Parafrase

Perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme

Mengenal perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme tentu penting bagi akademisi, baik dosen maupun mahasiswa. Sebab kegiatan menyusun karya tulis ilmiah dan mengecek plagiarisme akan menjadi agenda rutin bahkan aktivitas harian. 

Keempat platform ini memiliki satu kesamaan, yakni sama-sama menjadi tools atau alat bantu untuk mengecek plagiarisme. Namun, sebagai platform yang dikembangkan oleh perusahaan berbeda maka sudah tentu akan dijumpai beberapa perbedaan. 

Jadi, jika Anda dalam tahap memilih tools untuk mengecek plagiarisme dan merasa bingung. Maka Anda bisa mencari tahu dulu apa saja perbedaan setiap tools pengecekan tersebut. Berikut informasinya. 

Apa Itu Plagiarisme?

Sebelum membahas lebih dalam mengenai detail perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme. Maka penting untuk dibahas dulu mengenai hal paling mendasar, yakni mengenai plagiarisme itu sendiri. 

Mengutip dari Peraturan  Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 17 Tahun 2010, dijelaskan bahwa plagiarisme adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh kredit atau nilai suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa mencantumkan sumber secara tepat dan memadai.

Definisi ini mengarah kepada plagiarisme terhadap karya tulis, khususnya karya tulis ilmiah. Plagiat atau plagiarisme sendiri pada dasarnya bisa terjadi selain pada karya tulis. Misalnya plagiat pada film, lagu, dan lain sebagainya. Sehingga bisa terjadi di berbagai bidang. 

Dalam bidang apapun, tindakan plagiarisme adalah sebuah tindakan tercela. Sehingga pelakunya bisa mendapatkan sanksi hukuman, baik secara pidana maupun perdata. Dalam dunia akademik, sanksi bagi pelaku juga mengancam posisi akademik pelaku sampai penarikan ijazah. 

Bentuk-Bentuk Plagiarisme dalam Karya Tulis

Bicara mengenai sejumlah perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme. Pengguna alat bantu ini juga harus paham apa saja bentuk tindakan plagiarisme. Sehingga semakin paham arti penting menggunakan alat bantu tersebut. 

Dikutip melalui website Bintang Pustaka, masih mengacu pada Permen yang sama, yakni Peraturan  Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 17 Tahun 2010, dijelaskan mengenai bentuk-bentuk tindakan yang tergolong plagiarisme pada karya tulis. Yaitu: 

  • Mengutip istilah, kata, kalimat, data, dan informasi dari suatu sumber tanpa menyebut sumber dalam catatan atau tidak menyatakan sumber yang memadai.
  • Mengutip secara acak istilah, kata, kalimat, data, dan informasi dari suatu sumber tanpa menyebut sumber dalam catatan atau tidak menyatakan sumber yang memadai.
  • Menggunakan gagasan, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber.
  • Memparafrase dari sumber kata dan kalimat, gagasan, pendapat, atau teori tanpa menyatakan sumber.
  • Menyerahkan karya ilmiah yang dihasilkan atau dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiah sendiri tanpa menyatakan sumber yang memadai.

Pentingnya Mengecek Plagiarisme

Salah satu upaya untuk menghindari plagiarisme, khususnya yang tidak disengaja adalah dengan melakukan pengecekan. Pada proses ini, bisa dikatakan sebagai proses menjelang tahap final penyusunan karya tulis. 

Disebut demikian karena setelah seluruh naskah digarap, maka akan dilakukan pengecekan. Jika ditemukan kesamaan teks atau similarity indeks kelewat tinggi maka akan dilakukan revisi. Misalnya dengan parafrase, sampai didapatkan skor yang sesuai standar. 

Jika revisi selesai barulah naskah aman untuk proses selanjutnya, misalnya dipublikasikan atau untuk tugas akhir seperti skripsi masuk ke proses pengajuan untuk sidang sesuai ketentuan. 

Jika penulis karya ilmiah sudah paham apa itu plagiarisme, bentuk-bentuknya, dan yakin karyanya adalah buah pikiran sendiri. Kenapa masih harus melakukan pengecekan bahkan perlu paham perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme? 

