Daftar Isi
Perkembangan Artificial Intelligence (AI) memang menjadi pembahasan yang menarik. Sebab sebelum dikenal sebagai salah satu teknologi yang punya dua sisi, negatif dan positif seperti sekarang. Teknologi ini mulai diperkenalkan di tahun 1950-an.
Butuh waktu sekian dekade untuk teknologi AI ini bisa sampai sekarang. Dimana ada banyak aplikasi berbasis AI yang memudahkan pekerjaan manusia. Apapun profesi dan latar belakang mereka.
Lalu, seperti apa perkembangannya dan bagaimana memanfaatkan teknologi ini dengan bijak? Hal-hal seperti ini tentu penting untuk dipahami agar efek negatif dari teknologi AI bisa diredam. Berikut informasinya.
Dikutip melalui website DJKN Kemenkeu, perkembangan Artificial Intelligence berawal di tahun 1950-an. Yakni ketika John McCarthy, Marvin Minsky, dan para ilmuwan lainnya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) meneliti Artificial Intelligence tersebut.
Tim penelitian yang dibentuk peneliti dari MIT tersebut mempelajari AI dan fokus mengembangkan program komputer pintar. Seperti mengembangkan bahasa pemrograman yang mendukung aplikasi pintar dan permainan catur di perangkat komputer.
Pada tahun 1956, McCarthy kemudian menggelar konferensi ilmiah bertajuk Dartmouth Conference yang bertujuan memperkenalkan temuan AI di program komputer. Dalam konferensi tersebut, para peneliti yang hadir sepakat memusatkan perhatian pada pembuatan program komputer yang mampu belajar dan berpikir seperti manusia.
Hanya saja, memasuki tahun 1970-an pengembangan atau penelitian mengenai AI terhenti. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, salah satunya adanya masalah keuangan. Sehingga penelitian tidak memungkinkan untuk diteruskan.
Namun, pada era 1980-an teknologi AI kembali diteliti dan dikembangkan. Bahkan berjalan cukup pesat. Apalagi di tahun 1997 IBM berhasil membuat permainan catur pintar bernama Deep Blue. Permainan catur ini bahkan mampu mengalahkan sang juara catur, Garry Kasparov.
Setelahnya teknologi AI terus berkembang dan semakin pesat. Apalagi lewat kemunculan teknologi deep learning dan neural network. Teknologi AI kemudian mulai diterapkan di berbagai aplikasi dengan beragam fungsi dan digunakan di berbagai bidang. Misalnya pada kendaraan otonom, pengenalan suara dan wajah, asisten virtual, dan sebagainya.
Dewasa ini, aplikasi berbasis teknologi AI juga semakin banyak pilihannya. Aplikasi tersebut bisa digunakan untuk banyak hal. Misalnya seperti mencari informasi, mencari referensi ilmiah, membantu proses menulis, membantu proses membuat desain, mengedit tulisan, memeriksa tulisan, dan lain sebagainya.
Secara umum, perkembangan Artificial Intelligence memang memberi dampak positif. Kemajuan teknologi AI terbukti mampu mendorong produktivitas pengguna di berbagai bidang dan untuk berbagai tujuan atau jenis pekerjaan.
Sayangnya, sama seperti teknologi canggih pada umumnya. Teknologi AI juga tidak terlepas dari kekurangan, dimana salah satunya memberi dampak negatif. Misalnya ada ketergantungan pada AI sehingga membangun sifat malas dan membuat kreativitas tumpul.
Dampak lain yang sering menjadi perbincangan publik luas adalah resiko AI menggantikan manusia. Ada prediksi, teknologi AI akan menggantikan manusia di berbagai bidang. Sehingga ada pekerjaan tertentu yang tidak lagi dikerjakan manusia. Hal ini mempersempit lapangan pekerjaan di masa mendatang.
Namun, lagi-lagi semua adalah prediksi. Selain itu, penggunaan teknologi AI dengan bijak akan mempengaruhi hasil di masa mendatang. Oleh sebab itu, kembali kepada penggunanya bersedia digantikan AI atau menjadikannya sebagai alat bantu saja?
Perkembangan Artificial Intelligence tentu tidak berhenti sampai saat ini. Teknologi ini akan terus berkembang dan bisa semakin dibutuhkan oleh umat manusia. Sejalan dengan hal tersebut, tentunya memunculkan kekhawatiran mengenai dampak negatif yang ditimbulkan.
