Daftar Isi
Publikasi ilmiah tidak hanya sebatas pada jurnal ilmiah, melainkan bisa dalam bentuk prosiding. Publikasi jenis ini bisa dipilih oleh para dosen dalam mencapai luaran kegiatan penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat.
Sebab, publikasi berbentuk prosiding juga diakui Ditjen Dikti. Sehingga bisa dimasukan dalam pelaporan BKD maupun masuk proses Penilaian Angka Kredit (PAK) saat pengajuan kenaikan jabatan fungsional.
Meskipun tidak sepopuler jurnal ilmiah, yang sering menjadi luaran wajib dalam program hibah atau pendanaan. Namun, bukan berarti publikasi dalam bentuk prosiding tidak kredibel atau tidak layak dijadikan pilihan. Berikut informasinya.
Dalam dunia publikasi ilmiah, prosiding disebut juga sebagai prosiding konferensi dan seminar ilmiah. Prosiding adalah kumpulan tulisan ilmiah yang berisi ringkasan atau makalah yang dipresentasikan pada acara konferensi atau seminar ilmiah.
Seminar atau konferensi ilmiah mendukung para akademisi dan peneliti untuk mempresentasikan laporan hasil penelitiannya. Kegiatan ini akan dihadiri oleh akademisi dan peneliti lain.
Sama seperti jurnal ilmiah, publikasi ke konferensi ilmiah juga ada yang bertaraf nasional dan internasional. Jika suatu konferensi diikuti para peneliti dari satu negara saja, maka sifatnya nasional. Begitu juga sebaliknya, saat peserta sudah lintas negara.
Penyelenggara konferensi ilmiah bisa perguruan tinggi, asosiasi profesi, lembaga pemerintah, dan lain sebagainya. Kemudian setiap karya tulis ilmiah yang dipresentasikan akan dipublikasikan menjadi prosiding.
Seluruh karya tulis ilmiah tersebut akan disatukan dan diterbitkan menjadi buku, baik cetak maupun elektronik sehingga terbit dengan ISBN. Namun, pada beberapa penyelenggara konferensi ilmiah memilih menerbitkan karya tulis yang dipresentasikan secara berkala. Sehingga mirip jurnal dan terbit dengan ISSN.
Sementara untuk topik, hal ini sedikit berbeda dengan jurnal. Secara umum, penyelenggara konferensi ilmiah akan menentukan satu tema secara konsisten. Setiap artikel yang relevan dengan tema tersebut, maka bisa dipresentasikan dan diterbitkan.
Berbeda dengan jurnal, pengelola jurnal umumnya memiliki topik dengan scope atau pembatasan pembahasan. Sehingga cakupannya lebih sedikit dan spesifik dibandingkan dengan konferensi ilmiah.
Pada saat membahas konferensi ilmiah atau prosiding, beberapa akademisi dan peneliti mungkin masih menganggap keduanya sama. Secara umum, jurnal dengan prosiding memang memiliki beberapa persamaan.
Misalnya sama-sama publikasi ilmiah, sama-sama menerima artikel ilmiah, sama-sama ada proses review dari ahli di bidangnya, sama-sama diterbitkan untuk diakses masyarakat ilmiah, dan sama-sama bisa terbit secara close access maupun open access.
Namun, prosiding dengan jurnal adalah dua jenis publikasi ilmiah yang berbeda satu sama lain. Maka prosiding bukan termasuk jurnal, begitu pula sebaliknya. Melainkan berdiri sendiri-sendiri. Berikut adalah perbedaan keduanya:
Perbedaan yang pertama adalah dari alur atau tahapan dalam proses publikasi. Pada jurnal, artikel yang disusun peneliti atau akademisi tinggal di submit ke website pengelola jurnal yang sesuai.
Pihak pengelola jurnal melalui editor akan memeriksa artikel tersebut dan menyerahkannya ke minimal dua orang reviewer. Setelah hasil review keluar, barulah artikel tersebut dipublikasi. Baik dengan revisi terlebih dahulu maupun tanpa revisi.
