Daftar Isi
Pernahkah mendengar penelitian cross sectional? Cross sectional menjadi salah satu jenis penelitian yang umum diterapkan dalam metode kuantitatif. Bagi peneliti yang pernah melakukan penelitian kuantitatif, maka dijamin familiar dengan jenis penelitian ini.
Secara umum, penelitian jenis cross sectional membantu membandingkan dan mengetahui hubungan dua variabel. Penelitian ini sering diterapkan untuk metode pengumpulan data menggunakan angket maupun kuesioner.
Apabila selama ini belum pernah mendengar cross sectional, apalagi menerapkannya dalam penelitian. Maka tidak ada salahnya dipelajari, sebab bisa jadi penelitian Anda selanjutnya akan menerapkannya.
Dikutip melalui website EbizMark, penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang mengumpulkan data dari sekelompok orang pada satu waktu tertentu. Dalam penelitian jenis ini, pengambilan data penelitian dilakukan satu waktu atau satu kesempatan.
Seperti yang diketahui, data dalam penelitian bisa diambil peneliti dalam satu kali waktu atau secara kontinyu. Misalnya, data didapatkan dengan pengamatan di lokasi penelitian selama satu minggu. Maka peneliti akan datang ke lokasi entah setiap hari atau tinggal sementara di lokasi tersebut.
Dalam jenis cross sectional, pengambilan data umumnya dilakukan satu kali. Yakni ketika peneliti datang atau mengunjungi lokasi penelitian. Seperti penjelasan sebelumnya, dalam jenis ini peneliti menggunakan metode angket maupun kuesioner.
Sehingga, ciri khas lain dari penelitian cross sectional adalah jumlah populasi penelitian maupun subjek penelitian cukup banyak. Sehingga menyebar atau membagikan angket dan kuesioner dianggap sebagai cara terbaik dan paling efisien.
Dalam penelitian jenis ini, umumnya peneliti bertujuan memahami hubungan antara dua variabel atau lebih. Hanya saja bukan untuk tujuan menjelaskan sebab-akibat. Sebab data yang didapatkan biasanya tidak langsung menjelaskan mana yang penyebab dan mana yang akibat.
Contohnya, seorang peneliti mendatangi sebuah objek wisata berbentuk pantai. Peneliti mendapati objek wisata tersebut padat pengunjung. Kemudian mendapati daya tarik pantai berupa pasir putih yang indah.
Peneliti kemudian mencari tahu ada tidaknya hubungan pasir putih dengan membludaknya jumlah pengunjung. Jadi, ada dua variabel yang akan dicari tahu hubungannya. Sebab aktualnya tidak selalu pengunjung datang karena pasir putihnya. Bisa karena alasan lain dan akan diketahui peneliti setelah hasil angket atau kuesioner didapatkan.
Selain ada penelitian cross sectional, tentu ada jenis penelitian lain yang bisa dipilih oleh para peneliti. Namun karena satu dan lain hal, penelitian jenis ini dipandang menjadi model penelitian yang paling tepat untuk diterapkan.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa alasan kenapa jenis penelitian ini tepat untuk dipilih:
Dikutip melalui website Populix, penelitian dengan model cross section diketahui mudah untuk dilakukan. Pertama, dari teknik pengumpulan data berupa angket maupun kuesioner. Sehingga daftar pertanyaan bisa disiapkan jauh-jauh hari dan dibagikan kepada populasi penelitian.
Kedua, peneliti bisa mengumpulkan data dalam satu kali waktu. Misalnya membagikan angket secara daring dan populasi diberi waktu satu minggu untuk mengisinya. Sehingga penelitian jenis ini cenderung lebih mudah untuk dilakukan.
Alasan kedua kenapa penelitian model cross sectional dipilih adalah karena kebutuhan biaya tidak besar. Hal ini terjadi karena berbagai alasan, Bisa dari teknik pengumpulan data dengan kuesioner atau angket.
Umumnya, teknik ini tidak memberi imbalan baik dalam bentuk uang atau barang kepada responden (populasi penelitian). Berbeda dengan teknik wawancara, yang biasanya ada kebutuhan untuk menyediakan imbalan jasa kepada narasumber.
