Information

Self Directed Learning: Tingkatan, Kelebihan Hingga Penerapan

Model pembelajaran bertajuk Self Directed Learning (SDL) menjadi model pembelajaran yang banyak dibahas. SDL dianggap sebagai salah satu inovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih baik. 

Pengembangan metode pembelajaran memang penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sehingga lulusan suatu sekolah sampai perguruan tinggi menjadi pribadi yang cerdas dan memiliki aspek kualitas tinggi lainnya. 

SDL kemudian dianggap menjadi salah satu pengembangan metode pembelajaran yang membantu mencapai hal tersebut. Namun, sudahkan memahami apa itu SDL dan apa saja kelebihannya dibanding metode pembelajaran konvensional? Berikut informasinya. 

Model Pembelajaran Self Directed Learning

Dalam salah satu artikel yang terbit di Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran (JPPP), berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Self Directed Learning (SDL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. 

Menjelaskan bahwa Self Directed Learning adalah model pembelajaran yang dilakukan secara mandiri yang bersifat inisiatif belajar tanpa bantuan dari orang lain. Secara sederhana, SDL adalah metode pembelajaran mandiri dimana individu (pelajar dan mahasiswa) menjadi agen utama dalam kegiatan pembelajaran. 

SDL menjadikan suatu pembelajaran mudah diikuti oleh peserta didik, misalnya mahasiswa. Sebab, mahasiswa belajar secara mandiri dan mengandalkan kesadaran untuk proses belajar tersebut. Sekaligus mendorong pendayagunaan sumber daya di sekitarnya dengan maksimal. 

SDL yang mendorong kesadaran pribadi setiap mahasiswa untuk belajar. Pada akhirnya membuat mereka lebih semangat belajar untuk memahami suatu materi perkuliahan. Sehingga tidak ada paksaan dan tidak merasa proses belajar menjadi sebuah beban. 

Dikutip melalui Kumparan.com, SDL menuntut mahasiswa untuk memiliki kesadaran melaksanakan pembelajaran. Sehingga sebagai agen utama pembelajaran, SDL bisa sukses jika mahasiswa ada kesadaran untuk belajar. Kemudian, punya inisiatif yang kuat dan terus semangat untuk belajar secara kontinyu. 

Jika tiga hal ini tidak dimiliki oleh mahasiswa yang menjadi agen utama dalam proses pembelajaran. Maka SDL rentan gagal, dimana tidak ada peningkatan kualitas dan hasil pembelajaran. 

Tingkatan dalam Self Directed Learning

Penerapan Self Directed Learning atau SDL di Indonesia tentunya tidak bisa instan dilakukan. Sebab selama ini, model pembelajaran masih melibatkan pengajar (guru dan dosen) sebagai agen utama. Dampingan dan bimbingan pengajar masih sangat diperlukan. 

Oleh sebab itu, penerapan SDL kemudian dilakukan bertahap. Dalam penerapan tersebut, kemudian ada tiga tingkatan dilihat dari perkembangan mahasiswa selalu peserta pembelajaran. Dikutip dari Kajian Pustaka, berikut tingkatan SDL yang dimaksud: 

1. SDL Tingkat Rendah

SDL tingkat pertama adalah tingkat paling dasar, yakni SDL tingkat rendah. Dalam tingkatan ini, mahasiswa masih belum bisa mandiri. Sehingga masih sangat bergantung dengan dampingan dan arahan dari dosen. 

Selain itu, dalam tingkatan ini mahasiswa juga masih memiliki motivasi yang rendah dalam belajar berdasarkan kesadaran pribadi. Sekaligus, masih belum memahami bagaimana mengakses seluruh sumber materi perkuliahan. 

Sehingga belum bisa mandiri dan masih membutuhkan dampingan dosen. Kemudian juga membutuhkan arahan yang jelas, sampai kemudian muncul kesadaran untuk bisa belajar mandiri dan mendayakan seluruh sumber daya di sekitarnya. 