Berbeda dengan prosiding, publikasi artikel ilmiah yang sudah direview oleh pakar di bidangnya. Kemudian wajib dipresentasikan dalam sebuah seminar atau konferensi ilmiah. Baru kemudian dipublikasikan.
Perbedaan yang kedua adalah dari segi bentuk publikasi ilmiah. Pada jurnal, saat ini terpublikasi dalam versi online dan digital. Sehingga seluruh artikel yang diterbitkan bisa diakses pembaca melalui website jurnal tersebut maupun database jurnal. Misalnya Scopus, Google Scholar, dll.
Sementara pada prosiding, bentuk publikasi kebanyakan berupa buku atau book chapter. Sehingga terbit dengan ISBN, baik sebagai buku cetak maupun buku elektronik.
Selain itu, prosiding tidak selalu terbit berkala melainkan terbit satu waktu menjadi satu buku saja. Sehingga ber-ISBN. Namun pada beberapa prosiding sengaja diterbitkan berkala, sehingga memiliki ISSN. Sementara pada jurnal, dipastikan terbit berkala. Baik itu sekali dalam setahun atau lebih.
Hal ketiga yang menjadi pembeda adalah lama waktu penerbitan. Secara umum, proses penerbitan artikel ilmiah pada jurnal butuh waktu yang terbilang lama. Jika beruntung, penulis bisa mendapatkan artikelnya terbit dalam beberapa bulan.
Namun, tidak jarang penulis memiliki jarak waktu lumayan jauh dari hari dimana artikel di submit ke pengelola jurnal sampai diterbitkan. Tidak sedikit yang butuh waktu salam lebih dari satu tahun. Hal ini terjadi, karena proses review dari pakar memakan waktu berbulan-bulan, ditambah revisi lebih dari sekali.
Berbeda dengan publikasi ke bentuk prosiding. Sekalipun ada proses review dari para ahli di bidangnya, sama seperti jurnal. Akan tetapi tidak terlalu ketat dan tidak memakan waktu lama. Alhasil, lama waktu publikasi lebih singkat dibanding pada jurnal.
Hal berikutnya yang menjadi pembeda adalah pada tema, topik, dan scope. Publikasi pada jurnal akan berhadapan dengan scope keilmuan. Secara sederhana, scope disini adalah batasan pembahasan.
Jurnal ilmiah fokus pada beberapa scope terkait satu topik di suatu bidang keilmuan. Sehingga saat ada jurnal ilmu komputer yang membahas AI. Maka seluruh artikel akan fokus membahas AI. Baik dari sisi Machine Learning, Deep Learning, dan sebagainya.
Sementara pada prosiding, penyelenggara konferensi akan fokus pada tema. Kemudian semua topik yang relevan dengan tema tersebut bisa masuk dan dipresentasikan.
Misalnya, konferensi ilmiah di bidang ilmu komputer. Maka artikel yang dipresentasikan bisa membahas AI, Big Data, Software Engineering, Cyber Security, Computer Network, dan lain sebagainya. Sehingga tidak ada scope dalam menyaring artikel yang akan dipublikasikan.
Hal lain yang menjadi pembeda adalah dari segi biaya. Biaya publikasi ke jurnal cenderung lebih mahal jika dibandingkan pada prosiding. Biaya publikasi akan semakin tinggi untuk jurnal internasional bereputasi, dimana ada yang sampai Rp50 juta per artikel ilmiah.
Meskipun banyak juga jurnal internasional maupun jurnal nasional yang sifatnya gratis. Sebab biaya dibebankan kepada pembaca atau karena biaya operasional ada pihak yang mendanai.
Misalnya pemerintah, yayasan swasta, dll. Namun, jurnal yang membebankan biaya ke penulis lebih mahal dibanding prosiding. Hanya saja, karena prosiding perlu ada tahap presentasi di konferensi ilmiah. Maka akan ada biaya-biaya tambahan, seperti biaya transportasi dan akomodasi di lokasi konferensi diselenggarakan.
