Pertanyaan itu akan muncul dalam benak seorang penulis pasca melakukan teknik menulis dan menerbitkannya. Si penulis akan bertanya kepada dirinya mengenai kualitas isi tulisan dalam bukunya. Ia juga akan bertanya, seberapa banyak orang yang akan tertarik dengan tema buku yang dihasilkannya. Pun ia akan mencari tahu seberapa banyak orang yang membeli bukunya. Pertanyaan ini akan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi penulis akan hasil pekerjaannya.
Untuk tidak terlalu takut dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, ada hal yang bisa dilakukan penulis agar ia dapat menghasilkan buku yang membius pembaca. Bagaimana menulis yang dapat membius pembaca? Untuk tahu lebih banyak, seorang penulis hendaknya memerhatikan beberapa hal berikut ini.
Saat melakukan teknik menulis, seorang penulis tidak boleh egois alias mementingkan dirinya sendiri. Ia harus memikirkan pembacanya juga. Ia tidak boleh hanya berpikir tentang bukunya yang sudah selesai akan diterbitkan dan dijual sehingga menguntungkannya. Si penulis wajib memikirkan pendapat, pikiran, atau perasaan pembaca ketika membaca buku yang ditulisnya.
Penulis sebaiknya mengetahui dengan pasti sasaran pembaca bukunya. Ia juga harus memikirkan bahwa tidak semua orang bisa membaca buku yang sama, sebab masing-masing memiliki kebutuhannya sendiri dalam membaca buku. Dengan berempati kepada mereka, penulis dapat menghasilkan karya yang diminati oleh banyak pembaca.
Pembaca membeli buku karena mereka membutuhkannya. Kata “membutuhkan” bukan hanya diartikan sebagai hal yang mendesak dan harus dipenuhi. “Membutuhkan” di sini dapat diartikan sebagai butuh informasi, butuh hiburan, butuh pengetahuan dan wawasan, atau butuh sesuatu untuk mengisi waktu luang. Bisa jadi, pembaca juga butuh karena ingin mengambil manfaat dari buku yang dibacanya. Dengan melihat kebutuhan pembaca tersebut, pastikan penulis telah memikirkan secara matang bahwa pembaca akan mendapatkan manfaat dari bukunya.
Penulis akan bertugas menarik pembaca. Hal penting yang harus dilakukannya adalah menggunakan kata-kata untuk menimbulkan emosi calon pembaca sehingga mereka ingin membeli buku karyanya. Dengan kata-kata yang menarik, penulis dapat mengajak pembaca untuk hanyut dan penasaran dengan isi buku secara keseluruhan.
Daftar atau poin-poin adalah pemaparan yang lebih mudah dipahami secara umum daripada paragraf tanpa poin. Anda yang melakukan teknik menulis nonfiksi bisa menggunakan cara ini dalam memaparkan isi buku. Selain memudahkan pembaca untuk memahami isi buku, daftar atau poin-poin membuat pembaca lebih mudah menemukan sesuatu yang ingin dicarinya dalam buku tersebut. Mereka juga akan lebih mudah mengingat poin-poin atau daftar daripada paragraf tanpa poin.
Kalimat yang lebih pendek akan lebih mudah dimengerti. Selain itu, kalimat pendek tetapi efektif lebih disarankan dalam menulis nonfiksi. Pembahasan yang dituliskan melalui kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang akan meminimalisasi munculnya rasa bosan dari pembaca. Paragraf yang pendek juga akan lebih menarik pembaca. Nantinya pembaca tidak akan cepat jenuh dengan membaca paragraf-paragraf pendek. Paragraf panjang cenderung membuat pembaca bosan, tidak enak dibaca, dan membuat mata cepat lelah.
Seorang penulis bisa menguji bukunya dengan memberikannya kepada beberapa teman. Ia dapat meminta teman-temannya untuk membaca dan menilai buku yang ditulisnya. Jika banyak orang menyukai karyanya, berarti ia telah berhasil menulis buku.
Untuk melakukan teknik menulis yang disukai banyak orang, tentunya seorang penulis perlu menyelesaikan karyanya dengan ikhlas dan tidak memaksakan diri. Dengan ikhlas, ia dapat melakukan teknik menulis tanpa merasa terbebani dan mengalir mengikuti arus. Hasil pekerjaan yang dilakukan dengan ikhlas biasanya juga lebih baik daripada pekerjaan yang dilakukan dengan terpaksa.
Kemudian untuk tahu bahwa buku yang ditulis diminati atau tidak, seorang penulis bisa mencoba sebuah cara, yaitu menerbitkan bukunya. Dengan menerbitkan bukunya, ia dapat melihat seberapa laku buku yang ditulisnya di pasaran. Banyak atau sedikit buku yang terjual sebaiknya tidak menjadikan penulis tinggi hati atau justru berkecil hati.
Buku yang terjual banyak akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang penulis, tetapi sebaiknya tidak menjadikan ia sombong. Sebaliknya, buku yang lakunya hanya sedikit sebaiknya tidak membuat si penulis berkecil hati. Hal tersebut adalah pelajaran berharga yang bisa diambil. Si penulis bisa menjadikannya sebagai cambuk semangat agar terus melakukan teknik menulis dengan lebih baik lagi.
Buku yang terjual banyak atau sedikit sebaiknya dijadikan sebagai motivasi untuk terus berkarya. Penulis seharusnya menjadikan hal tersebut sebagai sarana meningkatkan kualitas karya. Jadi ketika ia menerbitkan buku dan menjualnya kembali akan ada peningkatan jumlah peminat dan pembeli bukunya.
Referensi:
[Wiwik Fitri Wulandari]
Anda punya RENCANA MENULIS BUKU
atau NASKAH SIAP CETAK?
Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.
Anda juga bisa KONSULTASI dengan Customer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.
Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR.
Silakan ISI FORM di laman ini. 🙂
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…