2. SDL Tingkat Sedang

Tingkatan kedua dalam penerapan Self Directed Learning adalah tingkat sedang. Tingkatan ini menjadi pertengahan, antara tingkat rendah dan tingkatan paling tinggi. Tingkatan ini akan dialami mahasiswa setelah melewati tingkat rendah. 

Pada tingkatan ini, mahasiswa mulai memiliki kesadaran untuk membangun motivasi belajar secara mandiri. Sehingga tidak menunggu instruksi atau arahan dari dosen. Kemudian, kepercayaan diri untuk belajar mandiri juga sudah berkembang baik. 

Mahasiswa di SDL tingkat sedang juga sudah memiliki motivasi mencapai pencapaian akademik di masa mendatang. Hanya saja masih minim pengalaman dan motivasi belajar mandiri masih naik turun. Sehingga dampingan dosen masih dibutuhkan, hanya saja tidak sebesar di tingkat rendah. 

3. SDL Tingkat Tinggi

Tingkat Self Directed Learning selanjutnya adalah tingkat tinggi. Sesuai namanya, tingkatan dalam penerapan SDL satu ini adalah yang paling tinggi dibanding dua tingkatan lain yang sudah dijelaskan. 

Pada tingkatan ini, mahasiswa sudah memiliki kesadaran penuh untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Motivasi untuk terus belajar dan meraih suatu pencapaian juga sudah meningkat. Sehingga semangat belajar bisa dimiliki secara kontinyu. 

Pada tingkatan ini pula, mahasiswa sudah memiliki kepercayaan diri tinggi untuk belajar mandiri dan mencoba metode belajar sampai mengakses sumber  materi baru. Kondisi ini membuat mahasiswa tidak lagi bergantung pada dosen. 

Kelebihan

Metode pembelajaran secara umum memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu halnya dengan Self Directed Learning. Jika dilihat dari sisi kelebihan, SDL memiliki beberapa nilai tambah di bawah ini: 

1. Memberi Kebebasan dalam Memilih Gaya Belajar

Dikutip melalui Kejar Cita, salah satu keunggulan atau kelebihan SDL adalah mampu memberi kebebasan. Masyarakat, termasuk mahasiswa, di masa sekarang cenderung menyukai kebebasan dalam banyak hal. SDL membantu mencapai hal tersebut. 

Dikatakan demikian, karena ketika SDL diterapkan mahasiswa memiliki kebebasan penuh dalam menentukan proses belajar. Mulai dari tujuan, materi apa yang akan dipelajari, sumber materi mana yang akan digunakan, jadwal belajar, dan sebagainya. 

Kebebasan yang diberikan metode SDL sekaligus membantu mahasiswa untuk mengenal kemampuan diri sendiri. Sehingga mereka akan belajar sesuai kemampuan. Kemudian akan berhenti jika merasa lelah atau ada alasan lain, sehingga prosesnya tidak ada tekanan. 

2. Memberi Keleluasaan dalam Proses Mencari Ilmu

Kelebihan kedua dari Self Directed Learning adalah memberi keleluasaan dalam mencari ilmu. Jika pada metode pembelajaran konvensional mahasiswa hanya bisa mencari ilmu di kampus dan akses ke beberapa sumber ilmu yang disediakan kampus. 

Maka dalam SDL tidak ada batasan. Mahasiswa dibebaskan untuk mencari ilmu dari berbagai sumber. Baik dari kampus maupun luar kampus. Hal ini mendorong mahasiswa mendapat ilmu lebih luas, tanpa batas, dan bahkan ilmu yang tidak bisa didapatkan di kampus. 

3. Mendukung Peningkatan Minat dan Bakat

SDL juga punya kelebihan mampu mendukung peningkatan minat dan bakat. Kebebasan dan keleluasaan yang diberikan metode pembelajaran ini mampu mendorong mahasiswa memahami minat dan bakatnya. 

