Daftar Isi
Jika ingin mengecek similarity indeks di Turnitin, pastikan jangan asal melakukan pengecekan. Cek dan pahami juga mengenai perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository.
Pemahaman mengenai hal ini akan membantu penulis untuk memastikan hasil pengecekan sudah benar sesuai ketentuan. Selain itu bisa memaksimalkan similarity indeks agar tidak terlalu besar dan memenuhi standar yang ditetapkan dosen maupun perguruan tinggi.
Namun, masih banyak akademisi yang kesulitan untuk memahami maupun menggunakan fitur Turnitin tersebut. Sebagian besar disebabkan oleh ketidaktahuan jika fitur ini tersedia dan memiliki perbedaan. Anda ada di situasi serupa? Jika iya, bisa menyimak informasi berikut.
Sebelum membahas secara rinci mengenai perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository. Mari kita bahas dulu mengenai apa itu Turnitin dan fungsinya dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah.
Turnitin dikenal sebagai sebuah alat bantu berbasis web yang digunakan untuk mengecek kesamaan teks (similarity index). Ketika sebuah naskah memiliki kesamaan teks tinggi maka ada dugaan kuat karya tulisnya hasil menjiplak (plagiat). Begitu pula sebaliknya.
Meskipun kesamaan teks tinggi tidak selalu menjamin suatu karya tulis adalah hasil plagiat. Namun secara logika, sangat tidak mungkin suatu karya tulis bisa sama persis di atas 50% dengan karya tulis lain tanpa melakukan tindakan plagiat.
Turnitin kemudian menjadi alat pengecekan kesamaan teks dan plagiarisme yang paling sering digunakan di dunia akademik. Perguruan tinggi di Indonesia bahkan sudah menjadikan Turnitin sebagai standar alat pengecekan plagiat.
Turnitin kemudian memiliki beberapa fungsi dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah, yaitu:
Fungsi yang pertama dari Turnitin adalah untuk mengecek dan mengetahui kualitas dari karya tulis ilmiah yang disusun. Sejauh ini memang masih cukup sulit mengukur kualitas sebuah karya tulis.
Namun salah satu indikator karya tulis yang baik adalah bebas dari tindakan penjiplakan sehingga menjadi karya dari buah pikiran sendiri. Oleh sebab itu, pengecekan di Turnitin membantu membuktikan karya tersebut bukan jiplakan dan kualitasnya diakui.
Menilai kemampuan seseorang bisa dilakukan dengan banyak cara. Misalnya pada mahasiswa, biasanya kemampuan akademik diukur dari nilai ujian maupun IPK. Namun, setinggi apapun nilai akademik belum tentu menjamin kemampuannya mumpuni.
Kenapa? Sebab aksi dan kasus plagiarisme di dunia akademik masih sangat tinggi, baik dilakukan mahasiswa maupun dosen. Jadi, untuk mengukur kemampuan seseorang bisa melalui karya tulis yang dibuatnya, apakah bebas plagiat atau tidak?
Seorang akademisi bisa cakap dalam berkomunikasi, punya penampilan baik khas kalangan intelektual, dan memangku jabatan fungsional tinggi. Namun, jika melakukan tindakan plagiat maka artinya akademisi ini belum punya kemampuan untuk menulis. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengecekan di Turnitin.
Fungsi ketiga dari Turnitin dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah adalah memenuhi standar yang berlaku di lingkungan akademik. Kesamaan teks sangat mungkin terjadi pada karya tulis ilmiah, sebab ada penambahan kutipan langsung.
Belum lagi dengan faktor kebetulan dimana susunan satu atau dua kalimat bisa sama persis dengan karya tulis lain. Dengan demikian, ada toleransi skor kesamaan teks dan antar perguruan tinggi bisa saja berbeda.
Turnitin membantu akademik, baik dosen maupun mahasiswa memenuhi standar toleransi kesamaan teks tersebut. Sebab jika hasil pengecekan masih tinggi, maka akan dilakukan parafrase sampai hasil pengecekan sesuai standar yang berlaku.
Bicara mengenai Turnitin dan fungsinya, maka sudah bisa dipahami bahwa keberadaannya sangat penting. Selain untuk memenuhi standar kesamaan teks atau similarity indeks, Turnitin bisa menjadi alat bantu untuk membuktikan kualitas tulisan dan kemampuan diri sendiri dalam menyusunnya.
Namun, meskipun sangat penting dan wajib digunakan sebagai tahap akhir proses penulisan untuk membuktikan karya Anda bebas plagiat. Usahakan tidak asal dalam menggunakan Turnitin, apalagi jika tidak paham mengenai perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository.