Prosiding sekali lagi memang tidak sepopuler jurnal, dimaa sering menjadi luaran wajib dalam program hibah. Namun, ada banyak alasan kenapa publikasi ilmiah dalam bentuk prosiding perlu dimiliki oleh para dosen. Yaitu:
Secara mendasar, doen di Indonesia diwajibkan mempublikasikan hasil penelitian maupun hasil pengabdian kepada masyarakat. Kemudian, ada banyak media publikasi ilmiah bisa dipilih oleh dosen untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Jadi, para dosen tidak hanya bisa mempublikasikan ke jurnal ilmiah yang dikenal lebih sulit karena ketat dan biaya publikasinya pun mahal. Bisa beralih ke prosiding untuk diversifikasi publikasi ilmiah.
Dalam dunia akademik, publikasi dalam bentuk prosiding diakui sebagaimana publikasi ke jurnal ilmiah. Hal ini bisa dilihat dari Rubrik BKD maupun PO PAK terbaru.
Dimana menyebutkan kegiatan publikasi ke prosiding ada di dalamnya, sehingga sama-sama diakui. Memiliki riwayat publikasi dalam bentuk prosiding juga menjadi portofolio dosen. Sehingga selain menjadi sarana memenuhi kewajiban akademik, juga menjadi sarana membangun reputasi.
Alasan kedua kenapa dosen perlu memiliki prosiding adalah untuk membantu memenuhi BKD. Sesuai penjelasan sebelumnya, publikasi ilmiah ke prosiding adalah bentuk pelaksanaan tugas pokok penelitian.
Kemudian diakui Ditjen Dikti dan bisa masuk dalam laporan BKD. Beban kerja publikasi ke prosiding bisa mencapai 7,5 SKS untuk skor tertinggi dan 0,75 untuk skor terendah.
Sehingga publikasi ini bisa membantu dosen memenuhi BKD yang target per semester minimal 12 SKS. Apalagi proses publikasi lebih cepat dibanding jurnal, sehingga memudahkan dosen untuk menyesuaikan dengan jadwal pelaporan BKD di SISTER.
Sejalan dengan masuknya publikasi dalam bentuk prosiding ke laporan BKD. Maka tentunya, publikasi jenis ini juga bisa masuk dalam proses Penilaian Angka Kredit atau PAK saat dosen mengajukan kenaikan jabatan fungsional.
Publikasi ke prosiding membantu dosen mendapatkan tambahan poin angka kredit. Besaranya dari 3 poin angka kredit untuk yang terendah dan bisa sampai 30 poin untuk angka kredit tertinggi.
Jadi, publikasi berbentuk prosiding bisa dikatakan nyaris setara dengan poin angka kredit publikasi ke jurnal maupun menerbitkan buku. Oleh sebab itu, memiliki prosiding membantu dosen untuk memenuhi KUM secepatnya. Sehingga bisa segera mengajukan kenaikan jenjang jabatan fungsional.
Alasan keempat, terkait dengan proses publikasi yang tidak memakan waktu terlalu lama. Ditambah biaya publikasi yang cenderung lebih ekonomis jika dibandingkan dengan publikasi ke jurnal ilmiah.
Jadi, memiliki publikasi berbentuk prosiding sangat penting bagi dosen agar bisa membangun riwayat publikasi ilmiah. Prosesnya yang cepat, membantu dosen menyesuaikan dengan jadwal pelaporan BKD dan jadwal pengajuan kenaikan jabatan fungsional.
Selain itu, biayanya yang ekonomis tentu meringankan beban finansial dosen. Khususnya dosen pemula yang belum bersertifikasi, sehingga masih bisa tetap membangun riwyat publikasi dan memenuhi BKD.
Alasan yang kelima kenapa dosen perlu memiliki prosiding adalah untuk sarana mengembangkan jaringan ilmiah. Prosiding menuntut dosen untuk hadir dalam konferensi ilmiah dan melakukan presentasi.
Seperti yang diketahui, konferensi ilmiah akan dihadiri oleh peneliti dan akademisi dari berbagai kota (nasional) sampai berbagai negara (internasional). Sehingga bisa saling bertatap muka dan membangun hubungan baik.
Konferensi ilmiah ini bisa membantu dosen dalam membangun dan mengembangkan jaringan ilmiah. Sehingga kedepannya bisa saling berkolaborasi, saling bertukar informasi, dan sebagainya untuk menunjang produktivitas akademik.