Setelah dipahami, mereka akan termotivasi untuk mengembangkan minat dan bakat tersebut. Hal ini tentu menguntungkan, karena minat dan bakat yang disadari sebelum lulus kuliah membantu mereka merencanakan masa depan dengan lebih baik. Terutama rencana karir maupun rencana studi lanjut. 

4. Mendorong Kesadaran Tentang Kemampuan yang Dimiliki

Lewat penerapan SDL, mahasiswa bisa memiliki kesadaran akan kemampuan mereka. Bisa jadi, sebelumnya mereka tidak menyadari ada kemampuan tersebut. Hal ini dapat terjadi, karena SDL mendukung kemandirian.  

Mahasiswa memiliki kebebasan dalam menentukan tujuan belajar, bagaimana belajar, dan bagaimana meningkatkan hasil belajar tersebut. Dalam prosesnya, mahasiswa dengan mudah menyadari kemampuannya ada di bidang apa dan harus bagaimana mengembangkannya. 

5. Meningkatkan Kemampuan di Suatu Bidang

Self Directed Learning membantu mahasiswa meningkatkan kemampuan dan menjadi ahli di suatu bidang. Hal ini dapat terjadi, karena SDL tidak menuntut mahasiswa mengikuti struktur pembelajaran dari dosen. Melainkan secara mandiri. 

Sehingga, mahasiswa tidak merasa tertekan harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya. Kesadaran akan minat dan bakat menjadikan proses belajar fokus di suatu bidang. Sehingga mereka punya kemampuan dan pemahaman lebih di bidang tersebut.

6. Meningkatkan Kesadaran Belajar Mandiri

SDL juga mampu meningkatkan kesadaran untuk belajar secara mandiri. Tanpa perlu disuruh, diminta, dan bahkan dipaksa. SDL mendorong setiap mahasiswa memiliki kesadaran sendiri untuk belajar. 

Kesadaran ini akan melekat lama, dan bahkan seumur hidup. Sehingga membiasakan mereka belajar mandiri seumur hidup. Hal ini tentu penting untuk menjadikan mereka pribadi yang cerdas dan punya skill problem solving tinggi. 

7. Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab

SDL dengan kemandirian yang melekat pada diri mahasiswa, juga mampu meningkatkan rasa tanggung jawab. Kebebasan yang diberikan dalam belajar, mendorong mahasiswa untuk sadar bahwa kebebasan tersebut harus bertanggung jawab. Sehingga ada kesadaran untuk belajar serius meski secara mandiri. 

8. Lebih Mudah Beradaptasi dengan Perkembangan Iptek

Lewat penerapan Self Directed Learning, mahasiswa akan terbiasa dengan teknologi. Sekaligus terbiasa mengakses ilmu pengetahuan dari berbagai sumber. Sehingga dengan mudah mendapatkan ilmu baru. Hal ini mendorong mereka lebih mudah beradaptasi dengan perkembangan iptek. 

9. Meningkatkan Kreativitas

Kebebasan dan keleluasaan yang diberikan SDL membantu meningkatkan kreativitas dari mahasiswa. Hal ini terjadi, karena SDL membuat mereka terbiasa berpikir kreatif dalam belajar, memahami materi yang sulit harus bagaimana, dan sebagainya. 

Kekurangan

Meskipun kaya akan kelebihan, metode pembelajaran Self Directed Learning belum bisa dikatakan sempurna. Sebab, ketika dilihat dari sisi kekurangan maka akan dijumpai cukup banyak kelemahan. Diantaranya adalah: 

1. Interaksi Antara Dosen dengan Mahasiswa Kurang

Kekurangan SDL yang pertama adalah dari kurangnya interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Sekaligus interaksi antar mahasiswa sendiri. Sebab masing-masing fokus dengan proses belajar mandiri. Hal ini bisa berdampak pada rendahnya kemampuan bersosialisasi sampai berkolaborasi. 

2. Kegiatan Belajar Rawan Membosankan

Dalam salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education. Menjelaskan bahwa salah satu kekurangan SDL adalah rawan menciptakan metode belajar monoton dan membosankan. 

