Seorang penulis tentu memahami betul arti penting penggunaan tanda koma dalam setiap tulisan yang dibuat. Tanda koma termasuk dalam jenis tanda baca yang paling sering muncul dalam karya tulis, baik ilmiah maupun nonilmiah.
Tanda baca jenis ini dan jenis lainnya memiliki fungsi dan kegunaan berbeda-beda. Maka penulis perlu memahaminya agar penggunaannya sesuai dengan konteks kalimat dan tujuan penulisan. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai tanda koma (,).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanda koma sebagai tanda baca memiliki definisi sebagai tanda baca yang dipakai untuk memisahkan unsur dalam suatu perincian, memisahkan nama orang dari gelar akademik yang mengiringinya, memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat, mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi dalam kalimat, dan sebagainya.
Sementara dikutip dari kompas.com, bersumber dari Wikipedia, tanda koma adalah tanda baca yang memiliki bentuk seperti tanda petik tunggal yang ditempatkan di garis dasar sebuah teks atau kalimat.
Definisi dari KBBI sekaligus menjelaskan fungsi dan penggunaan dari tanda koma. Sementara definisi dari Wikipedia, fokus menjelaskan bentuk atau tampilan fisik dari tanda koma. Keduanya tentu memberi pemahaman lebih mendalam.
Tanda koma dalam kalimat umumnya dibubuhkan penulis untuk memberi jeda pembacaan. Tanda baca ini sekaligus membantu pembaca memiliki waktu istirahat saat membaca. Sehingga tidak mudah lelah, merasa diburu-buru, dan juga memahami setiap kalimat yang dibaca.
Namun, fungsi dan kegunaan dari tanda koma ternyata lebih dari itu. Sebab dalam beberapa kondisi, ada beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia yang kaidahnya diberi tanda koma. Baik sebelum maupun setelahnya.
Tanda koma memiliki fungsi yang cukup beragam. Supaya bisa menggunakan tanda baca ini sesuai fungsinya. Maka seorang penulis perlu memahami tata aturan penggunaan tanda koma tersebut. Adapun fungsi umum dari tanda koma antara lain:
Fungsi yang pertama dari tanda koma adalah sebagai pemberi jeda dan menekankan intonasi. Seperti penjelasan sebelumnya, tanda koma bisa membantu penulis memberi jeda pada pembacaan kalimat yang disusun.
Jeda ini membantu pembaca mengambil nafas dan beristirahat. Sekaligus memahami konteks dari kalimat tersebut. Tanda koma menjadi penting untuk meningkatkan pengalaman positif para pembaca.
Selain itu, tanda koma di tengah kalimat juga berfungsi sebagai tanda baca yang menekankan intonasi. Penambahannya akan membantu penulis menyampaikan intonasi pembacaan yang tepat kepada para pembaca. Hal ini akan memudahkan proses membaca nyaring, sehingga tetap jelas dan mudah dipahami pendengar.
Fungsi yang kedua dari penggunaan tanda koma adalah menjadi penghubung antarkalimat. Dalam satu paragraf, satu atau beberapa kalimat perlu dihubungkan dengan kata hubung atau konjungsi.
Biasanya, konjungsi tersebut akan diikuti oleh tanda koma. Sehingga menjadi penanda bahwa kalimat yang diawali dengan konjungsi masih punya hubungan dengan kalimat sebelumnya.
Misalnya pada konjungsi namun, walaupun, oleh sebab itu, dan sebagainya. Berikut beberapa contohnya:
Fungsi ketiga dari penggunaan tanda koma adalah menjadi pemisah komponen kata. Dalam bahasa Indonesia, diketahui ada beberapa bentuk dan elemen yang masuk kategori komponen kata.
Misalnya ‘oke’, ‘ya’, ‘hmm’, ‘oh’, ‘wah’, ‘astaga’, dan sejenisnya. Komponen kata seperti ini biasanya diikuti tanda koma setelah masuk ke dalam kalimat. Sehingga fungsi tand akoma adalah memisahkannya dengan kata dan frasa berikutnya dalam kalimat yang sama. Berikut beberapa contohnya:
Fungsi berikutnya adalah menjadi pemisah antara dialog dan keterangan yang menyertainya. Serta menjadi pemisah kutipan langsung dan keterangan tentang siapa narasumber dari kutipan tersebut.
