Menulis Buku

Penulisan “Atau” dan Kata Lain yang Bisa Digunakan

Dalam bahasa Indonesia, tidak hanya diatur mengenai bentuk baku dan tidak baku dari sebuah kata. Melainkan juga mencakup aturan penulisan, termasuk aturan penulisan “atau” yang benar mengacu pada EYD (Ejaan yang Disempurnakan). 

Kata “atau” diketahui masuk dalam kategori kata hubung yang sering disebut juga dengan istilah konjungsi. Kata ini bisa digunakan untuk menghubungkan dua kalimat, bukan sekedar dua klausa maupun dua frasa. 

Menariknya, dalam beberapa karya tulis sangat mungkin menemukan penulisan kata “atau” diganti dengan tanda baca berupa garis miring (/). Lalu, apakah dengan penulisan tanda miring ini memang sudah benar dan sesuai EYD? Simak penjelasannya di bawah ini. 

Penulisan Kata Atau yang Benar

Hal pertama untuk dibahas adalah mengenai apa itu kata “atau” sebelum masuk ke pembahasan mengenai aturan penulisan “atau” yang benar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “atau” memiliki definisi sebagai kata penghubung untuk menandai pilihan di antara beberapa hal (pilihan). 

Dikutip melalui website liputan6.com, dijelaskan bahwa kata “atau” adalah konjungsi yang digunakan untuk menyatakan pilihan atau alternatif antara dua hal atau lebih. Sehingga pada saat ingin menyebutkan dua pilihan maupun lebih dalam kalimat, maka bisa ditambahkan konjungsi “atau”. 

Selain digunakan untuk menunjukan pilihan. Kata “atau” juga bisa ditambahkan pada kalimat untuk menjelaskan alternatif yang dirasa lebih baik. Sehingga akan menyebutkan dua, tiga, bahkan lebih dari alternatif tersebut. 

Lalu, bagaimana aturan penulisan “atau” yang benar ketika masuk dalam sebuah kalimat? Kata hubung atau konjungsi diketahui memiliki beberapa jenis. Mulai dari konjungsi intrakalimat, konjungsi antarkalimat, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif. 

Kata “atau” diketahui masuk dalam jenis konjungsi intrakalimat. Artinya, kata hubung yang yang digunakan, untuk menghubungkan antara dua kalimat, frasa, atau kata-kata dalam suatu kalimat. 

Melalui definisi ini, maka kata “atau” tidak memungkinkan untuk ditempatkan di awal kalimat maupun di akhir kalimat. Melainkan selalu ditempatkan di tengah kalimat setelah mencantumkan dua pilihan maupun lebih. 

Aturan berikutnya, adalah diikuti dengan tanda koma (,). Sebab penulisan “atau” yang benar akan selalu menunjukan pilihan. Maka akan ada pilihan yang disebutkan dalam kalimat tersebut. 

Penambahan tanda koma biasanya sebelum kata “atau” ditulis dan hanya untuk tiga pilihan ke atas. Semisal suatu kalimat hanya menyediakan dua pilihan, maka tidak perlu ada penambahan tanda koma. Berikut penjelasannya dalam contoh: 

  • Mau pesan air putih, soda, atau minuman lainnya? (terdapat 3 pilihan, sehingga ada tanda koma untuk memisahkan satu pilihan dengan pilihan berikutnya).
  • Mau diantar pulang aku atau oleh ayah? (hanya ada 2 pilihan, sehingga tidak ditambahkan tanda koma).

Apakah Garis Miring Sama dengan Atau?

Bicara mengenai aturan penulisan “atau” yang benar, maka akan dikaitkan dengan tanda garis miring (/). Tidak jarang kita akan menjumpai penggunaan tanda baca ini untuk menggantikan kata “atau” sehingga menjadi lebih ringkas. 

Namun, apakah menggantikan kata “atau” dengan garis miring adalah langkah tepat dan sesuai dengan aturan dalam EYD? Jawabannya adalah iya. Sebab, mengacu pada EYD V dijelaskan bahwa garis miring memiliki 3 aturan dalam penulisan atau aturan penggunaan. Yaitu: 

1. Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim

Aturan pertama dalam menggunakan tanda miring adalah untuk menuliskan detail alamat dan nomor surat (biasanya pada surat resmi). Selain itu, tanda baca ini juga bisa digunakan untuk penulisan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim. Berikut contohnya: 

  • Nomor: 7/PK/II/2022 (nomor surat resmi).
  • Jalan Kramat III/10 (alamat rumah).
  • TAPAK TAKWIM 2023/2024 (contoh takwim).
  • Tahun ajaran 2023/2024 (contoh takwim).