Dikutip dari berbagai sumber, kunci dari bertahan dengan teknologi AI adalah menyikapi perkembangannya dengan bijak dan tepat. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
Dikutip melalui website resmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), teknologi AI pada dasarnya merupakan buatan manusia. Sudah tentu memiliki kelebihan dan juga kekurangan.
Kelebihan dari teknologi ini adalah bisa konsisten dalam melakukan suatu hal atau pekerjaan. Berbeda dengan manusia yang kesulitan mempertahankan konsistensi. Namun, jika digunakan di pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, emosi, empati, pengambilan keputusan, dan sebagainya. Maka AI belum bisa mendukung.
Pekerjaan yang membutuhkan beberapa aspek manusiawi tersebut masih perlu dikerjakan oleh manusia langsung. Oleh sebab itu, untuk bisa menyikapi perkembangan Artificial Intelligence dengan baik dan benar. Teknologi ini perlu dipahami.
Dipahami dengan baik apa saja kelebihan dan kekurangannya. Kemudian dipahami juga apa saja kegiatan yang bisa memanfaatkannya. Sekaligus memahami batasan dalam menggunakannya.
Seperti penjelasan sebelumnya, salah satu kekurangan teknologi AI adalah kurang mampu mengerjakan suatu pekerjaan yang butuh sisi manusiawi. Seperti kreativitas, emosi, empati, pengambilan keputusan, dan sebagainya.
Kelemahan ini tentu menjadi celah, bahwa teknologi AI tidak sepenuhnya bisa menggeser manusia. Meskipun perkembangan Artificial Intelligence akan sangat pesat dan sangat modern.
Oleh sebab itu, untuk bisa memiliki potensi di pasar kerja. Seseorang dari sekarang perlu mengembagkan keterampilan bernilai tinggi. Yakni keterampilan yang tidak memungkinkan digantikan oleh AI.
Misalnya, kemampuan bernegosiasi atau komunikasi. Contoh lain, kemampuan untuk terus mengasah kreativitas. Sehingga mengasah kemampuan di bidang seni, musik, dan sastra bisa dipertimbangkan.
Dikutip melalui Nusatek.id, salah satu tips menyikapi perkembangan Artificial Intelligence adalah belajar bekerja dengan bantuan AI. Namun, menjadikannya sebagai alat bantu bukan sebagai pengganti.
Semakin orang terbiasa memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam bekerja. Maka semakin terbiasa memanfaatkannya dengan bijak dan meningkatkan hasil kerja serta keterampilan.
Hal ini mencegah AI bisa menggeser peran manusia dalam mengerjakan apapun. Misalnya, seorang penulis memanfaatkan aplikasi AI untuk mencari ide tulisan. Ide yang direkomendasikan dikembangkan menjadi naskah dan diterbitkan.
Artinya, karya tulis tersebut dibantu dengan AI akan tetapi murni dari buah karya penulis. Sebab isi naskah tidak dibuat oleh aplikasi AI. Jika terbiasa memakai prinsip ini, maka keterampilan dan hasil karya manusia akan tetap dibutuhkan di masa mendatang.
Tips berikutnya dalam menyikapi perkembangan teknologi AI adalah terus belajar dan beradaptasi. Semua makhluk bernyawa di muka bumi perlu memiliki kemampuan beradaptasi yang baik agar bertahan hidup. Manusia pun demikian.
Bertahan di tengah gempuran teknologi AI yang disebut-sebut bisa menggeser peran manusia dan menghapus sejumlah profesi atau pekerjaan. Maka dengan beradaptasi.
Teknologi AI tetap memiliki kekurangan, akan ada pekerjaan yang tetap membutuhkan keterampilan manusia. Maka penting untuk menyadari apa saja keterampilan tersebut, kemudian dipelajari, dan dikuasai. Hal ini membantu beradaptasi dengan perkembangan AI yang pesat.
Tips berikutnya adalah membangun jaringan profesional seluas mungkin. Alasannya, jaringan profesional ini bisa membantu mendapat informasi terkait dunia kerja dan teknologi AI itu sendiri.
Meskipun informasi di dunia profesional bisa didapatkan dari internet dan aplikasi AI. Namun, informasi dari orang terdekat tentu sama berharganya. Dimana bisa mendapatkan informasi lebih detail dan mudah dipahami, serta bisa diterapkan langsung.