Hal ini terjadi, ketika mahasiswa hanya fokus pada satu metode dan satu sumber belajar. Sehingga minim motivasi untuk mencoba metode belajar dan mengakses sumber materi perkuliahan lain. 

3. Terbentur dengan Rendahnya Disiplin Diri Mahasiswa

SDL pada dasarnya akan berjalan lancar dan menciptakan hasil pembelajaran maksimal jika didukung sifat dan karakter positif mahasiswa. Maka kekurangan SDL juga dari sifat internal mahasiswa sendiri. Jika mahasiswa pada dasarnya punya disiplin diri yang rendah, maka SDL rawan gagal diterapkan. 

4. Butuh Perencanaan Matang dan Rinci

Penerapan Self Directed Learning masih terbilang ribet atau rumit. Sebab untuk menunjang kelancaran penerapan, dibutuhkan perencanaan yang matang. Sekaligus ada kerjasama yang solid antara dosen dengan mahasiswa. Sehingga tidak bisa diterapkan mendadak atau seketika ketika diinginkan. 

5. Tidak Cocok untuk Semua Dosen dan Mahasiswa

Kekurangan SDL berikutnya adalah tidak selalu cocok untuk semua dosen dan mahasiswa. Sebab sifat internal masing-masing berbeda, ada yang rajin ada juga yang sebaliknya. Selain itu ada kesenjangan akses di sarana dan prasarana belajar. 

Tidak semua dosen dan mahasiswa memiliki akses ke sumber materi perkuliahan, khususnya yang berbayar. Sekaligus bagi dosen dan mahasiswa yang tidak berada di wilayah perkotaan. Sehingga terbentur moda transportasi minim, jaringan internet lemot, dan lain sebagainya. 

6. Akses Terbatas ke Sumber Belajar

Belajar secara mandiri yang terbentuk dalam penerapan SDL juga bisa terbentur dengan akses terbatas ke sumber belajar. Mahasiswa bisa saja kesulitan mengakses sumber belajar lain, yang lebih kredibel, dan sebagainya. Sehingga penerapannya tidak selalu mudah dan kualitas pembelajaran tidak maksimal. 

7. Rentan Terhadap Distraksi

Kekurangan berikutnya dari SDL adalah rentan terhadap distraksi. Adanya kebebasan dan keleluasaan, membuat mahasiswa dengan mudah menentukan jadwal belajarnya sendiri. Namun, disisi lain kondisi ini bisa membuat mahasiswa mudah terpengaruh oleh hal lain. 

Misalnya muncul keinginan untuk rebahan, menemukan materi sulit sedikit langsung berhenti dan memilih scroll TikTok, ada chat di WhatsApp maka mood belajar langsung drop, dan sebagainya. 

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Self Directed Learning

Menurut Baharuddin et al. (2022), penerapan metode pembelajaran Self Directed Learning akan melalui 6 tahapan. Berikut penjelasannya: 

1. Tahap Pre Planning

Tahap pertama dalam penerapan SDL adalah tahap pre planning. Tahap pre planning menjadi tahap paling awal sebelum SDL benar-benar dijalankan. Sehingga bisa diartikan sebagai tahap persiapan dan tahap sebelum menyusun rencana pembelajaran. 

Tahap ini biasanya diisi dengan kegiatan penentuan tujuan pembelajaran, materi apa saja yang harus dipelajari mahasiswa, pengaturan jadwal pembelajaran setiap materi, dan lain sebagainya. 

2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif

Tahap kedua dalam penerapan SDL adalah menciptakan lingkungan belajar yang positif atau mendukung. Misalnya dosen memberi informasi mengenai sumber-sumber materi, memberi akses ke database jurnal, memberi motivasi untuk percaya diri belajar mandiri, dan lain sebagainya. 