Secara default atau secara pengaturan dasar, website Turnitin akan berada pada mode Repository. Sehingga setiap karya tulis ilmiah yang dicek kesamaan teks akan dibandingkan dengan teks di dalam database Turnitin itu sendiri dan karya tulis yang sudah dipublikasikan.
Terdengar biasa dan memang sudah selayaknya, akan tetapi ketika satu naskah yang sama di cek lebih dari sekali. Maka biasanya pada mode default ini akan terjadi kenaikan skor kesamaan teks, padahal naskah tidak diubah sama sekali. Kemudian menjadi dugaan self plagiarism. Kenapa bisa demikian?
Sebab secara otomatis sistem di Turnitin akan ikut membandingkan karya tulis tersebut dengan karya tulis itu sendiri yang tersimpan di database saat pengecekan sebelumnya. Jadi semakin sering di cek semakin tinggi skor kesamaan teks-nya. Oleh sebab itu, pihak pengembang Turnitin kemudian menyediakan fitur Non Repository.
Dikutip melalui website Publikasiku Academic Solution, dijelaskan bahwa Turnitin Non Repository adalah fitur di Turnitin yang memungkinkan pengguna untuk membandingkan naskah yang dikirimkan oleh mahasiswa dengan kumpulan dokumen yang tersimpan dalam database Turnitin.
Lewat fitur ini, pengguna (penulis) bisa mengecualikan database Turnitin untuk ikut dibandingkan saat proses pengecekan kesamaan teks. Sehingga satu karya tulis meski di cek sesering apapun tidak menambah persentase skor kesamaan teks.
Membantu lebih memahami fitur Repository dan Non Repository pada Turnitin. Maka perlu memahami berbagai perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository tersebut. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa perbedaannya:
Perbedaan yang pertama dari dua fitur berseberangan dalam web Turnitin adalah dari aspek database yang digunakan untuk membandingkan kesamaan teks. Pada fitur Repository, sistem Turnitin hanya membanding karya tulis di database internal.
Artinya, publikasi ilmiah yang tidak terindeks di database Turnitin tidak akan masuk dalam proses pengecekan. Sehingga skala pembandingnya lebih kecil dan membuat waktu pengecekan berdurasi lebih pendek atau lebih cepat. Ibarat membandingkan 1 database dengan 100 database, maka proses pengecekan lebih cepat 1 database.
Sementara pada fitur Non Repository, sistem di Turnitin tidak membandingkan dengan database internal melainkan publikasi yang bisa diakses di internet. Entah itu dibandingkan dengan karya tulis terindeks Google Scholar, Garuda, maupun yang lainnya.
Seperti yang diketahui database publikasi ilmiah sangat banyak dan beragam. Sehingga membuat skala pembanding lebih luas dan proses pengecekan Turnitin memakan waktu lebih lama.
Sejalan dengan penjelasan di poin pertama di atas, maka salah satu perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository yang kedua adalah dari cakupan. Cakupan disini adalah cakupan banyak tidaknya karya tulis yang dibandingkan saat pengecekan.
Seperti yang sudah dijelaskan, pada fitur Repository maka cakupan pengecekan menjadi lebih terbatas. Sebab hanya sebatas pada database Turnitin itu sendiri dan mengabaikan publikasi ilmiah yang bisa diakses lewat internet atau database lain.
Sementara pada fitur Non Repository, Turnitin akan mengecek dengan cakupan pembanding yang lebih luas. Yakni seluruh database yang bisa diakses melalui internet atau mesin pencari. Sehingga bisa dibandingkan dengan lebih banyak karya tulis yang sudah berstatus publish.
Perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository yang ketiga adalah dari aspek ketersediaan dokumen. Secara umum, melalui fitur Repository maka proses pengecekan membuat karya tulis tersimpan otomatis di database Turnitin.
Pengguna kemudian bisa mengakses kembali karya tulis tersebut. Namun dengan kondisi seperti ini, karya tulis tersebut juga bisa diakses pengguna Turnitin lainnya. Sehingga karya ini bisa bocor dan kemudian membuka peluang plagiat ketika ditemukan oleh pengguna yang tidak paham atau mengabaikan etika penelitian.
Sementara pada fitur Non Repository adalah kebalikannya, dimana dokumen yang di cek di Turnitin tidak akan tersimpan di database internal. Sehingga tidak bisa diakses lagi baik oleh diri sendiri maupun pengguna lain.
Aspek keempat yang menjadi perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository adalah dari akurasi pengecekan. Harus diakui, pengecekan dengan fitur Repository memberi akurasi lebih tinggi dibanding Non Repository.
Hal ini terjadi karena Repository hanya akan membandingkan karya tulis dengan karya tulis lain di dalam database Turnitin itu sendiri. Dimana semua karya tulis tersebut pastikan memiliki kualitas baik.
