Menulis Buku

Syarat Diksi Agar Penentuan Kata dalam Kalimat Tepat

Memahami syarat diksi yang tepat tentu menjadi hal sangat penting bagi setiap penulis. Sebab pemilihan diksi yang memenuhi syarat membantu memastikan diksi tersebut memang tepat. 

Setiap kalimat yang dituangkan ke dalam naskah akan menjadi kalimat efektif dan mudah dipahami oleh pembaca. Hal ini akan membantu mendapatkan seluruh fungsi dari diksi dalam kalimat. Lalu, apa saja syarat-syarat tersebut? 

Syarat Pemilihan Kata (Diksi) yang Tepat

Tak hanya lowongan pekerjaan yang menetapkan sejumlah syarat untuk dipenuhi para pelamar. Dalam kegiatan menulis pun, seorang penulis wajib memilih kata atau diksi yang memenuhi syarat diksi yang tepat. 

Terkait hal ini, ternyata ada sejumlah syarat yang menentukan apakah suatu diksi memang tepat digunakan atau sebaliknya. Syarat-syarat pemilihan kata yang tepat meliputi:

1. Kebenaran

Syarat diksi yang pertama adalah kebenaran atau memenuhi aspek menjadi kata yang benar. Suatu kata dikatakan benar ketika sudah sesuai dengan kaidah kebahasaan. 

Kaidah kebahasaan sendiri adalah sejumlah aturan yang dijadikan sebagai pedoman dalam suatu bahasa, termasuk dalam pembuatan suatu teks. Berikut penjelasan dalam contoh kalimat: 

  1. Dalam topik ini membahas cara memilih kata yang tepat (x)
  2. Dalam topik ini dibahas cara memilih kata yang tepat (v)

Penjelasan: 

Pada contoh kalimat a diketahui kehilangan subjek kalimat yang menjadi salah satu kaidah kebahasaan. Sehingga ada penjelasan mengenai subjek kalimat tersebut adalah “topik” Menunjukkannya, maka diubah dari diksi “membahas” menjadi “dibahas”. 

2. Kecermatan

Syarat diksi yang kedua adalah kecermatan. Kecermatan disini artinya kata atau diksi yang dipilih harus memiliki makna yang jelas, bukan rancu atau ambigu. Sehingga pilihan diksi yang digunakan harus punya makna jelas atau bisa menunjukan makna yang jelas. 

Berikut penjelasan dalam contoh kalimat:

  1. Tujuan mata kuliah ini untuk meningkatkan keterampilan berbahasa (x)
  2. Tujuan mata kuliah ini adalah meningkatkan keterampilan berbahasa (v)

Penjelasan: 

Pada contoh kalimat a tersebut diketahui kalimat tidak memiliki predikat. Sehingga bisa menyebabkan makna yang rancu. Maka kata “untuk” diubah menjadi “adalah” agar makna kalimat lebih jelas. 

3. Ketepatan

Syarat diksi dikatakan tepat berikutnya adalah ketika memenuhi syarat ketepatan. Ketepatan disini adalah ketika susunan kalimat memiliki distribusi dan kolokasi yang sesuai. 

Artinya, diksi tersebut memang mampu bersanding dengan kata lainnya dalam satu kalimat. Berikut penjelasannya dalam contoh: 

  1. Pak Bobi harus bekerja keras supaya membahagiakan keluarganya (x)
  2. Pak Bobi harus bekerja keras supaya keluarganya bahagia (v).

Penjelasan: 

Pada contoh poin a, kata “membahagiakan” kurang tepat bersanding dengan kata hubung “supaya”. Kata hubung ini lebih tepat dipadukan dengan klausa (kalimat utuh) bukan frasa (gabungan kata). Kata “membahagiakan keluarga” adalah frasa bukan klausa. 

4. Kelaziman

Syarat keempat dari diksi yang tepat adalah memenuhi syarat kelaziman. Yaitu kata atau diksi tersebut penggunaannya sudah diterima oleh umum atau masyarakat luas. Contohnya: 

  1. Jarak rumah dengan kampus yang jauh membuat Rini harus berjalan kaki (x)
  2. Jarak rumah dengan kampus yang jauh membuat Rini harus naik dua bus berbeda (v)

Penjelasan: 

Contoh pada kalimat a dianggap tidak lazim karena jarak yang jauh tidak lagi dimungkinkan untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Melainkan dengan naik kendaraan agar perjalanan efektif dan efisien. 

5. Keserasian

Syarat diksi yang terakhir adalah keserasian, artinya pemilihan diksi harus tampak serasi dengan kata atau kosakata lain dalam satu kalimat. Berikut contohnya: 

  1. Dia menjawab pertanyaan itu dengan ilmiah (x)
  2. Dia menjawab pertanyaan itu secara ilmiah (v)

Penjelasan: 

Pada kalimat a, kata “ilmiah” adalah hal yang sifatnya abstrak dan bukan benda. Sehingga kata hubung “dengan” tidak serasi dengan kata tersebut. Maka diubah dengan memakai diksi “secara”. 

Syarat Diksi Menurut Gorys Keraf

Jika syarat diksi yang dijelaskan di atas adalah syarat yang bersifat umum. Ternyata seorang ahli, salah satunya Gorys Keraf juga mengemukakan sejumlah syarat yang membantu menentukan diksi terbaik. Syarat diksi menurut Gorys Keraf ada 5 (lima), sebagai berikut:

1. Dapat Membedakan Denotasi dan Konotasi

Syarat yang pertama adalah diksi tersebut bisa membedakan mana kalimat atau kata yang bermakna denotasi (sebenarnya) atau yang konotasi (kiasan). Sehingga tidak bingung mengartikan makna kalimat yang memakai kata kiasan.

