Daftar Isi
Pendidik baik guru maupun dosen tentunya akan rutin melakukan pengembangan bahan ajar. Pengembangan dari bahan ajar membantu memastikan materi pembelajaran selalu mengikuti perkembangan zaman.
Selain itu, bahan ajar tersebut juga hadir dalam bentuk lebih modern. Hal ini akan membantu meningkatkan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu, pengembangan dari bahan ajar perlu dilakukan secara kontinyu.
Proses pengembangan bahan ajar ada beberapa tahapan yang perlu dilalui pendidik sehingga tidak bisa dilakukan asal-asalan. Berikut penjelasan lengkapnya.
Membahas mengenai topik pengembahan bahan ajar, tentu perlu dimulai dengan memahami apa itu bahan ajar. Bahan ajar adalah sesuatu yang memuat informasi dan pengetahuan yang dapat dipelajari oleh penggunanya.
Bahan ajar bisa mendukung dan memfasilitasi kegiatan belajar mengajar. Umumnya, bahan ajar disusun untuk dijadikan pegangan bagi peserta didik (pelajar dan mahasiswa). Namun, bahan ajar bisa dijadikan pegangan pendidik (guru dan dosen).
Isi dari bahan ajar adalah materi yang akan disampaikan pendidik kepada peserta didik. Baik itu untuk pengajaran jarak jauh atau daring maupun secara tatap muka atau luring. Bahan ajar kemudian memiliki jenis dan bentuk yang beragam.
Pada masa sekarang, tidak sedikit bahan ajar yang bersifat digital. Misalnya, jika dulunya hanya ada modul cetak maka sekarang sangat mudah menjumpai modul elektronik. Seperti dalam format PDF yang bisa dibuka di perangkat elektronik.
Perubahan bentuk dan pilihan jenis bahan ajar menunjukkan bahwa pengemangan bahan ajar telah berlangsung. Pengembangan ini tentu saja tidak bisa berhenti karena bahan ajar harus terus dikembangkan agar relevan dengan perkembangan zaman.
Jenis dari bahan ajar sangat beragam. Namun, secara garis besar, bahan ajar terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Seperti yang dijelaskan di awal, bahan ajar dulunya yang paling dominan dan biasanya ada adalah bahan ajar cetak. Bahan ajar cetak di era digital seperti sekarang masih ada dan diprediksi akan terus ada.
Bahan ajar cetak atau bahan ajar tercetak adalah bahan ajar yang memiliki bentuk fisik dan biasanya dicetak di suatu media yang umumnya adalah kertas. Adapun alasan kenapa media cetak diprediksi akan terus ada karena mendukung pembelajaran tatap muka.
Jika dijadikan pegangan oleh pendidik dan peserta didik, bahan ajar jenis ini juga mendukung pembelajaran jarak jauh. Bahan ajar jenis ini kemudian memiliki beragam bentuk. Berikut beberapa diantaranya:
Jenis bahan ajar yang kedua adalah bahan ajar noncetak yang tentu kebalikan dari bahan ajar cetak. Sebab bahan ajar satu ini tidak perlu dicetak di suatu media dan kadangkala tidak memiliki wujud fisik atau berfisik.
Bahan ajar noncetak juga memiliki bentuk yang sangat beragam. Apalagi dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Maka bentuk ini terus berkembang dan pesat. Inilah alasan kenapa teknologi perlu dilibatkan di dunia pendidikan, termasuk untuk pembuatan dan pengembagan bahan ajar.
Berikut adalah beberapa kategori untuk menunjukan berbagai bentuk dari bahan ajar noncetak:
Bahan ajar audio adalah sumber bahan ajar non cetak yang menggunakan sistem sinyal audio untuk mempermudah pembelajaran. Secara sederhana, bahan ajar ini dalam bentuk rekaman suara.
Sehingga menunjukan suatu audio atau suara yang berisi penyampaian materi. Biasanya bahan ajar jenis ini untuk mata pelajaran dan mata kuliah tertentu saja yang butuh keterampilan mendengar yang baik.
Contohnya adalah pada pelajaran bahasa, terutama bahasa asing seperti bahasa Inggris. Sehingga bahan ajar audio membantu peserta didik mengasah kemampuan listening atau mendengarkan percakapan bahasa Inggris.
Segala bentuk bahan ajar yang menyediakan rekaman suara, maka masuk ke dalam kategori bahan ajar audio. Baik itu rekaman yang disimpan di flashdisk maupun perangkat elektronik seperti laptop, smartphone, dll.
Jenis bahan ajar noncetak yang kedua adalah bahan ajar audio visual. Artinya, bahan ajar satu ini memiliki kombinasi antara rekaman suara dengan tampilan visual atau gambar. Biasanya dalam bentuk video.