Jawabannya adalah, karena memang proses pengecekan dengan alat bantu ini sangat penting. Beberapa arti pentingnya seperti dikutip dari website Enago Academy adalah sebagai berikut: 

1. Melindungi Reputasi

Pada dasarnya mengecek karya tulis yang disusun ada indikasi plagiarisme atau tidak adalah upaya antisipasi atau pencegahan. Antisipasi ini penting untuk mencegah berbagai hal negatif yang tidak diinginkan dan merugikan. 

Jika tanpa sengaja tidak melakukan pengecekan dan ternyata ada plagiat pada beberapa bagian atau bahkan beberapa halaman. Maka Anda akan dianggap sebagai pelaku plagiat karena melalaikan pentingnya pengecekan. 

Jika hal ini terjadi maka reputasi Anda di ujung tanduk. Sehingga arti penting yang pertama kenapa pengecekan plagiat perlu dilakukan adalah untuk melindungi reputasi. Jika Anda dosen, maka pengecekan ini akan melindungi reputasi Anda sebagai pendidik dan ilmuwan. 

2. Menghindari Masalah di Kemudian Hari

Arti penting yang kedua kenapa pengecekan plagiarisme sangat penting untuk dilakukan adalah untuk menghindari masalah di kemudian hari. Hal ini juga berhubungan dengan poin sebelumnya, dimana salah satu masalahnya adalah reputasi runtuh. 

Seperti penjelasan di awal, tindakan plagiarisme di bidang apapun dan dilakukan oleh profesi apapun akan dianggap sebagai tindakan tercela. Tindakan ini menjadi bukti pelakunya adalah pribadi yang malas dan merampas hak orang lain dalam bentuk karya. 

Oleh sebab itu, sanksi yang dibebankan kepada pelaku cukup berat. Jika Anda ingin terhindar dari masalah seperti ini dan menerima sanksi-sanksi sesuai ketentuan. Maka sudah seharusnya mencegah plagiarisme dengan mengecek setiap naskah yang berhasil disusun sebagai proses validasi. 

3. Mencegah Ketidakadilan

Arti penting yang ketiga kenapa seorang penulis perlu mengecek plagiat atas karyanya adalah untuk mencegah ketidakadilan terjadi di lingkungan sendiri. Pengecekan akan menjadi dasar kenapa penulis perlu mengandalkan buah pikiran sendiri. 

Sekaligus memastikan karyanya bukan hasil penjiplakan. Sebab jika penjiplakan dilakukan maka hilang kesadaran untuk melakukan pengecekan plagiarisme. Bagaimana jika sampai ketahuan dan menjadi kasus yang diketahui publik luas? 

Maka tindakan plagiarisme ini akan memicu ketidakadilan. Jika Anda dosen dan menjadi pelaku plagiarisme, maka nama baik institusi akan tercoreng. Padahal dosen lain bisa jadi tidak pernah melakukan tindakan ini. Maka menjadi tidak adil bagi institusi karena mendapat stigma negatif dari masyarakat. 

Plagiarisme juga memicu ketidakadilan ketika pelakunya mendapat kenaikan pangkat, namanya dielu-elukan, dan meraih berbagai penghargaan. Padahal bukan dari hasil jerih payah sendiri, maka orang lain yang karyanya dijiplak akan merasa dunia tidak adil.

4. Menghargai Karya Orang Lain

Pengecekan plagiarisme menjadi bukti bahwa Anda memiliki penghargaan kepada karya orang lain dan pemilik karya tersebut. Sebab menghindari mengambil bagian dari karyanya tanpa menjelaskan sumber. 

Oleh sebab itu, pengecekan menjadi penting untuk mengetahui ada tidaknya kutipan yang belum dicantumkan sumbernya. Jika belum maka bisa dilengkapi sesuai ketentuan dalam penulisan karya tulis ilmiah. 

Hal ini menjadi bentuk penghargaan dan penghormatan Anda terhadap pemilik karya yang sudah dijadikan referensi dan bagian di dalamnya dikutip. Pemilik karya pun akan merasa dihargai dan akan menghargai Anda maupun karya Anda juga. 

Pilihan Tools Pengecekan Plagiarisme

Dikutip dari berbagai sumber, ada banyak sekali pilihan tools atau alat bantu untuk mengecek plagiarisme. Kebanyakan orang, terutama akademisi, sering menggunakan 4 alat bantu pengecekan di bawah ini: 

1. Turnitin

Pertama adalah Turnitin, yaitu suatu aplikasi berbasis web, yang digunakan untuk mengecek seberapa tingkat kesamaan teks dengan database Turnitin maupun karya tulis yang dipublikasikan dan bisa diakses melalui internet. 