2. Mampu Membedakan Kata yang Nyaris Bersinonim

Syarat kedua adalah memilih diksi yang bisa membedakan arti setiap kata sekalipun nyaris bersinonim. Misalnya cara pengucapannya mirip. Contoh, seperti kata “pengubah” dan “peubah”. Pengucapannya nyaris mirip akan tetapi makna berbeda. 

3. Membedakan Kata dengan Ejaan yang Mirip

Syarat ketiga adalah diksi tersebut mampu membedakan kata yang ejaannya mirip dimana maknanya jauh berbeda. Misalnya dari kata “intensif” dengan “insentif”. Ejaannya mirip, akan tetapi maknanya berbeda. Supaya bisa diketahui pembaca, seluruh diksi pada kalimat harus tepat. 

4. Membantu Memahami Makna Kata yang Abstrak

Diksi juga wajib mampu memberi informasi mengenai makna dari kata yang sifatnya abstrak. Kata abstrak disini adalah kata yang menjadi ikhtisar atau inti. Misalnya kata “keadilan” dan “kebahagiaan”. Sekilas maknanya sama padahal berbeda. 

5. Menjadi Pasangan yang Tepat untuk Kata Hubung

Syarat diksi kelima adalah menjadi pasangan yang tepat untuk suatu kata hubung dalam sebuah kalimat. Berikut contohnya: 

  1. Aku bukan kuliah di kampus A, tetapi di kampus B (x)
  2. Akun bukan kuliah di kampus A, melainkan di kampus B (v).

Pada contoh tersebut, kata “tetapi” kurang tepat untuk menghubungkan kalimat yang terbentuk. Namun lebih cocok jika memakai kata “melainkan”.

6. Bisa Membedakan Kata Umum dan Khusus

Syarat terakhir adalah diksi tersebut bisa membedakan mana yang menjadi kata umum dan mana yang khusus. Misalnya ketika memakai diksi kata umum binatang melata, maka makna menjadi kurang jelas karena hewan melata banyak macamnya. 

Lain halnya jika sudah memakai kata khusus, misalnya “ular”. Maka jelas, kalimat tersebut mengarah ke subjek ular. 

Manfaat Menggunakan Diksi yang Tepat

Usai memahami apa saja syarat diksi yang baik dan tepat untuk digunakan. Maka kini wajib memahami juga mengenai manfaat pemilihan diksi yang tepat tersebut. Sebab, proses menentukan diksi memang tidak mudah dan tidak mungkin dilakukan tanpa alasan. 

Rupanya, pemilihan diksi yang memang tepat dan memenuhi syarat memberi banyak manfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Berikut penjelasannya: 

1. Manfaat Diksi yang Tepat bagi Pembaca

Manfaat diksi yang tepat dilihat dari sisi pembaca adalah bisa membantu memahami seluruh kata dalam kalimat. Sekaligus memahami makna dari kalimat tersebut secara jelas dan utuh, bukan sebaliknya. 

Sebab dengan pemilihan diksi yang tepat dari penulis, seorang pembaca bisa membedakan kata-kata mana yang denotatif, konotatif, mana yang sinonim, antonim, dan juga mampu membedakan setiap kata dengan ejaan yang mirip atau sama. 

Anda sedang menulis buku? Ikuti Cara Membuat Buku dengan Menggunakan Diksi yang Benar agar tulisan Anda mudah dipahami pembaca.

2. Manfaat Diksi yang Tepat bagi Penulis

Sedangkan bagi penulis, manfaat memakai diksi yang tepat juga tidak kalah beragam. Pertama, pemilihan diksi yang memenuhi syarat diksi akan membantu mengekspresikan ide di kepala menjadi tulisan yang jelas dan enak dibaca. 

Kedua, pemilihan diksi yang tepat bermanfaat untuk membantu penulis menunjukan perbedaan kalimat mana yang disusunnya sendiri dan mana yang dikutip dari karya penulis lain yang dijadikan referensi. Sehingga jelas dan mencegah melakukan tindakan plagiarisme. 

Melalui penjelasan tersebut, tentunya bisa lebih memahami bagaimana memilih diksi yang memang tepat. Yakni mengacu pada terpenuhi tidaknya sejumlah syarat diksi yang sudah dijelaskan. 

Jadi, bagaimana menurut Anda mengenai standar pemilihan diksi berdasarkan syarat tersebut? Tinggalkan pendapat dan pertanyaan Anda di kolom komentar, ya.

Jangan lupa bagikan artikel ini ke teman Anda melalui tombol share agar sama-sama tidak ketinggalan informasi bermanfaat ini!

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

4 Teknik Analisis Data Kualitatif, Keuntungan & Tantangannya

Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…

23 jam ago

Tahapan Systematic Literature Review & Contohnya

Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…

23 jam ago

Kalimat Tidak Padu: Ciri, Contoh & Pentingnya saat Menulis Buku

Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…

23 jam ago

Cluster Random Sampling: Definisi, Langkah, Contoh

Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…

23 jam ago

Consent Form untuk Menghindari Pelanggaran Etika Penelitian

Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…

23 jam ago

5 Cara Menghitung Sampel Penelitian dengan Tepat

Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…

1 hari ago