Bersama jaringan profesional yang luas, seseorang bisa lebih mudah mengikuti perkembangan AI. Sehingga bisa lebih cepat beradaptasi dan bisa mendapatkan kesempatan di dunia profesional meski AI berkembang sangat pesat.
Salah satu hal yang membuat teknologi AI memberi dampak negatif cukup besar, adalah pengguna mengalami ketergantungan. Hal ini bisa menurunkan keterampilan yang sudah sekian lama diasah. Sehingga resiko kehilangan pekerjaan lebih tinggi.
Maka, penting sekali untuk memahami apa saja yang perlu dilakukan agar tidak ketergantungan dengan AI. Terutama perkembangan Artificial Intelligence yang memang pesat seperti sekarang. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
Salah satu cara agar tidak ketergantungan pada AI adalah memfungsikannya dengan benar. Yakni sebagai alat bantu bukan pengganti penggunanya.
Teknologi AI memungkinkan pengguna tinggal ongkang-ongkang kaki. Sebab aplikasi AI ini yang akan membantu menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun, terbiasa melakukan hal ini akan menumpulkan kreativitas dan kemampuan manusiawi lainnya. Ketergantungan pada AI pun tidak bisa dihindari.
Oleh sebab itu, berusaha untuk memfungsikan AI sebagai alat bantu menjadi cara paling utama agar tidak ketergantungan. Pengguna memahami fungsi AI yang benar, dan tidak kehilangan kemampuan atau keterampilannya yang berharga.
Cara kedua untuk membantu menurunkan kemungkinan ketergantungan pada AI adalah memperkuat keterampilan dasar. Secara umum, orang baru menggunakan AI ketika tidak memungkinkan mengandalkan kemampuan diri sendiri.
Contohnya, saat penulis kehabisan ide dalam menulis. Maka biasanya terbersit keinginan memanfaatkan aplikasi AI. Sebaliknya, saat ide tulisa mengalir deras maka penulis akan menggunakan ide-ide tersebut alih-alih memakai AI.
Jadi, meminimalkan dan menghindari efek ketergantungan dengan AI adalah dengan memiliki keterampilan. Terutama keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, memakai komputer, dan sebagainya.
Semakin banyak keterampilan yang dikuasai, semakin kecil keinginan memakai AI. Hal ini akan memberi batasan dalam menggunakan AI dan tidak pernah merasa ketergantungan.
Dikutip melalui website KlikDokter.com, salah satu cara untuk menghindari efek ketergantungan pada AI adalah memiliki kesadaran dalam penggunaan. Artinya, pengguna perlu menyadari pentingnya membatasi penggunaan AI itu sendiri.
Jauh sebelum teknologi AI menjadi perbincangan seperti sekarang. Masyarakat di Indonesia dan bahkan di dunia dihadapkan pada efek ketergantungan internet dan smartphone. Kunci utama dari keduanya adalah membatasi penggunaan, sehingga tidak ada efek ketergantungan.
Cara atau strategi ini juga dianjurkan diterapkan dalam menggunakan teknologi AI. Batasan pada AI yang jelas dan atas kesadaran diri sendiri meminimalkan efek ketergantungan. Sebab pengguna memiliki kesadaran untuk mengandalkan keterampilannya dan bukan sepenuhnya mengandalkan AI.
Cara keempat untuk menghindari efek ketergantungan pada teknologi dan perkembangan Artificial Intelligence adalah belajar secara mandiri atau manual. Artinya, perlu sesekali untuk belajar tanpa bantuan teknologi apapun.
Pada masa dimana internet belum dikenal luas oleh masyarakat. Kegiatan mencari informasi dilakukan secara manual. Misalnya dengan membaca buku, membaca artikel pada koran atau majalah, menonton berita di televisi, dan sebagainya.
Sampai sekarang, cara-cara konvensional ini masih bisa dilakukan. Selama mencoba membiasakan diri melakukannya, maka akan menikmati prosesnya. Hal ini penting untuk tidak tergantung dengan AI dan teknologi apapun.