Sementara jika memakai fitur Non Repository maka akan dibandingkan dengan semua karya tulis yang bisa diakses di internet. Padahal bisa jadi beberapa karya tulis tersebut memiliki kualitas buruk sehingga akurasi pengecekan menjadi tidak maksimal.
Aspek kelima dalam daftar perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository adalah dari kecepatan proses pengecekan. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, fitur Repository memberi waktu pengecekan lebih singkat.
Sebab memang hanya akan fokus membandingkan satu karya tulis dengan karya tulis lain dari satu database saja, yakni database internal milik Turnitin. Sehingga proses pengecekan jauh lebih cepat.
Sementara pada fitur Non Repository, pengecekan akan membandingkan karya tulis dari berbagai database. Sehingga prosesnya memakan waktu lebih lama sesuai dengan jumlah database yang sedang dibandingkan oleh sistem di Turnitin.
Jika dilihat dari aspek jenis naskah, maka akan dijumpai juga perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository. Pada dasarnya, baik dengan fitur Repository maupun Non Repository, pengguna bisa mengecek naskah dalam jenis apapun.
Baik itu artikel ilmiah untuk jurnal, naskah buku, skripsi, tesis, esai, dan lain sebagainya. Namun, fitur Non Repository lebih cocok digunakan jika ingin membandingkan karya tulis milik sendiri dengan jenis naskah lain yang tidak terindeks Turnitin.
Misalnya ingin membandingkan naskah artikel ilmiah dengan naskah artikel ilmiah lain yang tidak sekedar pernah di cek di Turnitin. Akan tetapi juga terpublikasi lewat media lain, misalnya jurnal nasional.
Hal terakhir yang menjadi perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository adalah dari segi waktu penggunaan. Secara umum, kedua fitur ini bisa digunakan kapan saja karen Turnitin bersifat online.
Namun, ketika membicarakan fitur Repository di dalamnya maka hanya akan cocok digunakan saat naskah ingin dipublikasikan. Sementara untuk naskah yang akan menjadi koleksi pribadi dan untuk dibaca kalangan terbatas, dianjurkan memakai fitur Non Repository.
Sebab memakai fitur Repository akan membuka akses ke lebih banyak orang untuk membaca naskah. Padahal jika naskah ditujukan untuk kalangan terbatas, maka hal ini akan dipandang sebagai kesalahan.
Dari penjelasan mengenai seluruh daftar perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository di atas. Maka bisa dipahami bahwa ada momen tertentu dimana penggunaan Turnitin perlu di setting default atau Repository. Namun, di waktu lain perlu mengaktifkan fitur Non Repository.
Membantu menentukan kapan waktu terbaik mengaktifkan fitur Non Repository dan sebaliknya. Maka berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari dua fitur Turnitin ini. Jika dilihat dari segi kelebihan, maka berikut adalah kelebihan fitur Repository:
Sementara kelebihan dari fitur Non Repository kurang lebihnya adalah sebagai berikut:
Jika dilihat dari segi kekurangan atau kelemahan, fitur Repository memiliki beberapa poin berikut ini:
Sementara untuk kekurangan dari fitur Non Repository dalam Turnitin adalah sebagai berikut:
Setelah memahami definisi dan juga beragam perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository. Maka akan muncul pemahaman bahwa saat skor kesamaan teks tinggi maka mau tidak mau harus memeriksa ulang naskah karya tulis dan diperbaiki.
Cara memperbaikinya adalah dengan melakukan parafrase, ketika ada kutipan langsung maka diubah menjadi kutipan tidak langsung. Bagi beberapa akademisi, proses perbaikan naskah ini bisa menyita banyak waktu dan terkendala dengan tingginya kesibukan.
Jika Anda berada dalam posisi ini, maka tidak perlu khawatir karena bisa menggunakan jasa parafrase profesional dari Penerbit Deepublish. Penerbit Deepublish menyediakan Jasa Parafrase Turnitin yang membantu melakukan parafrase dan menurunkan skor similarity indeks.
Jasa ini dikerjakan oleh tim profesional, berpengalaman, dan juga bersertifikasi BNSP. Sehingga tidak perlu meragukan kualitas atau hasil pengerjaannya. Selain itu, biaya jasanya juga ekonomis karena bisa di cek per halaman sesuai kebutuhan penulis.
Jika tertarik dan merasa membutuhkan jasa parafrase yang handal dan profesional, bisa segera menghubungi CS Penerbit Deepublish. Selain itu bisa juga mengunjungi website resminya untuk proses pemesanan Jasa Parafrase Turnitin, yakni di laman https://penerbitdeepublish.com/jasa-parafrase-turnitin/.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik perbedaan Turnitin Repository dan Non Repository dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…