2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata “dan”, “atau”, serta Kata “setiap”

Aturan kedua dalam penggunaan garis miring yang benar sesuai EYD adalah untuk menggantikan 3 bentuk kata hubung. Yakni kata “dan”, “atau”, serta kata “setiap”. Sehingga garis miring boleh dan bisa digunakan untuk menggantikan kata “atau”. 

Biasanya untuk tujuan lebih ringkas. Misalnya digunakan untuk menjelaskan informasi tiket maupun suatu pengumuman. Sehingga kalimat atau paragraf tidak terlalu panjang, tapi mudah dipahami oleh target pembaca. Berikut beberapa contohnya: 

Kalimat dengan Garis Miring Kalimat dengan kata “atau”
Pilih salah satu moda transportasi darat/laut!Pilih salah satu moda transportasi darat atau laut!
Yang harus mengambil rapor adalah orang tua/wali peserta didik masing-masingYang harus mengambil rapor adalah orang tua atau wali peserta didik masing-masing
Buku dan/atau majalah dapat dijadikan sumber rujukanBuku dan majalah atau buku atau majalah dapat dijadikan sumber rujukan
Staf yang berhalangan hadir diwajibkan mengganti hari dan/atau bertukar jadwal dengan staf lainStaf yang berhalangan hadir diwajibkan mengganti hari dan bertukar jadwal dengan staf lain atau staf yang berhalangan hadir diwajibkan mengganti hari atau bertukar jadwal dengan staf lain

3. Tanda garis miring digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain

Aturan ketiga dalam penggunaan atau penulisan garis miring yang benar adalah untuk mengapit huruf, kata, dan kelompok kata sebagai koreksi. Artinya, saat ada suatu kata yang typo atau keliru karena sebab lain kemudian dikoreksi. 

Maka hasil koreksi tersebut akan diapit oleh garis miring, sehingga menandakan ada koreksi dari penulis lain pada karya orang lain. Berikut penjelasannya dalam contoh: 

  • Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa
  • Syahdan, /maka/ beberapa dipersembahkan oleh segala wazir /perdana menteri/ yang besar-besar kepada baginda

Perbedaan Dan dengan Atau

Melalui penjelasan di atas, kadangkala orang justru menjadi bingung. Yakni kesulitan membedakan antara konjungsi “dan” dan konjungsi “atau”. Apalagi, tidak semua konteks kalimat bisa menggantikan kata “dan” dengan kata “atau” maupun sebaliknya. 

Dikutip melalui website Medium, dalam salah satu tulisan dari Ivan Lanin, dijelaskan bahwa konjungsi ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Jika dilihat dari aspek persamaan, maka akan dijumpai beberapa poin berikut ini: 

1. Sama-Sama Konjungsi

Persamaan yang pertama dari kata “dan” dan juga kata “atau” adalah keduanya sama-sama konjungsi atau kata hubung. Bahkan keduanya juga masuk dalam kategori konjungsi koordinatif. 

Adapun konjungsi koordinatif sendiri adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang memiliki status setara, selaras atau sama. Sehingga digunakan untuk dua kata, frasa, maupun klausa yang tidak memiliki perbedaan dari segi kesetaraan atau tingkatan. 

2. Dapat Menghubungkan Kata, Frasa, dan Klausa

Persamaan yang kedua antara konjungsi “dan” dengan konjungsi “atau” adalah sama-sama bisa digunakan untuk menghubungkan kata, frasa, maupun klausa. Sehingga memiliki fungsi sebagai kata hubung yang kompleks. 

Sebab, beberapa jenis kata hubung hanya bisa digunakan untuk menghubungkan dua frasa saja. Tetapi tidak bisa digunakan untuk menghubungkan dua klausa. Sementara dua konjungsi ini bisa dan sudah sesuai dengan ketentuan dalam EYD. 

3. Dapat Menghubungkan Lebih dari Dua Unsur

Persamaan yang ketiga adalah sama-sama menghubungkan dua unsur maupun lebih dalam satu kalimat. Sehingga akan ada unsur berbeda yang dicantumkan dalam satu kalimat dan dihubungkan dengan konjungsi tersebut. 

4. Terdapat pada Satu Kalimat

Persamaan yang keempat antara konjungsi “dan” dengan konjungsi “atau” adalah sama-sama diletakan di satu kalimat. Seperti yang diketahui, beberapa jenis konjungsi bisa digunakan untuk menghubungkan dua kalimat bahkan dua paragraf. 