Sekaligus menyadari bahwa metode pembelajaran konvensional masih menarik dan tepat untuk diterapkan. Sehingga tidak ada perasaan tergantung dengan aplikasi AI model apapun, karena bisa belajar dengan cara-cara manual.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, teknologi AI lebih cocok untuk kegiatan yang sifatnya konsisten dan terus menerus atau berulang-ulang. Sementara untuk pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan sejenisnya. Teknologi AI belum bisa digunakan dengan optimal.
Oleh sebab itu, salah satu cara yang terbilang efektif menghindari ketergantungan pada AI adalah mengembangkan kreativitas. Semakin sering berpikir kreatif, semakin sering pula menghasilkan karya yang tidak melibatkan AI di dalamnya.
Misalnya dalam kegiatan menulis. Alih-alih meminta aplikasi AI menyusun seluruh isi paragraf. Penulis perlu membiasakan diri memanfaatkan kemampuannya menulis secara kreatif. Sehingga lebih unik dan humanis.
Jika kreativitas dikembangkan, maka ketergantungan pada AI tidak akan dikenal. Hal ini berlaku untuk kegiatan apapun, tidak hanya sebatas pada menulis. Misalnya dalam membuat desain gambar, editing, dan sebagainya.
Cara berikutnya adalah melakukan evaluasi. Artinya, sebagai pengguna AI perlu mengecek selama penggunaan merasakan manfaat lebih besar atau sebaliknya? Selam menggunakan AI, keterampilan terasah atau justru tereduksi?
Masing-masing pengguna tentu memiliki jawaban tersendiri. Jika memang merasa mengalami dampak negatif dan tidak ada manfaat sifgnifikan. Maka perlu melakukan detoks terhadap penggunaan AI.
Misalnya dengan dikurangi, sehingga efek negatif yang diketahui dari hasil evaluasi sebelumnya bisa diredam. Evaluasi pun perlu dilakukan berkala, sebab memang menghapus penggunaan AI sampai 100% juga bukan keputusan bijak.
Pesatnya perkembangan Artificial Intelligence dan teknologi lain bisa memunculkan efek gagap berinteraksi secara langsung dengan orang sekitar. Jangankan teknologi AI, ketika smartphone berkembang. Ada lebih banyak orang sibuk dengan smartphone dibanding berbincang dengan orang di sebelahnya.
Jadi, salah satu upaya untuk menghindari efek ketergantungan pada AI adalah mengutamakan interaksi sosial. Usahakan tetap memiliki teman yang bisa diajak berdiskusi di topik tertentu yang sama-sama disukai dan dikuasai.
Hasil diskusi santai maupun serius dengan orang sekitar, bisa memberi banyak informasi. Semakin banyak informasi didapatkan di aktivitas luring. Maka semakin kecil keinginan untuk mengandalkan AI dalam mengakses informasi.
Cara selanjutnya yang bisa dilakukan untuk menghindari ketergantungan pada AI adalah memeriksa hasil jawaban atau pekerjaan AI. Kadang kala, AI digunakan untuk mencari informasi. Sehingga bertanya pada AI dan diberikan jawaban.
Jawaban ini sebaiknya tidak diterima apa adanya, melainkan diperiksa dulu dan dilakukan kroscek ke sumber lain yang kredibel. Hal ini membantu memahami bahwa AI bisa saja salah dan meminimalkan godaan untuk selalu bergantung pada AI.
Memahami batasan dalam menggunakan AI dan menyadari pentingnya menetapkan batasan adalah kunci utama. Oleh sebab itu, penggunaan AI dengan bijak dan tidak berlebihan membantu menghadapi perkembangan Artificial Intelligence dengan tepat.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman pribadi berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi penting dari artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Seorang penulis buku, tentunya berharap karyanya bisa dibaca banyak orang sehingga memperhatikan pemasaran buku tersebut.…
Sebagai upaya membangun transparansi dalam proses memperoleh data penelitian, maka peneliti perlu menyusun laporan wawancara.…
Kuesioner tertutup menjadi salah satu jenis kuesioner yang cukup sering digunakan oleh peneliti. Kuesioner ini…
Ada banyak pilihan metode pengumpulan data dalam penelitian, salah satunya lewat kuesioner terbuka. Kuesioner jenis…
Penggunaan AI untuk transkrip audio dan video tentunya semakin sering dilakukan, baik itu pelajar maupun…
Dalam penelitian kuantitatif, data penelitian bisa dalam bentuk data diskrit maupun data kontinu. Seorang peneliti…