Alasan selanjutnya adalah karena prosiding bisa membantu dosen dalam mengasah keterampilan atau kemampuan komunikasi. Hal ini dapat terjadi, karena prosiding diawali dengan presentasi karya tulis ilmiah di dalam konferensi atau seminar ilmiah.
Sehingga, hadir dan melakukan presentasi akan membantu mengasah keterampilan komunikasi di hadapan banyak orang. Bagi dosen, keterampilan ini tentu sangat penting. Sebab dalam tugas mengajar, tentunya akan berhadapan dengan banyak mahasiswa.
Kemampuan komunikasi yang baik akan menunjang proses transfer ilmu. Sehingga materi yang sulit, bisa dijelaskan dosen dengan cara dan kalimat paling sederhana. Hal ini memudahkan mahasiswa memahami apa yang disampaikan. Selain mengajar, tugas akademik lain juga berkaitan dengan kemampuan komunikasi yang baik.
Misalnya tugas membimbing seminar (menjadi narasumber), membimbing mahasiswa dalam menyusun skripsi maupun tesis dan disertasi, dan menjalankan program PkM sehingga butuh keterampilan komunikasi agar bisa menjelaskan kepada masyarakat sasaran PkM tersebut.
Sesuai penjelasan sebelumnya, publikasi ilmiah dalam bentuk prosiding membantu menambah poin angka kredit. Lalu, berapa poin yang bisa didapatkan? Berikut adalah rincian angka kredit untuk publikasi berbentuk prosiding nasional dan internasional:
Prosiding | Keterangan | Poin Angka Kredit |
Dipresentasikan secara oral dan juga dimuat dalam prosiding yang dipublikasikan dengan ISBN atau ber-ISSN | Internasional dan terindeks Scimagojr dan Scopus | 30 |
Internasional terindeks Scopus, IEEE Xplore, SPIE | 25 | |
Internasional | 15 | |
Nasional | 10 | |
Disajikan dalam bentuk poster dan dimuat dalam prosiding yang dipublikasikan | Internasional | 10 |
Nasional | 5 | |
Disajikan dalam seminar / simposium / lokakarya tapi tidak dimuat dalam prosiding yang dipublikasikan | Internasional | 5 |
Nasional | 3 | |
Hasil penelitian tidak disajikan dalam seminar / simposium / lokakarya tapi dimuat dalam prosiding yang dipublikasikan | Internasional | 10 |
Nasional | 5 |
Dikutip melalui Perpustakaan IT Telkom Purwokerto, berikut adalah beberapa contoh daftar prosiding nasional dan internasional yang bisa dipilih para dosen untuk proses publikasi ilmiah:
Nama Prosiding | Bidang Keilmuan | Website |
SNATIF (Seminar Nasional Teknologi dan Informatika) | Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi | https://jurnal.umk.ac.id/index.php/SNA |
SemnasPPM (Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) | Berbagai disiplin ilmu | https://dppm.uii.ac.id/prosiding-seminar-nasional/ |
SAKTI (Seminar Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi) | Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi | https://e-journals.unmul.ac.id/index.php/SAKTI/index |
SNESTIK (Seminar Nasional Teknik Elektro, Sistem Informasi, dan Teknik Informatika) | Informatika dan Teknik Elektro | https://ejurnal.itats.ac.id/snestik |
SISFOTEK (Seminar Nasional Sistem Informasi dan Teknologi) | Sistem Informasi dan Teknologi | https://seminar.iaii.or.id/index.php/SISFOTEK |
ICCPET (International Conference on Computational Physics in Emerging Technologies) | Fisika Komputasi | https://conferencealerts.com/show-event?id=226927 |
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering | Ilmu dan Teknik Material | https://iopscience.iop.org/issue/1757-899X/879/1 |
SAINTEKS (Seminar Nasional Teknologi Komputer & Sains) | Bidang ilmu sains dan teknologi | https://prosiding.seminar-id.com/index.php/sainteks/issue/view/4 |
SNTEKPAN (Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan) | Transportasi, Geoteknik, Energi, Desain Industri, Informasi, Kebumian, Kelautan, dan Abdimas | https://ejurnal.itats.ac.id/sntekpan |
SN-SMIAP (Seminar Nasional Sains, Matematika, Informatika dan Aplikasinya) | Kimia, Biologi, Fisika, Matematika, dan Komputer dan Informatika | https://jurnal.fmipa.unila.ac.id/snsmap/issue/archive |
Prosiding Seminar Nasional Universitas Ma Chung | Teknologi, E-commerce, E-governance, Business Process, Decision Support System | https://ocs.machung.ac.id/index.php/seminarnasionalmachung/issue/view/6 |
Selain beberapa contoh daftar prosiding yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak pilihan lainnya. Lalu, bagaimana agar dosen atau mungkin mahasiswa bisa menemukan prosiding yang tepat untuk kebutuhan publikasi ilmiah?