Video edukasi yang dibuat untuk menyampaikan suatu materi akan masuk ke dalam kategori jenis ini. Pendidik bisa memutar film edukasi, dokumenter, dan sejenisnya untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
Dibanding dengan bahan ajar audio, jenis ini dipandang lebih unggul. Apalagi dalam kemampuannya menggaet minat belajar dan menyimak para peserta didik. Sebab memang menampilkan visual yang bisa dilihat langsung.
Bahan ajar multimedia adalah bahan ajar yang menggabungkan antara gambar, video, animasi, dan suara yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh penggunanya.
Sehingga jenis dari bahan ajar noncetak ini merupakan gabungan dari bahan ajar audio dan audio visual (video). Karakteristik khas dari bahan ajar multimedia antara lain:
Bahan ajar multimedia contohnya seperti video animasi, kemudian slide presentasi atau PowerPoint yang diberi tambahan animasi dan elemen lainnya, dan lain sebagainya.
Secara sekilas, bahan ajar jenis ini memang menarik. Namun, pembuatannya tidak mudah dan menuntut pendidik melek teknologi. Selain itu, kualitas gambar dan video yang kurang maksimal bisa mempengaruhi hasil pembelajaran. Yakni menjadi kurang maksimal.
Sementara itu, dikutip melalui website resmi Universitas Langlangbuana (UNLA), dijelaskan bahwa salah satu jenis bahan ajar adalah bahan ajar berbentuk fasilitas. Dijelaskan bahwa sejumlah fasilitas di sekolah dan perguruan tinggi juga termasuk bahan ajar.
Misalnya fasilitas seperti perpustakaan, ruang belajar, studio, lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Sehingga semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan institusi pendidikan, maka semakin memaksimalkan kegiatan dan hasil pembelajaran.
Baca Juga: Jenis-Jenis Bahan Ajar Cetak dan Non Cetak
Dikutip melalui website resmi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dijelaskan bahwa pengembangan bahan ajar adalah proses pemilihan, adaptasi, dan pembuatan bahan ajar berdasarkan kerangka acuan tertentu.
Pengembangan dari bahan ajar bisa dipahami sebagai proses menyusun bahan ajar. Sebab mengandalkan bahan ajar lama tentunya ada kemungkinan isi materi tidak lagi relevan. Mengingat ilmu pengetahuan terus berkembang.
Selain itu, mengembangkan bahan ajar juga penting untuk menyesuaikan dengan karakter peserta didik. Secara umum, berikut adalah beberapa manfaat dari kegiatan mengembangkan bahan ajar:
Bahan ajar tentu wajib ada untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang lebih efektif. Sebab membantu semua peserta didik memiliki pegangan untuk bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Pengembangan dari bahan ajar juga bermanfaat untuk menyajikan materi yang relevan. Yakni sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkini. Peserta didik bisa dipastikan memperoleh ilmu terkini dan bukan ilmu yang sudah usang.
Pengembangan terhadap bahan ajar membantu pendidik melibatkan teknologi dalam pendidikan. Sebab bahan ajar akan dibuat dan dibuat lebih menarik mengandalkan teknologi terkini. Misalnya teknologi AI agar lebih interaktif meski proses pembuatannya lebih efisien.
Bahan ajar yang relevan dengan kondisi sekarang tentu akan mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran. Bahkan ikut mendukung peningkatan hasil pembelajaran. Apalagi, materi bisa disajikan dengan lebih detail dan menarik.
Seperti yang disampaikan di awal, proses pengembangan bahan ajar tidak memungkinkan untuk dilakukan secara asal. Hal ini terjadi karena isi dan bagaimana mulai menyusun bahan ajar harus sesuai dengan kurikulum, isi dari RPS (untuk pendidikan tinggi), dan sebagainya.
Dikutip melalui website resmi SMP Negeri 1 Kurun, dijelaskan bahwa dalam mengembangkan bahan ajar perlu melewati 7 tahapan. Berikut penjelasannya:
Tahap pertama dari proses mengembangkan bahan ajar adalah mengidentifikasi kebutuhan peserta didik. Artinya, ada beberapa materi yang memang harus disampaikan. Namun tidak bisa disampaikan begitu saja.
Melainkan harus diolah dan disajikan sedemikian rupa agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Jadi, di tahap ini par pendidik harus bisa mengenal karakter dari peserta didik.
Sehingga bisa menentukan metode pembelajaran, jenis dari bahan ajar yang sesuai, dan lain sebagainya. Hal ini yang membuat bahan ajar yang dibuat setiap pendidik khas. Sebab memang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di bawah didikan dan dampingan mereka.
Baca Juga:
Tahap kedua dalam pengembangan bahan ajar adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu yang utama adalah membantu peserta didik memahami materi. Kemudian pemahaman ini bisa diukur menjadi nilai pasti.