3. Mengembangkan Rencana Pembelajaran

Tahap yang ketiga adalah mengembangkan rencana pembelajaran. Artinya, pada tahap ini mahasiswa akan mulai merencanakan kegiatan belajar secara mandiri. Misalnya mulai dari mengatur jadwal belajar, menyusun daftar sumber materi yang akan diakses, tujuan belajar di setiap materi, dan sebagainya. 

4. Mengidentifikasi Aktivitas Pembelajaran yang Sesuai

Tahap keempat dalam menerapkan SDL adalah mengidentifikasi aktivitas pembelajaran yang sesuai. Pada tahap ini mahasiswa akan mulai mencoba berbagai gaya belajar dan mengakses berbagai sumber materi. 

Baru kemudian menentukan gaya belajar mana yang paling efektif. Sekaligus sumber materi mana yang dirasa paling mudah dipahami, penjelasan paling lengkap, dan sebagainya. 

5. Melaksanakan Pembelajaran dan Melakukan Monitoring

Tahap kelima adalah pelaksanaan pembelajaran dan disusul proses monitoring. Pada tahap ini, mahasiswa akan mulai melakukan kegiatan pembelajaran mandiri. Disusul dengan monitoring dari pihak dosen. Misalnya dengan memberi tugas, meminta menjawab beberapa pertanyaan, dan sebagainya. 

Sehingga mahasiswa menyadari kegiatan belajarnya secara mandiri masih diawasi dan didampingi oleh dosen. Hal ini akan membantu menjaga motivasi belajar mandiri tetap tinggi. 

6. Evaluasi Hasil Pembelajaran

Tahap akhir dari penerapan SDL adalah tahap evaluasi. Tahap ini dilakukan oleh mahasiswa sendiri. Yakni dengan melakukan evaluasi pada proses pembelajaran dan hasilnya saat melihat nilai tugas sampai nilai saat ujian. Evaluasi juga dilakukan oleh dosen, dengan memberi latihan soal dan pelaksanaan ujian. 

Hasilnya akan menentukan seberapa efektif penerapan SDL. Jika kurang efektif maka akan dibantu dosen untuk melakukan evaluasi dan perbaikan. Baik pada proses, sumber materi, dll.

Dalam sebuah riset penerapan Self Directed Learning di SMP Negeri 1 Gunungsitoli tahun pelajaran 2023/2024, didapatkan efektivitas metode pembelajaran ini dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Yakni ada kenaikan nilai rata-rata di angka 80,12%. 

Hasil riset ini tentu saja menjadi kabar baik, bahwa SDL menarik dan layak dipertimbangkan untuk diterapkan. Namun tentunya, penerapannya tidak bisa seketika karena memang butuh persiapan matang sesuai penjelasan di atas.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Kalimat Asumsi dan Bisa Tidaknya Masuk ke Naskah Ilmiah

Pada saat menyusun suatu karya tulis tertentu, kadang di dalamnya terkandung kalimat asumsi. Misalnya, menjelaskan…

6 jam ago

Data Primer dan Data Sekunder dalam Kegiatan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, proses pengumpulan data menjadi tahap yang krusial. Dalam proses tersebut, peneliti bisa…

6 jam ago

Kaidah Kebahasaan, Unsur, Struktur dan Contohnya

Dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dan dalam menyusun karya tulis, tentunya akan mengacu pada…

6 jam ago

Meta Analisis dan 3 Tahap Penerapannya dalam Penelitian

Kegiatan penelitian yang memanfaatkan data dari sumber-sumber sekunder biasanya akan dianalisis dengan metode meta analysis…

6 jam ago

Penelitian Longitudinal: Jenis, Kelebihan, Kekurangan, Contoh

Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam jangka panjang, umumnya menjadi penelitian longitudinal. Jenis penelitian ini umum…

6 jam ago

Kata Sapaan dan Aturan Penulisan dalam Kalimat

Setiap bahasa di dunia, termasuk juga bahasa Indonesia memiliki kata sapaan atau nomina sapaan. Dalam…

6 jam ago