Misalnya kata “namun”, kemudian “meskipun”, dan sejenisnya yang meskipun adalah konjungsi bisa ditempatkan di awal kalimat menjadi kata pertama. Berbeda dengan kata “dan” maupun kata “atau” yang tidak bisa menjadi kata pertama dalam suatu kalimat. 

Sebab kedua konjungsi ini adalah penghubung dua kata, frasa, maupun klausa. Namun, bukan penghubung dua kalimat maupun dua paragraf. Sehingga tidak bisa digunakan untuk mengawali kalimat dan menghubungkan antarkalimat dan antarparagraf. 

Sementara jika dilihat dari segi perbedaan, maka akan mengacu pada fungsinya dalam kalimat. Berikut rinciannya: 

1. Konjungsi Dan

Konjungsi “dan” adalah konjungsi atau kata hubung yang berfungsi untuk menghubungkan kata, frasa, maupun klausa. Misalnya, dalam satu kalimat ada dua kata yang perlu dihubungkan agar makna menjadi jelas. Maka digunakan kata “dan”. Berikut beberapa contohnya: 

  • Ibu membeli anggur, apel, dan jeruk. (menjadi penghubung anggur, apel, jeruk).
  • Ayah dan ibu menikah di tahun 1980. (menjadi penghubung ayah dan juga ibu).

2. Konjungsi Atau

Sedangkan konjungsi “atau” adalah kata penghubung untuk menandai pilihan di antara beberapa hal (pilihan). Sehingga konjungsi ini digunakan ketika menghubungkan dua pilihan maupun lebih dalam satu kalimat. Berikut contohnya: 

  • Kamu pilih aku atau dia?
  • Kamu pesan es teh atau es jeruk?

Melalui penjelasan tersebut, maka bisa dipahami bahwa perbedaan konjungsi “dan” dengan “atau” adalah pada fungsinya. Konjungsi “dan” digunakan untuk menghubungkan dua kata maupun frasa. Sementara kata “atau” digunakan untuk menghubungkan dua pilihan atau lebih. 

Jadi, jika membutuhkan konjungsi yang menghubungkan beberapa hal maka kata “dan” bisa dijadikan pilihan. Namun, jika dalam kalimat tersebut menyebutkan beberapa pilihan atau alternatif. Maka sudah tentu lebih tepat jika memakai konjungsi “atau”. 

Konjungsi Pilihan Selain ‘atau’

Konjungsi atau kata hubung, seperti yang sudah dijelaskan sekilas di awal memang memiliki jenis yang beragam. Diantara beberapa jenis tersebut, terdapat konjungsi pilihan atau disebut juga dengan istilah konjungsi disjungtif. 

Konjungsi disjungtif sendiri dikutip melalui kumparan.com memiliki definisi sebagai kata hubung yang menggabungkan unsur sederajat atau setara, dengan salah satu dari dua hal atau lebih. 

Dari penjelasan sebelumnya, kata “atau” masuk dalam kategori konjungsi disjungtif tersebut. Namun, apakah hanya ada kata “atau”? Jawabannya adalah tidak. Sebab ada beberapa kata hubung yang masuk dalam kategori disjungtif tersebut. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Konjungsi Disjungtif “Meskipun”

Pilihan kedua selain kata hubung “atau” untuk menjelaskan suatu pilihan dalam sebuah kalimat adalah kata “meskipun”. Kata dasar dari “meskipun” adalah “meski” yang kemudian mendapat tambahan kata partikel “pun”. 

Dalam KBBI, kata meski memiliki definisi sebagai kata penghubung untuk menandai perlawanan makna. Sehingga saat ada dua hal maupun kondisi saling berlawanan tapi perlu dihubungkan, maka bisa memakai konjungsi ini. Contohnya: 

Meskipun hujan lebat, ayah tetap berangkat ke kantor (biasanya orang saat hujan lebat memilih diam di rumah, tetapi subjek di kalimat ini memilih tetap berangkat kerja). 

2. Konjungsi Disjungtif “Baik”

Berikutnya adalah kata hubung “baik” yang bisa digunakan untuk menghubungkan dua pilihan maupun lebih dalam satu kalimat. Hal yang unik dari kata hubung ini adalah diikuti dengan kata hubung lainnya. 

Sehingga, biasanya kata “baik” tidak bisa menghubungkan dua kata, frasa, klausa, maupun kalimat tanpa dukungan kata hubung lainnya. Berikut beberapa contohnya: 

  • Baik… atau
  1. Baik kakak atau adik dalam keluarga itu memang memiliki paras yang cantik.
  2. Baik ayah atau ibu bisa mengemudikan mobil.
  • Baik… maupun
  1. Baik Rika maupun Adit, ternyata sama-sama masuk ke SMA N 1 Yogyakarta.
  2. Baik hari ini maupun besok, selama memungkinkan sebaiknya segera berangkat ke Jakarta.