Selain itu, data yang sederhana meski banyak tidak membutuhkan tools khusus untuk proses analisis. Hal ini bisa membantu menghemat biaya penelitian. Penelitian jenis ini bisa dipertimbangkan saat dana penelitian terbilang minim.
Proses pengumpulan data dan tahap lain dalam penelitian cross sectional juga diketahui hemat waktu. Artinya, prosesnya tidak memakan waktu lama dan bisa segera selesai.
Misalnya dari proses pengumpulan data. Peneliti cukup sekali datang ke lokasi penelitian dan membagikan angket atau kuesioner. Selebihnya tinggal menunggu angket dikembalikan oleh responden.
Bahkan di satu kunjungan tersebut, jawaban dari responden sudah berhasil didapatkan. Sehingga tidak perlu datang ke lokasi untuk kedua, ketiga, atau kesekian kalinya.
Alasan yang keempat adalah karena penelitian cross sectional proses analisis data terbilang lebih mudah. Data yang sifatnya sederhana, berisi maksimal dua variabel saja. Tentu membuat proses analisis tidak memakan waktu lama.
Lain halnya jika peneliti memperhatikan variabel lain dalam penelitian. Maka proses analisis tentu lebih lama dari hanya dua variabel saja. Oleh sebab itu, jenis penelitian ini dipertimbangkan untuk menunjang proses analisis yang tidak rumit.
Dikutip melalui portal daring liputan6.com, salah satu alasan kenapa penelitian jenis cross section dipilih adalah karena cocok dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah proses analisis dengan menggambarkan, menjelaskan, dan mendokumentasikan fenomena atau kondisi di titik waktu tertentu.
Dalam penelitian, peneliti bisa menjelaskan bagaimana kondisi di lokasi penelitian saat kunjungan lapangan dilakukan. Sehingga bisa memberi penjelasan detail dan dianggap penting untuk disampaikan kepada pembaca hasil penelitian.
Alasan berikutnya adalah bisa mendukung penelitian selanjutnya. Sebab dalam proses pengumpulan data, peneliti akan mendapatkan variabel lain. Meskipun harus fokus di dua variabel saja, akan tetapi variabel lain bisa saja didapatkan otomatis.
Variabel lain ini bisa dijadikan dasar untuk ide penelitian berikutnya. Sehingga penelitian cross sectional pertama bisa disebut “batu loncatan” untuk melakukan penelitian berikutnya yang lebih baik dan mendalam.
Jika membahas mengenai penelitian cross sectional maka akan berkaitan dengan jenis-jenisnya. Dikutip melalui website LPPM Universitas Medan Area, penelitian jenis ini terbagi menjadi dua lagi. Yakni Cross Sectional Deskriptif dan Cross Sectional Analitik.
Penelitian cross sectional deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan menjelaskan suatu hal, atau topik yang diteliti. Sehingga ada informasi dan data yang didapatkan untuk menjelaskan suatu hal atau fenomena.
Sementara penelitian cross sectional analitik adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berbagai parameter secara mendalam. Sehingga analisis lebih mendetail dan bisa diketahui secara pasti apa penyebab dan akibat yang ditimbulkan.
Contohnya, jika peneliti melakukan cross sectional deskriptif mengenai hubungan pasir putih dengan tingginya pengunjung di wisata pantai A. Maka hasil penelitian akan fokus membahas dua variabel tersebut. Sehingga tidak pasti apakah pasir putih adalah alasan utama para pengunjung masuk ke wisata pantai A.
Sementara pada teknik cross sectional analitik, peneliti akan menganalisis berbagai alasan yang disampaikan pengunjung saat memutuskan masuk ke wisata pantai A. Sehingga bisa diketahui, alasan mana yang paling banyak dikemukakan para pengunjung. Penelitian jenis ini pada akhirnya membantu peneliti mengetahui mana yang sebab dan akibat.