Turnitin menjadi salah satu tools yang paling banyak digunakan meskipun berbayar. Apalagi di Indonesia, dimana sebagian besar perguruan tinggi menggunakan tools ini sebagai standar.  

2. Plagiarism Checker

Tools kedua adalah Plagiarism Checker yang juga menjadi aplikasi berbasis website untuk mengecek kesamaan teks dengan karya tulis lain yang sudah dipublikasikan dan bisa diakses secara online lewat internet. 

Plagiarism Checker menyediakan layanan pengecekan plagiarisme secara gratis. Namun untuk menikmati fitur lebih dan ingin hasil pengecekan secara mendalam. Maka pengguna perlu registrasi akun premium yang sifatnya berbayar. 

3. Unicheck

Tools ketiga adalah Unicheck yang merupakan salah satu layanan yang digunakan untuk mengecek suatu plagiarisme dalam suatu karya. Dikutip melalui salah satu artikel di E-Journal UNSRAT berjudul Integrating Plagiarism Checker Services With University Academic Portal System, dijelaskan jika tools ini sudah diakuisisi Turnitin. 

Akuisisi ini dilakukan Turnitin di tahun 2020. Meskipun begitu, Unicheck tetap dikelola secara terpisah dengan jenis layanan utama yang sama. Namun yang menaungi Unicheck adalah perusahaan yang sama dengan pengembang Turnitin. 

4. Plagramme

Dikutip melalui kumparan.comi, dijelaskan bahwa Plagramme adalah website untuk cek plagiarisme online free alias gratis. Layanan utamanya adalah mendeteksi plagiarisme sampai kesamaan teks dengan karya tulis lain yang sudah dipublikasikan. 

Layanannya memang bersifat gratis, akan tetapi pihak pengelola juga menyediakan akun premium yang sifatnya berbayar. Diketahui bahwa akun premium ini memberi hasil pengecekan plagiarisme dan kesamaan teks lebih dalam dibanding akun gratis. 

Perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme

Dari 4 tools pengecekan plagiarisme di atas, apa saja yang menjadi perbedaannya? Dikutip dari berbagai sumber berikut beberapa perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme secara umum: 

1. Cakupan Pengecekan

Hal pertama yang menjadi pembeda antara 4 tools pengecekan plagiarisme ini adalah dari cakupan pengecekan. Pada Turnitin, cakupan pengecekan bisa dari database Turnitin itu sendiri. 

Sehingga naskah yang sedang di cek akan dibandingkan kesamaan teks dengan karya tulis lain yang sudah masuk database Turnitin. Namun, jika pengguna mengaktifkan fitur Non Repository maka akan membandingkan publikasi terindeks database lain. 

Sementara cakupan pengecekan 3 tools lainnya secara umum adalah dari database lain. Sehingga semua naskah yang di cek akan dibandingkan dengan naskah lain yang sudah dipublikasikan dan bisa diakses online lewat internet. 

2. Biaya Layanan

Aspek kedua yang menjadi perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme adalah dari segi biaya. Khusus untuk Turnitin sifatnya wajib berlangganan atau berbayar sejak awal. Jika belum berlangganan maka tidak bisa mengakses layanannya. 

Sementara untuk 3 tools lainnya oleh pihak pengembang disediakan versi akun gratis dengan sejumlah batasan. Misalnya batasan jumlah pengecekan maksimal harian, batasan cakupan pengecekan, sampai batasan jumlah kata dari naskah. 

Sehingga disediakan akun premium yang sifatnya berbayar dan didesain bebas dari semua batasan tersebut. Bagi pengguna yang membutuhkan fitur lebih maka mau tidak mau harus keluar biaya. 

3. Jumlah Bahasa

Hal ketiga yang menjadi perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme adalah dari segi bahasa. Jadi, setiap tools ini memiliki kemampuan mengecek naskah dalam bahasa tertentu. 

Pada Turnitin diketahui bisa mengecek banyak bahasa. Sementara 3 tools lain seperti dikutip dari republika.com, dijelaskan jika Plagiarism Checker mampu mengecek 22 bahasa, sementara Plagramme sampai 129 bahasa. 

Jadi, jika Anda menyusun karya tulis ilmiah dengan bahasa asing. Maka penting untuk mengecek apakah tools yang akan digunakan memfasilitasi bahasa tersebut. Anda bisa mencari informasinya di website resminya secara langsung. 