Pada saat menyusun cerpen maupun novel. Seorang penulis tentu akan memasukan dialog beberapa tokoh di dalamnya. Dialog ini biasanya diapit oleh tanda petik (“…”) kemudian di akhir dialog akan diberi tanda koma. Berikut contohnya:
Dalam artikel berita, jika seorang jurnalis mencantumkan kutipan langsung dari narasumber. Maka memisahkan kutipan dengan kalimat berikutnya juga menggunakan tanda koma. Berikut contohnya:
Fungsi kelima dari penggunaan tanda koma adalah membentuk kalimat perbandingan. Artinya, ada kalimat yang isinya membandingkan dua hal atau lebih yang berbeda.
Ketika hal ini dilakukan, penulis akan memisahkan satu unsur dengan unsur lain yang dibandingkan dengan tanda koma. Berikut beberapa contohnya:
Fungsi berikutnya dari penggunaan tanda koma adalah untuk memisahkan elemen dalam daftar. Artinya, suatu kalimat bisa saja menyebutkan suatu daftar. Maka setiap elemen dalam daftar akan dipisahkan oleh tanda koma. Sehingga mudah dipahami pembaca. Berikut beberapa contohnya:
Melalui penjelasan mengenai fungsi dari penggunaan tanda koma, tentunya sudah dipahami sedikit mengenai tata aturan penggunaannya. Jadi, meskipun umum dibubuhkan dalam karya tulis. Namun, penggunaan tanda koma tidak bisa sembarangan.
Sebab memang ada aturan khusus yang menentukan kapan tanda koma bisa digunakan penulis dan sebaliknya. Dikutip melalui website Ejaan Kemdikbud, sesuai dengan EYD versi V, berikut adalah tata aturan dari penggunaan tanda koma yang baik dan benar:
Kegunaan yang pertama dari tanda koma sesuai EYD adalah untuk perincian. Hal ini sejalan dengan fungsi tanda koma sebagai pemisah elemen dalam daftar. Setiap kalimat yang isinya menjelaskan rincian sesuatu.
Maka akan menyebutkan daftar. Baik yang dibuat kalimat memanjang maupun dibuat dalam bentuk daftar penomoran menurun. Semua elemen dalam perincian tersebut wajib dipisahkan oleh tanda koma. Berikut beberapa contohnya:
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
Sejumlah kata hubung masuk ke dalam kalimat majemuk pertentangan. Seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan. Sesuai EYD, sebelum menuliskan kata hubung tersebut maka didahului oleh tanda koma. Berikut beberapa contohnya:
Secara umum, suatu kalimat terdiri dari induk kalimat dan diikuti oleh anak kalimat. Induk kalimat adalah kalimat yang tidak bergantung pada kalimat lainnya. Sedangkan anak kalimat adalah kalimat yang bergantung pada kalimat lainnya.
Sehingga, induk kalimat bisa disebut sebagai inti dari suatu kalimat. Sedangkan anak kalimat adalah pendukung dari inti kalimat tersebut. Pola umumnya, induk kalimat ditulis dulu baru diikuti oleh anak kalimat.
Namun, dalam beberapa kondisi anak kalimat mendahului induk kalimat. Sehingga anak kalimat menjadi pembuka, dan diikuti induk kalimat. Jika susunan seperti ini, maka setelah anak kalimat dibubuhkan tanda koma. Berikut contohnya:
Seperti penjelasan pada poin fungsi, penggunaan tanda koma juga bisa untuk menjelaskan konjungsi antarkalimat. Beberapa konjungsi berfungsi sebagai penghubung antara dua kalimat atau lebih.
Setelah konjungsi ini ditulis dalam kalimat, maka wajib diikuti oleh tanda koma. Sehingga aturannya penempatan berkebalikan dengan konjungsi kalimat majemuk pertentangan yang sudah dijelaskan. Berikut beberapa contohnya:
Penggunaan berikutnya sesuai EYD untuk tanda koma adalah digunakan sebelum atau sesudah kata seru maupun kata sapaan. Kata seru disini seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan sebagainya.