Melalui penjelasan tersebut, maka bisa dipahami bahwa perbedaan antara penelitian cross sectional deskriptif dengan analitik terletak pada analisis variabel data penelitian. Pada jenis deskriptif, peneliti fokus di dua variabel saja. Smeentara di penelitian analitik, peneliti tidak akan mengabaikan variabel di luar variabel utama.
Jika membahas mengenai penelitian cross sectional maka biasanya akan dibahas juga mengenai penelitian case control. Dikutip melalui website Cattleya Consultation Center, dalam penelitian observasional ada 3 desain penelitian.
Mencakup Cross Sectional, Case Control dan Cohort. Berhubung ketiga desain ini digunakan di penelitian observasi. Maka ada banyak peneliti yang kebingungan membedakan ketiganya. Serta bingung harus memakai yang mana dalam penelitian yang dilakukan.
Unsur paling utama yang membedakan 3 desain penelitian ini adalah pada penetapan populasi penelitian. Berikut penjelasannya dalam contoh penelitian hubungan antara merokok dengan penyakit kanker paru di poliklinik penyakit dalam RS X:
Bagi peneliti yang memiliki model cross section, maka akan menjadikan semua pasien di poliklinik penyakit dalam RS X sebagai populasi penelitian. Sehingga tidak peduli pasien ada yang menderita kanker paru atau penyakit dalam lainnya. Semua dijadikan populasi.
Pada model ini, peneliti akan membagikan angket maupun kuesioner kepada semua pasien tanpa terkecuali. Sebab sekali lagi, peneliti menetapkan semua pasien di poliklinik sebagai populasi penelitian.
Bagi peneliti yang memakai model penelitian case control, maka akan ada variabel yang dikontrol dalam menetapkan populasi penelitian. Misalnya hanya memilih pasien kanker paru-paru di poliklinik penyakit dalam RS X.
Dalam jenis ini, peneliti akan mengandalkan data dari pihak poliklinik. Sehingga diketahui secara pasti jumlah pasien kanker paru dan siapa saja, serta data penting lain yang dibutuhkan dalam menunjang penelitian.
Bagi peneliti yang memakai model penelitian cohort dalam penelitian observasi yang dilakukan. Maka dalam penetapan populasi penelitian akan menggunakan faktor resiko sebagai kontrol populasi.
Misalnya untuk penelitian hubungan kanker paru dengan kebiasaan merokok pada pasien di poliklinik penyakit dalam RS X. Maka peneliti akan memilih pasien dengan kebiasaan merokok untuk dijadikan populasi penelitian.
Sehingga akan diabaikan penderita kanker paru yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebelumnya. Adanya faktor resiko dari kebiasaan buruk pasien menjadikan penelitian yang dilakukan memakai model cohort.
Jadi, dari 3 desain penelitian observasi tersebut para peneliti bisa menentukan memakai jenis yang mana dengan melihat proses penetapan populasi. Penetapan populasi kemudian disesuaikan dengan batasan masalah yang disusun atau ditetapkan. Namun, bisa juga atas pertimbangan lainnya.
Membantu lebih memahami lagi apa itu penelitian cross sectional dan kapan model penelitian ini bisa digunakan. Maka berikut adalah beberapa contoh penelitian jenis cross sectional yang bisa dipelajari:
Judul Penelitian: Preferensi Konsumen terhadap Produk Minuman Bersoda di Kota Semarang
Tujuan Penelitian:
Menganalisis preferensi konsumen terhadap produk minuman bersoda di Kota Semarang pada saat tertentu.
Metode Penelitian:
Judul Penelitian: Hubungan Antara Golongan Darah dan Penyakit Jantung Koroner
Tujuan Penelitian:
Menganalisis hubungan antara golongan darah seseorang dengan tingkat resiko terkena penyakit jantung koroner.
Metode Penelitian:
Selain dari beberapa contoh tersebut, tentunya masih banyak contoh lain bisa dipelajari. Anda bisa membaca lebih banyak artikel pada jurnal yang diketahui menggunakan penelitian cross sectional. Sehingga tidak mengalami kesulitan saat memakai penelitian jenis ini di masa mendatang.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…