Tujuan pembelajaran yang jelas akan membantu pendidik dalam menyusun materi dan mengembangkan bahan ajar dengan baik. Mayoritas pendidikan akan mengacu pada tujuan pembelajaran berbasis SMART (spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu).
Jadi, tujuan pembelajaran yang jelas tidak hanya spesifik. Melainkan juga memiliki batas waktu. Misalnya dalam satu atau dua kali pertemuan, maka tujuan tersebut sudah tercapai. Jangan sampai satu materi harus dibahas sampai satu semester penuh, karena akan menyulitkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tahap yang ketiga adalah melakukan riset materi pembelajaran. Artinya, pendidik akan mulai mempelajari materi yang akan dikembangkan. Kemudian mencari semua informasi yang mendukung.
Dalam proses riset ini, penyidik akan mencari referensi relevan sebanyak mungkin. Baik dari buku, jurnal ilmiah, sumber kredibel dari internet, dan lain sebagainya. Sehingga bisa menyajikan materi secara lengkap dan datanya pun terpercaya.
Riset disini penting, karena seorang pendidik tetap harus mempelajari sumber-sumber baru. Sebab seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang. Maka materi yang disajikan juga harus sesuai dengan kondisi terkini. Riset pun wajib dilakukan oleh pendidik.
Tahap yang keempat dalam pengembangan bahan ajar adalah menentukan metode pembelajaran. Metode ini yang juga ikut menentukan bentuk atau jenis bahan ajar mana yang akan digunakan.
Sebab bentuk bahan ajar harus sesuai dengan metode pembelajaran yang dipilih. Pemilihan metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan karakter materi dan karakter peserta didik.
Metode ini bisa dalam bentuk ceramah, bisa juga dalam bentuk diskusi kelompok, berbasis proyek, dan lain sebagainya. Setiap pendidik tentu memilih metode yang dianggap paling sesuai atau paling tepat.
Selanjutnya jenis bahan ajar akan mengikuti. Misalnya, jika memakai metode ceramah maka bahan ajar dalam bentuk slide presentasi lebih cocok dipilih dibanding bahan ajar lain.
Tahap berikutnya adalah integrasi teknologi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penjelasan sebelumnya, dimana metode pembelajaran akan ikut menentukan jenis bahan ajar.
Tahap integrasi teknologi disini adalah tahap menyusun bahan ajar itu sendiri yang sesuai dengan metode pembelajaran yang sudah dipilih. Pemakaian atau pemanfaatan teknologi tentu penting dalam tahap ini.
Sebab memanfaatkan teknologi terkini memberi kemudahan dan efisiensi waktu sampai tenaga dalam menyusun bahan ajar. Bahkan dengan memilih platform dan jenis teknologi yang tepat, bahan ajar bisa lebih interaktif dan menarik. Oleh sebab itu, pendidik memang perlu melek teknologi agar proses integrasi lebih mudah.
Baca Juga: Langkah Langkah Penyusunan Bahan Ajar
Masih dalam tahap menyusun bahan ajar, hal penting berikutnya yang perlu dilakukan pendidik adalah menyusun materi yang relevan dan menarik. Relevan yang dimaksud disini adalah sesuai dengan RPS, kurikulum, dan aspek penting lain yang diberlakukan institusi pendidikan.
Sementara menarik yang dimaksud adalah menyajikan materi semenarik mungkin. Sebab semakin menarik penyajian suatu materi maka semakin mudah menarik minat dan fokus peserta didik selama pembelajaran.
Pada tahap ini, pendidik perlu mengatur tampilan sampai memilih template yang benar-benar sesuai. Jika menyusun bahan ajar dalam bentuk video animasi. Maka penting untuk memastikan karakternya menarik, kualitas videonya jelas, dll.
Tahap akhir dari pengembangan bahan ajar adalah melakukan uji coba. Yakni menggunakan bahan ajar yang sudah disusun untuk menunjang pembelajaran. Pada proses ini, pendidik bisa mengamati reaksi dan respon peserta didik.
Sangat mudah mengetahui apakah peserta didik memahami materi atau tidak. Misalnya dengan melihat mimik muka mereka ketika materi disampaikan, ada tidaknya pertanyaan, wajah mereka terlihat serius atau malah bingung, dll.
Uji coba pada semua bahan ajar perlu dievaluasi. Jika memang bahan ajar tidak mendukung pencapaian tujuan maka bisa dievaluasi untuk diketahui faktor penyebab dan kelemahannya. Sehingga di pertemuan berikutnya bisa diperbaiki.
Itulah penjelasan mengenai apa dan bagaimana mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar menjadi tugas dan tanggung jawab pendidik di Indonesia. Sehingga menjadi agenda rutin untuk memastikan kegiatan pembelajaran berjalan baik.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi penting dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja.
Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…
Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…
Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…
Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…
Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…