Sementara kata sapaan seperti bu, dik, nak, pak, dan lain sebagainya. Jika kalimat yang disusun menggunakan salah satu dari kedua jenis kata ini. Maka tanda koma wajib dibubuhkan, baik sebelum atau sesudah sesuai konteks kalimat. Berikut contohnya:
Penggunaan tanda koma berikutnya adalah untuk memisahkan petikan langsung atau kutipan langsung. Seperti yang sudah dijelaskan, tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan atau kutipan langsung yang diucapkan tokoh atau narasumber.
Dialog tokoh dalam karya nonilmiah seperti novel, kemudian kutipan langsung dari narasumber dalam artikel berita. Biasanya diapit tanda petik (‘’…”). Kutipan tersebut akan dipisahkan oleh tanda koma dengan informasi siapa sumber kutipan. Berikut contohnya:
Khusus untuk penulisan petikan langsung. Jika petikan diakhiri oleh tanda tanya dan tanda seru. Maka tidak diikuti oleh tanda koma. Berikut contohnya:
Tanda koma juga digunakan dalam penulisan atau menuliskan alamat. Baik yang ditulis memanjang menjadi satu kalimat utuh. Maupun yang ditulis menurun ke bawah seperti pada penulisan alamat untuk surat. Berikut contohnya:
Jl. Pangeran Diponegoro No. 71, Jakarta 10430
Pada saat menulis surat, khususnya surat formal atau surat resmi. Maka biasanya akan mencantumkan salam pembuka. Salam pembuka wajib diikuti oleh tanda koma. Berikut contoh penggunaan tanda koma sesudah salam pembuka:
Tanda koma juga digunakan untuk penulisan gelar, baik itu gelar kehormatan, keagamaan, maupun gelar akademik atau pendidikan. Berikut beberapa contohnya:
Tanda koma juga digunakan untuk penulisan angka dan nominal dalam kalimat atau karya tulis. Baik itu dalam bentuk desimal maupun nominal uang dalam Rupiah dan mata uang negara lain. Berikut beberapa contohnya:
Penggunaan tanda koma berikutnya adalah untuk mengapit keterangan tambahan dalam suatu kalimat. Ketika menyusun kalimat, ada kalanya suatu istilah dan frasa perlu diberi keterangan tambahan. Keterangan ini dipisahkan oleh tanda koma. Berikut contohnya:
Penggunaan yang terakhir adalah setelah keterangan dalam suatu kalimat. Secara umum, keterangan dicantumkan di tengah kalimat. Namun ada kalanya dicantumkan di awal kalimat sehingga wajib diikuti oleh tanda koma. Berikut contohnya:
Sebagai catatan tambahan, penjelasan yang diberikan mengacu pada EYD V. Seperti yang diketahui, EYD bisa terus dikembangkan dan versi terbarunya bisa memiliki perbedaan signifikan dengan versi sebelumnya.
Oleh sebab itu, penting bagi penulis dan pemilik profesi apapun yang berkecimpung di dunia kepenulisan untuk update EYD versi terbaru. Sehingga setiap kali menggunakan tanda koma dan tanda baca lain sudah sesuai kaidah terbaru dalam bahasa Indonesia.
EYD versi terbaru biasanya sudah disediakan secara daring di website Ejaan Kemdikbud yang dikelola Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Anda bisa mengaksesnya melalui tautan berikut https://ejaan.kemdikbud.go.id/eyd/.
Melalui penjelasan di atas, mungkin masih ada yang bertanya-tanya mengenai perbedaan tanda koma dan tanda titik koma (;). Keduanya memiliki perbedaan bentuk sekaligus perbedaan penggunaan.
Penggunaan tanda koma seperti yang sudah dijelaskan dalam 12 poin di atas. Sementara penggunaan tanda titik dua, dikutip dari unggahan akun X @ivanlanin, memiliki 3 fungsi. Yakni untuk pengganti konjungsi, pemisah frasa verbal, dan pengganti koma.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik penggunaan tanda koma dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi di artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…