4. Hasil Pengecekan

Poin berikutnya yang menjadi perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme adalah dari hasil pengecekan. Pada Turnitin hasil pengecekan biasanya lebih rinci. 

Dimana menunjukan persentase similarity indeks atau kesamaan teks, disusul dengan deteksi sumber-sumber yang diduga punya kemiripan teks. Sehingga pengguna bisa tahu bagian mana saja yang terdeteksi dan bisa sama dengan naskah mana saja. 

Sementara untuk tools lainnya secara umum akan menampilkan persentase plagiarisme. Sehingga menampilkan kesamaan teks dan kadang kala tidak menyertakan kesamaan ini dengan karya tulis mana saja. 

5. Fitur Pengecekan

Hal kelima yang membedakan antara 4 tools pengecekan plagiarisme ini adalah fitur pengecekannya. Secara umum, Turnitin menyediakan fitur yang mendukung personalisasi. 

Artinya, Turnitin menyediakan fasilitas untuk mengaktifkan beberapa fitur maupun sebaliknya kepada para pengguna. Sehingga bisa memastikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan untuk memudahkan proses pengecekan. 

Sementara 3 tools lainnya cenderung hanya menyediakan fitur auto jadi dan siap pakai yang tidak bisa dipersonalisasi. Sehingga fitur-fitur ini sudah ditentukan dan disediakan oleh pihak pengembang yang hanya bisa digunakan para pengguna. 

6. Format File Naskah

Hal keenam yang menjadi perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme adalah dari segi format naskah yang akan di cek. Salah satu kelemahan Turnitin adalah hanya bisa mengecek naskah dalam format PDF dan pengecekan dilakukan secara tunggal. 

Berbeda dengan tools lain yang bisa mengecek dalam berbagai format mulai dari doc, PDF, juga dalam format txt. Selain itu, disediakan kolom khusus untuk copy paste bagian dari naskah untuk di cek bagian per bagian. 

Oleh sebab itu, jika membutuhkan tools yang bisa mengecek dalam banyak format maka bisa memilih selain Turnitin. Namun, penting juga untuk mempertimbangkan aspek lain sehingga proses pengecekan berjalan baik dan sesuai harapan. 

Jasa Parafrasa untuk Bebas dari Plagiarisme

Setelah memahami apa saja yang menjadi perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme. Tentunya akan lebih mudah dalam menentukan pilihan, sebab sudah tahu kelebihan dan kekurangan setiap tools. 

Jika Anda merasa tidak cukup memiliki waktu untuk melakukan pengecekan plagiarism sendiri. Kemudian tidak ada waktu juga untuk melakukan revisi, misalnya melakukan parafrase agar kesamaan teks lebih rendah dari sebelumnya. 

Maka bisa menggunakan jasa pengecekan Turnitin maupun dengan tools lain sekaligus memakai jasa parafrase. Salah satunya adalah lewat Jasa Parafrase Turnitin dari Penerbit Deepublish yang membantu melakukan parafrase pada naskah ilmiah Anda secara profesional. 

Lewat jasa ini Anda tidak perlu pusing mengenai proses parafrase dan pengecekan di tools kredibel. Semua akan dikerjakan tim ahli, berpengalaman, dan bersertifikasi BNSP dari Penerbit Deepublish. Informasi lebih mengenai jasa ini dan pemesanan bisa mengunjungi laman https://penerbitdeepublish.com/jasa-parafrase-turnitin/

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan perbedaan Turnitin, Plagiarism Checker, Unicheck, dan Plagramme dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke kolega Anda. Semoga bermanfaat.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Webinar Transformasi AI: Membuka Era Baru untuk Dosen Indonesia

Yogyakarta, 16 Desember 2024 — Webinar bertajuk "Transformasi AI di Dunia Akademik, Pemanfaatan AI bagi…

3 hari ago

Halaman Prancis Buku: Isi, Contoh, Bedanya dengan Halaman Judul

Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…

1 minggu ago

18 Tools Pendeteksi AI untuk Karya Tulis dan Gambar

Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…

1 minggu ago

Panduan Menulis Draft Buku, Bisa Tingkatkan Produktivitas!

Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…

1 minggu ago

7 Hal yang Harus Diperhatikan saat Melakukan Self Editing

Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…

1 minggu ago

25 Pilihan Platform AI untuk Parafrase

Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…

1 minggu ago