Pernahkah Anda mendengar istilah sampling jenuh atau sampel jenuh? Istilah ini tentu cukup familiar bagi dosen, mahasiswa, maupun peneliti. Dimana aktif melakukan kegiatan penelitian sesuai bidang keilmuan masing-masing.
Dalam kegiatan penelitian, ada kalanya akan menerapkan teknik sampel jenuh. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memahami apa itu sampel jenuh dan kenapa atau kapan teknik ini digunakan dibanding teknik sampling lainnya. Berikut informasinya.
Dalam kegiatan penelitian tentunya peneliti akan menentukan populasi diikuti penentuan sampel. Ada banyak teknik bisa dipilih oleh peneliti dalam menentukan sampel tersebut. Tentunya disesuaikan kondisi dan kebutuhan penelitian.
Salah satu tekniknya adalah sampling jenuh. Dikutip melalui Liputan6.com, sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel di mana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian.
Kenapa menggunakan kosakata “jenuh”? Dalam konteks sampel jenuh, penggunaan kosakata ini untuk menunjukan penelitian ada di titik jenuh. Kondisi ini terjadi karena peneliti menggunakan seluruh individu pada populasi sebagai subjek penelitian.
Sehingga peneliti menggunakan seluruh elemen, baik itu informasi dan elemen lain dari seluruh populasi. Kondisi seperti ini membuat peneliti tidak perlu memilih sampel dan menyisakan individu dalam populasi yang tidak terpilih sebagai sampel.
Teknik sampling satu ini tidak selalu cocok diterapkan ke semua penelitian. Sebab, ada kalanya peneliti melakukan teknik sampling untuk mendapatkan jumlah sampel lebih terbatas. Sehingga bisa meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.
Oleh sebab itu, sampling jenuh hanya bisa diterapkan untuk penelitian yang memiliki populasi skala kecil. Misalnya populasi karyawan di sebuah perusahaan kecil yang jumlahnya 50 orang. Maka semua karyawan menjadi sampel penelitian.
Lain halnya, jika peneliti memilih populasi di perusahaan besar dengan jumlah karyawan 10.000 orang. Maka untuk efisiensi waktu, tenaga, dan biaya peneliti memilih sampel dengan teknik tertentu. Misalnya hanya mengambil 100 karyawan sebagai sampel.
Jadi, berapa jumlah minimal populasi untuk ideal menerapkan sampel jenuh? Dikutip dari Repository Universitas Pasundan (UNPAS), menurut Arikunto (2014) jumlah populasi kurang dari 100 individu maka bisa dipilih semua sebagai sampel (menerapkan sampel jenuh sampai total sampling).
Semetara jika jumlah individu dalam populasi lebih dari 100, maka diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya sebagai sampel. Dalam jumlah lebih besar, seperti belasan ribu, peneliti akan menggunakan rumus tertentu dalam menentukan jumlah sampel yang memadai. Sehingga meminimalkan resiko bias.
Jika membahas mengenai sampling jenuh maka biasanya akan dikaitkan dengan total sampling. Apakah keduanya sama? Jawabannya tidak, sebab keduanya adalah teknik dalam menentukan sampel pada penelitian. Sehingga ada perbedaan.
Keduanya sering disamakan karena sama-sama menjadikan seluruh individu dalam populasi sebagai sampel. Namun, ketika dipelajari secara mendalam maka akan dijumpai beberapa perbedaan. Diantaranya adalah:
Secara mendasar, jenis dari penelitian terbagi menjadi penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Pada keduanya, ada beberapa penggunaan istilah yang berbeda. Termasuk istilah dalam penentuan sampel penelitian.
Istilah sampel jenuh lebih umum digunakan dalam kualitatif. Sebaliknya, istilah total sampling lebih umum digunakan dalam penelitian kuantitatif. Meskipun begitu, terdapat juga peneliti yang menggunakan keduanya pada apapun jenis penelitian yang dilakukan.
Perbedaan yang kedua adalah pada skala populasi. Sesuai penjelasan sebelumnya, teknik sampling jenuh diterapkan untuk populasi skala kecil. Yakni yang jumlah individu di dalamnya 100 orang atau di bawahnya.
