Sebagai sebuah bagian penting dalam teknik menulis, data menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan ketika sedang menyusun buku. Data menjadi roh atau inti utama dari sebuah buku yang kita tulis. Dengan kata lain, gagasan yang kita tuangkan melalui buku bukan lain adalah penyampaian data yang kita dapatkan kepada khalayak luas. Tanpa adanya data, tentu tulisan yang kita buat hanya kosong dan tanpa makna. Data yang dimaksud juga bisa berarti pengetahuan yang kita miliki sampai dengan kita menulis gagasan kita. Bagian tersebut akan menjadi bagian yang paling dibutuhkan ketika kita ingin menguasai teknik menulis buku akademik. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari aturan baku yang menjelaskan bahwa buku akademik harus disusun berdasarkan data-data yang didapatkan oleh penulisnya. Data tersebutlah yang kemudian bisa dirangkai menjadi sebuah fakta yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pembaca bisa memastikan bahwa tulisan yang kita buat memang ilmiah dan dapat dilihat kebenarannya oleh semua kalangan.
Salah satu hal yang perlu kita ketahui terkait dengan data yaitu bahwa tidak ada aturan baku tentang cara standar untuk memaparkan data. Meskipun demikian, pemaparan data harus sesuai dengan urutan pertanyaan dan tujuan penelitian. Artinya pemaparan tersebut tidak dapat dipaparkan secara acak sesuai dengan keinginan kita. Kondisi tersebut serupa dengan proses pembuatan tugas akhir atau tugas ilmiah yang dialami oleh setiap mahasiswa. Sebagai contohnya ketika kita sedang menyusun skripsi. Pasti kita akan diminta membuat sebuah rumusan masalah yang jumlahnya bisa lebih dari satu pertanyaan. Berangkat dari rumusan masalah tersebut, bagian atau bab selanjutnya yang kita buat tentu akan sistematis berdasarkan rumusan masalah yang kita buat. Bisa pula berasal dari dari urusan yang umum ke khusus. Sistem tersebut tentu juga berdampak pada cara kita menyusun data-data supaya enak dibaca oleh masyarakat. Susunan data yang kita paparkan bisa dimulai dari sesuatu yang umum ke khusus seperti rumusan masalah yang kita buat sebelumnya.
Dalam teknik menulis, tidak adanya standar aturan baku yang bisa dirujuk tentu membuat penulis sedikit berpikir keras untuk meletakkan data-data yang dimilikinya di dalam sebuah tulisan. Berikut beberapa hal atau penjelasan yang bisa digunakan penulis ketika ingin menyusun sebuah data di dalam tulisan.
Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk memaparkan data secara lebih komprehensif yaitu dengan menyesuaikan urutan tulisan yang kita buat. Hal tersebut serupa dengan kondisi ketika kita ingin membuat sebuah laporan penelitian. Untuk menemukan urutan pemaparan data tersebut tentu tidak bisa dilepaskan dari beberapa aspek kunci seperti pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian atau tema penelitian. Berangkat dari proses tersebut, nantinya kita bisa memaparkan data-data yang kita miliki melalui penyusunan outline sementara. Sebagai contohnya ketika kita ingin menulis tentang politik di internal keraton, kita bisa merangkainya dari pertanyaan penelitian. Pertanyaan yang kita angkat sebagai contohnya yaitu seberapa kuatkah pengaruh keraton dalam pemilihan kepala daerah di Kota Yogyakarta tahun 2011. Hipotesisnya bisa menggunakan teori modal sosial atau teori lain yang menyatakan bahwa pengaruh keraton cenderung berkurang dalam pemenangan sebuah kandidat. Hipotesis tersebut kemudian kita kuatkan melalui data-data yang kita dapatkan.
Secara lebih spesifik, dalam teknik menulis buku tentang kasus keraton yang disebutkan sebelumnya, maka kita bisa menyusunnya secara lebih rapi. Pada bagian awal kita bisa memaparkan data yang terkait dengan kandidat-kandidat yang secara resmi didukung oleh keraton dalam pemilihan kepala daerah. Bagian selanjutnya bisa kita jelaskan tentang bentuk-bentuk dukungan keraton kepada salah satu kandidat yang maju dalam pemilihan. Kemudian kita juga bisa menjelaskan kecenderungan menang dalam kompetisi tersebut. Apakah pihak yang didukung oleh keraton selalu menang atau ada juga fenomena kalah dari kandidat lain yang tidak didukung keraton. Dari beberapa bagian tersebut bisa kita rangkai datanya. Meskipun demikian, kita perlu mengingat bahwa sebaiknya kita menyusun bagian-bagian tersebut berdasarkan data yang kita miliki. Apabila tidak, maka kita harus bersiap untuk mengumpulkan data-data yang sekiranya belum kita miliki untuk menyokong argumen yang kita paparkan sebelumnya.
