setiap tulisan. Mereka juga tahu batasan mana topik yang mereka tulis. Sehingga dalam kecepatan menulis jelas penulis profesional akan lebih cepat daripada penulis profesional.
Sudut pandang sangat penting dalam menulis buku. Kita harus menentukan siapa kita di dalam buku. Apakah menjadi subjek, objek, atau yang menceritakan.
Sayangnya masih banyak penulis yang masih terlalu ‘polos’ dalam mengambil sudut pandang penulisan. Mereka justru cenderung tidak berani mengambil resiko dalam memgambil sudut pandang penulisan, karena takut jika tulisannya dapat menjustifikasi pembaca. Misalkan, dalam penggunaan kata ganti orang ke-2 ‘Anda’. Menuliskan Anda atau tidak dalam suatu tulisan tidak serta merta menjurus kepada justifikasi. Justru dengan kata tersebut, penulis dapat mengajak pembaca tulisan seakan-akan berbicara langsung kepada penulis itu sendiri.
Selanjutnya, sudut pandang yang lebih dalam maknanya. Penulis pemula biasanya terlihat bersahaja jika di dalam tulisannya sendiri. Sifat bersahaja ini baik, namun seringkali tidak pada tempatnya. Akibatnya penulis pemula ya tidak punya sudut pandang khusus pada tulisannya karena penulis ‘main aman’. Kelemahan inilah yang juga mengakibatkan kebanyakan tulisan dari penulis pemula cenderung monoton. Padahal, dengan mengambil banyak sudut pandang, warna dalam isi buku dapat lebih beragam.
Sebaliknya penulis profesional lebih berani dalam mengungkap fakta dari sudut pandang berbeda. Lihat saja koran harian yang setiap hari terbit. Para wartawan dituntut untuk cepat dalam menulis reportase. Mau tidak mau, mereka ditantang untuk menyelesaikan tulisan dalam sudut pandang berbeda.
Penulis pemula harus paham betul isi tulisan yang ditulisnya. Mulai dari pembukaan, proses, hingga penyeleseian. Pembukaan pada pemula dapat dilihat dari pembukaan yang tidak memperlihatkan konflik. Untuk buku fiksi, tips ini memang bisa mulai dicoba. Konflik seharusnya sudah membayang muncul di pembukaan cerita atau prolog, bukan pembukaan yang salah sehingga mengabaikan atau menahan konflik.
Konflik yang sudah menghantui naskah sejak awal, harus ditutup dengan penyelesaian yang kuat. Penyelesaian yang lemah artinya konflik yang dibangun hanya selapis tipis. Lemahnya penyelesaian bisa disebabkan antara lain karena si karakter keluar dari masalah dengan bantuan. Penyelesaian yang lemah artinya konflik yang dibangun hanya selapis tipis. Lemahnya penyelesaian bisa disebabkan antara lain karena si karakter keluar dari masalah dengan bantuan.
Sementara dari dialog, terkadang penulis pemula sengaja menambahkan kata-kata garing yang tujuannya hanya akan membuat buku diam di tempat. Pada naskah humor pun, dialog harus mengacu pada rumus yang berlaku. Ada tengah, ada konflik, ada kick-ass-nya.
Sementara, penulis profesional mereka sudah bisa memilah bagian pembuka, konflik, da kick-ass-nya. Penulis profesional biasanya hanya banyak koreksi dibagian typo atau teknis penulisan saja.
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini: KIRIM NASKAH
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
Kontributor: Novia Intan
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…