Sementara untuk teknik total sampling bisa diterapkan pada populasi skala kecil maupun skala besar. Namun, penggunaan teknik ini disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan sumber daya yang dimiliki.
Sekalipun peneliti melakukan penelitian kuantitatif. Seringkali terbentur dengan minimnya sumber daya, misalnya pendanaan. Sehingga teknik total sampling sulit untuk dilakukan atau diterapkan jika populasi penelitian skala besar.
Penerapan sampel jenuh dalam penelitian yang populasinya skala kecil menjadi solusi mencegah subjektivitas dalam pemilihan sampel. Sehingga peneliti menjadikan seluruh individu pada populasi sebagai sampel tanpa terkecuali.
Sementara pada teknik total sampling, biasanya diterapkan dengan tujuan memudahkan olah data statistik. Sehingga data numerik (dalam bentuk angka) bisa dihitung dengan mudah dan hasilnya lebih akurat.
Perhitungan statistik ini misalnya ketika peneliti perlu menghitung rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, dan persentase. Jika seluruh populasi dijadikan sampel, maka perhitungan statistik tersebut jauh lebih akurat. Hal ini bisa menurunkan resiko bias pada data penelitian.
Penerapan teknik sampling jenuh tentunya jauh lebih mudah jika dibandingkan teknik sampling lain. Misalnya jika dibandingkan dengan purposive sampling. Namun, jika baru pertama kali diterapkan tentunya akan ada kebingungan.
Berikut adalah beberapa tahapan yang perlu dilalui peneliti ketika menerapkan teknik sampel jenuh ini:
Tahap yang pertama adalah menentukan populasi penelitian. Tahapan ini akan dilalui peneliti ketika memakai teknik sampling apapun. Sebab populasi yang dipilih akan ikut menentukan teknik sampling mana yang tepat digunakan.
Tahap kedua dalam penerapan teknik sampel jenuh adalah memastikan populasi yang dipilih memenuhi karakteristik sampel jenuh itu sendiri. Seperti yang dijelaskan, sampel jenuh hanya cocok untuk populasi skala kecil.
Yakni populasi yang jumlah individu di dalamnya tidak melebihi 100 orang. Semakin kecil, di bawah 100, maka semakin baik. Selain itu, terdapat karakteristik lain yang juga harus diperhatikan. Seperti akses kepada populasi.
Artinya, peneliti memiliki kemudahan akses pada seluruh populasi tersebut. Sehingga memudahkan pengambilan data tanpa perlu melakukan pengorbanan berarti. Entah itu jarak berdekatan, komunikasi dua arah bisa berjalan, dan sebagainya.
Tahap berikutnya adalah menyiapkan dan menentukan teknik pengumpulan data. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari pengamatan langsung di lokasi, membagikan kuesioner, melakukan wawancara, dan sebagainya.
Setiap teknik pengumpulan data bisa dipilih untuk disesuaikan kondisi dan kebutuhan penelitian. Oleh sebab itu, perlu ditentukan lebih dulu idealnya memakai teknik apa.
Setelah teknik pengumpulan data sudah ditentukan, barulah menyiapkan instrumen yang sesuai. Misalnya, jika memilih teknik wawancara maka peneliti bisa menyiapkan daftar pertanyaan, peralatan untuk dokumentasi, mengatur jadwal wawancara dengan sampel penelitian, dan sebagainya.
Tahap berikutnya adalah melakukan pengumpulan data. Berhubung semua individu dalam populasi menjadi sampel. Maka pengumpulan data perlu dilakukan dengan cermat. Sehingga semua sampel bisa menjadi sumber data di hari H pengumpulan data.
Misalnya, jika melakukan wawancara. Maka hitung kebutuhan durasi wawancara per sampel. Kemudian tentukan butuh berapa jam atau berapa hari sampai seluruh sampel bisa dilakukan wawancara.
Contoh lain, jika pengumpulan data dengan membagikan kuesioner. Maka tentukan akan dibagikan di platform mana. Jika kuesioner dicetak, maka jumlahnya disesuaikan dengan jumlah sampel. Sehingga pengambilan data lancar.
Tahap berikutnya setelah mendapatkan semua data penelitian, adalah melakukan analisis data. Ada banyak teknik analisis data yang bisa dipilih oleh peneliti. Sehingga perlu ditentukan dengan menyesuaikan karakteristik data. Apakah data kualitatif atau kuantitatif?