3. Konjungsi Disjungtif “Entah”

Kata hubung pilihan yang ketiga adalah kata “entah” yang juga menyampaikan ada dua unsur maupun lebih dalam kalimat. Hanya saja tidak selalu menunjukan keberadaan pilihan, melainkan bisa juga menunjukan perbedaan kondisi. Berikut penjelasan dalam contoh: 

  • Entah mau pesan kopi atau teh, itu terserah kau! (menunjukan pilihan dua unsur).
  • Entah mau datang atau tidak, yang terpenting kita sudah menunjukan itikad baik mengundangnya. (menunjukan dua kondisi yang berbeda).

Sama seperti kata hubung “baik” yang dijelaskan sebelumnya, pada kata “entah” biasanya juga ditambahkan kata hubung lain. Pada dua contoh di atas, ada penambahan kata hubung “atau” untuk menyempurnakan kalimat dan menunjukan dua unsur yang dihubungkan. 

Membantu lebih memahami kapan dan bagaimana beberapa kata hubung disjungtif tersebut digunakan pada kalimat. Maka berikut adalah beberapa contoh seperti dikutip dari berbagai sumber: 

  1. Kamu dapat membeli kemeja polos atau motif garis-garis.
  2. Dia dapat memesan teh hangat maupun es lemon.
  3. Dia bisa memilih warna biru maupun hijau untuk kemejanya.
  4. Kita bisa mengunjungi museum atau taman hiburan.
  5. Aku tak tahu apakah dia akan datang, entah dia sibuk atau tidak.
  6. Dia bisa memilih warna merah maupun kuning untuk dinding kamarnya.
  7. Aku ingin memesan kopi hitam atau cappuccino.
  8. Dia membaca buku novel, entah karya siapa.
  9. Mereka bisa pergi ke bioskop atau ke taman hiburan.
  10. Kamu bisa memilih antara kereta api maupun bus.
  11. Baik aku maupun kamu harus menyelesaikan tugas ini.
  12. Dia ingin membeli kamera digital atau kamera analog.
  13. Aku belum tahu entah dia suka musik jazz atau tidak.
  14. Aku akan mencari informasi baik di buku maupun di internet.
  15. Dia bisa pergi ke gym atau ke kolam renang.

Itulah penjelasan secara rinci mengenai apa dan bagaimana penulisan “atau” yang benar sesuai EYD dan sesuai fungsinya sebagai salah satu konjungsi atau kata hubung. Menggunakan kata hubung ini tentu akan cukup sering, baik ketika menyusun karya ilmiah maupun nonilmiah. 

Maka penting untuk memahami aturan penulisannya dengan baik dan benar untuk mencegah kesalahan. Selain itu, ada beberapa kata hubung pilihan lain yang bisa dijadikan alternatif untuk menggantikan kata “atau” selama konteks masih sesuai. 

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik penulisan “atau” yang benar dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Pentingnya Akreditasi Perguruan Tinggi bagi Semua Pihak

Dalam memilih perguruan tinggi, biasanya orang akan fokus dulu pada nilai akreditasinya. Jadi, pentingnya akreditasi…

2 minggu ago

Cara Cek Akreditasi Kampus Melalui Website Resmi BAN-PT

Siapa saja tentu membutuhkan pemahaman mengenai cara cek akreditasi kampus. Terutama bagi masyarakat yang hendak…

2 minggu ago

9 Strategi Meningkatkan Publikasi bagi Perguruan Tinggi

Manfaat publikasi ilmiah tak hanya dirasakan oleh dosen dan mahasiswa, akan tetapi juga perguruan tinggi.…

2 minggu ago

Akreditasi Unggul LAMPTKes dan 6 Cara Meraihnya

Dalam pembukaan program studi di bidang kesehatan dan farmasi, perguruan tinggi biasanya akan berusaha meraih…

2 minggu ago

11 Strategi Branding Kampus Secara Efektif dan Optimal

Kegiatan branding kampus menjadi hal yang lumrah dilakukan semua perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri…

2 minggu ago

Kunci Novelty Penelitian agar Publikasi Berkualitas

Dunia Dosen kembali berkolaborasi dengan Penerbit Deepublish menggelar webinar bertajuk “Riset Iconic dan Monumental: Kunci…

2 minggu ago