Selain mengunjungi website penyelenggara konferensi ilmiah. Prosiding juga bisa ditemukan melalui sejumlah database. Misalnya, untuk prosiding nasional bisa ke Portal Garuda yang dikelola Kemdiktisaintek.
Sementara untuk prosiding internasional, bisa mencari di Scopus sampai Google Scholar. Khusus untuk Google Scholar, masih harus mencari manual dari hasil rekomendasi sistem. Jika Anda mencari prosiding nasional, berikut cara mencari dan menemukan yang sesuai melalui Portal Garuda:
Sementara untuk Anda yang berencana publikasi ke jurnal internasional bereputasi. Maka bisa mencari prosiding yang sesuai langsung dari website resmi Scopus. Bisa juga ke database publikasi ilmiah lain.
Namun, jika mengincar prosiding internasional terindeks database bereputasi, bisa langsung ke Scopus. Berikut tata caranya:
Selain dari Portal Garuda dan Scopus, sekali lagi ada banyak database publikasi ilmiah bisa dituju. Jadi, jika prosiding yang sesuai masih sulit ditemukan di dua database tersebut. Bisa beralih ke database lain.
Pada Garuda dan Scopus, tidak menampilkan informasi mengenai prosiding tersebut open access atau close access. Oleh sebab itu, Anda perlu mencari tahu informasi ini dan detail lainnya secara mandiri. Yakni dengan mengunjungi website prosiding tersebut.
Publikasi ilmiah melalui prosiding tentu berbeda dengan ketika publikasi ke jurnal. Prosiding ada tahap presentasi di konferensi atau seminar ilmiah. Selain itu, setiap prosiding fokus pada satu tema dalam suatu bidang keilmuan.
Lalu, apa saja yang harus diperhatikan dan apa saja tips untuk dosen maupun mahasiswa bisa sukses publikasi di prosiding? Berikut beberapa diantaranya:
Tips yang pertama tentu saja dengan memilih prosiding yang tepat. Meskipun dalam prosiding nyaris tidak ada batasan pembahasan atau scope. Namun, setiap prosiding akan fokus di satu bidang keilmuan dan fokus pada satu tema.
Jadi, artikel ilmiah yang Anda susun masuk ke bidang keilmuan apa. Baru kemudian memilih prosiding yang sesuai. Hal ini meminimalkan resiko artikel ditolak karena dianggap tidak relevan dengan bidang keilmuan.
Tips yang kedua, pastikan mengecek format penulisan artikel ilmiah yang ditetapkan pengelola prosiding atau penyelenggara konferensi ilmiah. Sama seperti jurnal, pengelola konferensi juga punya format penulisan yang harus dipatuhi.
Biasanya format ini akan dicantumkan di website pengelola konferensi ilmiah. Jika format Anda asal-asalan, maka tentu tidak akan diterima. Begitu juga sebaliknya. Jadi, jika publikasi ke prosiding diawali dengan memilih prosiding.
Kemudian menyusun artikel ilmiah sesuai dengan format yang ditetapkan pengelola prosiding tersebut. Usahakan tidak terbalik. Sebab satu prosiding dengan prosiding lain memiliki ketetapan format penulisan yang berbeda.