Selanjutnya, analisis data juga bisa dilakukan secara manual maupun memanfaatkan teknologi. Jika menggunakan suatu tools atau platform, maka bisa ditentukan platform mana yang akan digunakan. Pastikan mudah dan bisa digunakan untuk kemudahan proses analisis.
Tahap akhir dari penerapan teknik sampling jenuh adalah menarik kesimpulan. Hasil dari analisis data penelitian adalah kesimpulan. Kesimpulan disini tentu saja menjadi hasil penelitian yang menjadi tujuan akhir.
Setelah menarik kesimpulan, maka tinggal disampaikan di dalam laporan penelitian dan luaran yang ingin dicapai. Jika luaran dalam bentuk publikasi artikel di jurnal internasional. Maka ada pembahasan terkait kesimpulan atau hasil penelitian di dalamnya.
Secara umum, tidak ada teknik sampling yang sempurna. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Hal ini juga berlaku untuk teknik sampling jenuh. Jika dilihat dari sisi kelebihan,maka akan ditemukan beberapa poin berikut:
Kelebihan yang pertama dari teknik sampel jenuh adalah menjamin sampel representatif. Sebab tidak ada sampel yang dieliminasi dalam proses penentuan sampel. Semua individu dalam populasi menjadi sampel.
Kondisi ini memastikan sampel penelitian merepresentasikan populasi yang diteliti. Sehingga bisa meminimalkan kemungkinan mendapat data yang bias. Hal ini bisa meningkatkan kualitas data dan hasil penelitian itu sendiri.
Kelebihan kedua, teknik sampling satu ini bisa meminimalkan kesalahan sampling. Artinya, teknik sampel jenuh membantu meminimalkan kesalahan dalam memilih sampel penelitian.
Pada teknik sampling lain, ada resiko sampel yang dipilih tidak memenuhi kriteria karena satu atau lain hal. Namun, dengan teknik sampel jenuh resiko semacam ini tidak ada. Sebab semua populasi dijadikan sampel, sehingga tidak ada kriteria karena semua dianggap memenuhi kriteria menjadi sampel penelitian.
Kelebihan yang ketiga dari teknik sampling jenuh adalah mendapatkan analisis yang mendalam. Artinya, peneliti mendapat data yang lengkap dan sesuai kebutuhan. Sekaligus data dari seluruh populasi, sehingga minim resiko bias.
Hasil analisis pada data yang berkualitas tentunya menjadi lebih berkualitas juga. Peneliti bisa mendapatkan analisis mendalam dan menarik kesimpulan yang minim kesalahan.
Jika menerapkan teknik sampling lain, peneliti perlu menentukan teknik yang tepat. Kemudian menentukan kriteria dalam menyaring sampel yang tepat dan baru mulai proses berikutnya. Hal ini tentu memakan waktu, tenaga, dan juga biaya.
Namun dengan teknik sampel jenuh semua tahapan yang rumit dalam pemilihan sampel ditiadakan secara otomatis. Peneliti bisa langsung memastikan seluruh populasi sebagai sampel. Sehingga ada efisiensi terhadap seluruh sumber daya penelitian.
Kelebihan berikutnya adalah meminimalkan resiko bias dalam sampling. Artinya, dengan teknik sampel jenuh peneliti bisa menghindari bias pada saat memilih sampel. Sebab ada kemungkinan memilih sampel yang tidak memenuhi kriteria.
Namun, dengan sampel jenuh resiko seperti ini tidak ada. Sebab sekali lagi, peneliti akan menjadikan individu dalam populasi sebagai sampel. Sehingga semua sampel memenuhi kriteria dan tepat dijadikan sumber data.
Teknik sampling jenuh diketahui cocok untuk penelitian spesifik dengan bias yang minim. Penelitian spesifik adalah penelitian yang fokus pada suatu topik, kelompok, atau fenomena tertentu dengan cakupan yang lebih terbatas dan mendalam.
Penelitian jenis ini paling sering digunakan, sebab dalam judul setiap publikasi hasil penelitian biasanya sudah spesifik. Menjelaskan lokasi penelitian dimana. Lokasi ini menjelaskan populasi penelitian juga.
Ketika penelitian ingin mendapat data dan hasil analisis mendalam, maka penelitian yang fokus di satu populasi dengan skala kecil lebih ideal. Maka teknik sampel jenuh mendukung penelitian semacam ini, karena akan spesifik fokus di satu populasi saja.
Kelebihan lain yang dimiliki teknik sampel jenuh adalah fleksibel dengan berbagai metodologi penelitian. Meskipun teknik ini lebih umum diterapkan dalam penelitian kualitatif. Namun, bisa juga diterapkan pada penelitian kuantitatif.
Sehingga sifatnya fleksibel selama populasi memenuhi karakteristik dari populasi dalam sampel jenuh. Yakni memiliki skala kecil, dimana jumlah individu di dalamnya 100 orang atau kurang. Sekaligus mudah diakses oleh peneliti.
Adapun untuk kekurangan dari sampling jenuh adalah sebagai berikut:
Kelemahan yang pertama dari sampel jenuh adalah menyebabkan keterbatasan generalisasi dalam penelitian. Artinya, data dan hasil penelitian tidak bersifat general atau umum.
Sebab, peneliti hanya fokus di satu populasi saja. Sementara ada kemungkinan populasi lain memenuhi kriteria dan tidak menjadi sumber data. Sehingga hasil penelitian bisa kurang general saat diterapkan.
Kelemahan kedua dari teknik sampling ini adalah memperbesar kemungkinan terjadi overload data. Terutama dalam penelitian kualitatif, dimana jenis data bisa lebih variatif dibanding penelitian kuantitatif. Data yang overload bisa menyulitkan proses koding dan analisis.
Mengumpulkan data dari seluruh anggota populasi tentunya kurang praktis. Sehingga dibutuhkan persiapan matang agar pengumpulan data efektif dalam satu atau beberapa kali kunjungan ke lokasi.
Kelemahan berikutnya adalah meningkatkan kemungkinan adanya Non-Response Bias. Yakni kondisi dimana ada sampel yang absen atau bahkan menolak untuk memberikan data penelitian. Sehingga bisa menyebabkan peneliti kehilangan data.
Sejalan dengan penjelasan dimana data dalam penelitian bisa overload. Maka kelemahan dari teknik sampel jenuh juga membuat proses analisis lebih rumit. Keragaman data dan jumlah yang berlebihan bisa meningkatkan kesulitan dalam tahap analisis data.
Kelemahan berikutnya dari sampling jenuh adalah memicu masalah etika dalam kegiatan penelitian. Hal ini terjadi karena seluruh individu dalam populasi dijadikan sampel. Padahal bisa jadi beberapa diantara mereka kurang nyaman dan ingin menolak.
Oleh sebab itu, peneliti yang menerapkan teknik ini tetap diwajibkan untuk membuat consent form. Sekaligus, menyiapkan mental akan ada penolakan anggota populasi menjadi sampel. Baik karena tidak cocok dengan tujuan penelitian, keterbatasan waktu karena terlalu sibuk, dll.
Melalui penjelasan di atas, tentunya bisa dipahami apa itu teknik sampling jenuh dan kapan bisa digunakan dalam penelitian. Sebab, teknik ini tidak selalu cocok untuk semua penelitian. Hanya penelitian dengan populasi skala kecil atau terbatas.
Jika Anda memiliki pertanyaan dan ingin berbagi pengalaman berkaitan dengan isi artikel ini. Jangan ragu berdiskusi lewat kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi berharga dari artikel ini juga diakses kolega Anda.
Menggunakan matriks Eisenhower untuk membantu memanajemen waktu, menetapkan prioritas pekerjaan, dan mencegah penumpukan pekerjaan. Menjadi…
Memperpendek kalimat mungkin menjadi satu topik dalam dunia kepenulisan yang jarang dibahas. Namun, harus dipahami…
BAN-PT baru saja mengatakan pengalihan akreditasi ke LAMSPAK dan implementasi SAPTO 2.0. Pengumuman ini tentunya…
Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti perlu memilih sampel penelitian. Salah satu teknik dalam menentukan…
Salah satu teknik dalam menentukan sampel penelitian adalah proportional random sampling. Teknik ini menjadi salah…
Salah satu teknik dalam penentuan sampel penelitian adalah probabilistic sampling atau probability sampling. Teknik sampling…