Tips yang ketiga, perlu memastikan bahwa artikel ilmiah yang disusun memang berkualitas. Dimulai dari memiliki kebaruan, sehingga peluang untuk diterima pengelola atau penyelenggara konferensi ilmiah lebih besar.
Kemudian, format penulisannya sudah sesuai. Bahasa yang digunakan baik dan benar. Tidak kalah penting, artikel yang disusun bukan hasil plagiarisme. Sehingga kualitasnya dianggap mumpuni dan layak untuk diterbitkan.
Sesuai penjelasan sebelumnya, publikasi di prosiding akan dilakukan review oleh pakar di bidangnya. Sehingga sama seperti jurnal ilmiah. Sehingga hasil review ini bisa berisi permintaan reviewer untuk melakukan revisi.
Jika memang demikian, maka jangan menunda-nunda untuk merevisi artikel ilmiah sesuai dengan penjelasan atau komentar reviewer. Sehingga hasil revisi bisa langsung dikirimkan. Hal ini akan mempercepat publikasinya.
Sekaligus memberi kesan positif, bahwa Anda serius dan profesional dalam mengurus publikasi ilmiah. Hal ini penting, karena pihak penyelenggara konferensi akan menyusun jadwal berikutnya dari presentasi sampai publikasi. Maka proses revisi biasanya diikuti dengan tenggat waktu (deadline).
Tips berikutnya adalah dalam tahap presentasi. Pasca dilakukan revisi jika memang ada, sesuai permintaan reviewer. Maka akan ditetapkan jadwal presentasi ke konferensi ilmiah oleh pihak penyelenggara.
Supaya presentasi lancar di hadapan para peneliti yang haidr. Maka penting sekali untuk memahami isi dari artikel ilmiah yang akan dipublikasikan. Kemudian, pahami ketentuan bagian apa saja di dalam artikel yang akan dipresentasikan.
Secara umum, penyelenggara konferensi menentukan apakah presentasi hanya abstrak dan hasil penelitian atau keseluruhan bagian artikel ilmiah. Ketentuan ini perlu dipahami dan disesuaikan dengan slide presentasi yang disusun.
Tips berikutnya adalah melakukan presentasi sebaik mungkin. Dimana dianjurkan dilakukan secara ringkas akan tetapi jelas dan menarik. Para dosen tentu paham betul bagaimana mempresentasikan suatu topik semenarik mungkin.
Semakin menarik, semakin mudah mendapat perhatian pada peserta konferensi. Sehingga mendorong terjadinya diskusi, lewat kegiatan tanya jawab. Topik penelitian dan hasil yang didapatkan bisa dianggap menarik oleh peserta konferensi.
Konferensi ilmiah dalam prosiding membantu dosen bertatap muka dengan banyak akademisi dan peneliti. Jadi, silahkan memanfaatkan hal ini dengan aktif membangun jaringan.
Jangan ragu untuk mengajak berkenalan, mengobrol mengenai kegiatan akademik, dan saling bertukar kontak. Saat presentasi berjalan, jangan ragu menyampaikan pertanyaan. Langkah ini membantu peserta lain menyadari kehadiran Anda.
Itulah beberapa tips yang perlu diterapkan agar proses publikasi ke prosiding berjalan lancar. Bagi para dosen maupun mahasiswa yang ingin mencetak prosiding. Maka bisa menggunakan jasa Penerbit Deepublish yang sudah berpengalaman dan didukung tim profesional.
Dalam kegiatan penelitian, analisis data bisa dilakukan dalam berbagai teknik dan salah satunya melalui analisis…
Memudahkan proses kajian literatur ilmiah, maka para dosen maupun mahasiswa bisa mempertimbangkan penggunaan platform GetDigest…
Ada banyak platform berbasis AI bisa diandalkan para akademisi untuk efisiensi kegiatan penelitian. Salah satunya…
Pada saat membaca suatu tulisan dan dibuat bingung, hal tersebut bisa disebabkan banyak hal. Salah…
Sebagai seorang akademisi dan penulis, saya merasa sangat beruntung bisa menjalin kerja sama yang erat…
Menulis dan memiliki pengalaman menerbitkan buku telah menjadi impian saya sejak lama. Sebagai seorang dosen,…