Cara lain yang bisa kita gunakan untuk memaparkan data yaitu dengan membuat sub-heading di dalam tulisan yang kita buat. Bagian tersebut biasanya kita buat ketika sudah menulis di bagian konten buku atau di bagian pembahasan dari sebuah kasus yang kita angkat. Pembuatan bagian tersebut menjadi cukup penting untuk mempermudah pemahaman pembaca terhadap tulisan yang kita buat. Bahkan bagian tersebut juga menjadi vital ketika hasil penelitian yang kita paparkan cenderung kompleks. Secara lebih spesifik, bagian tersebut akan mempermudah pembaca dalam memisah-misahkan data yang kita miliki. Dalam teknik menulis, pemisahan tersebut menjadi penting supaya pemahaman pembaca terhadap tulisan yang kita buat dapat dipahami secara sistematis. Sub-heading tersebut nantinya juga bisa kita cantumkan terlebih dahulu di bagian daftar isi. Hal tersebut dilakukan supaya pembaca sejak awal sudah memiliki gambaran data-data apa saja yang sekiranya ingin penulis paparkan di dalam bukunya.
Terakhir, cara yang dianggap paling ampuh untuk memahamkan data kepada para pembaca yaitu dengan menggunakan bantuan visual. Bantuan yang dimaksud terdiri dari tabel, gambar, diagram, model, grafik, dan lain sebagainya untuk meringkas data. Beberapa bantuan tersebut juga sering kita kenal dengan istilah ilustrasi. Seperti kita ketahui bahwa fungsi utama dari ilustrasi adalah untuk membantu pembaca dalam rangka memahami tulisan yang kita buat. Tanpa adanya ilustrasi, tentu tulisan kita bisa jadi sulit untuk dipahami, terutama tulisan akademik yang memerlukan tingkat konsentrasi tinggi untuk memahaminya. Penggunaan bantuan visual tersebut pada dasarnya juga tidak bisa secara sembarang dilakukan. Artinya ada beberapa etika ketika kita ingin menggunakan bantuan visual tersebut dalam teknik menulis. Penggunaannya nanti bisa disesuaikan dengan konten yang ingin kita sampaikan kepada pembaca.
Selanjutnya, hal penting lain yang perlu kita perhatikan yaitu ketepatan kita dalam menggunakan bantuan visual tersebut. Dalam teknik menulis, tentu kita akan memaparkan banyak data, baik yang sifatnya kuantitatif ataupun kualitatif. Data kuantitatif akan lebih tepat kita gunakan dengan menggunakan tabel atau diagram. Selanjutnya, data yang relatif banyak tersebut bisa diringkas sedemikian rupa sehingga pembaca akan dengan mudah memahaminya melalui bantuan visual tersebut. Pada sisi yang lain, kita juga bisa menambahkan ilustrasi gambar ketika kita sedang menjelaskan data yang sifatnya kualitatif. Dengan demikian, pembaca akan memiliki bayangan atau gambaran terkait dengan penjelasan yang ingin kita sampaikan. Penggunaan bantuan visual pada dasarnya dinilai cukup efektif untuk memaparkan berbagai data yang kita miliki di dalam buku.
Berangkat dari hal tersebut, adalah menjadi kewajiban penerbit buku untuk menyeleksi naskah sedetail mungkin. Sebab, pemaparan data yang Anda lakukan berpengaruh juga pada kredibilitas penerbit buku itu sendiri, selain diri Anda sendiri. Semakin Anda mahir memaparkan data, semakin besar pula kesempatan naskah Anda untuk diterima oleh penerbit buku paling kredibel sekalipun.
Semoga artikel ini bermanfaat, dan jika Anda membutuhkan ilmu lebih dalam tentang teknik menulis, atau teknik-teknik yang lain, Anda dapat mengunjungi ke link yang sudah kami sediakan. Salam integritas!
[Bastian Widyatama] [/mag]
Referensi
Zainurrahman, 2011, Menulis: Dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun Plagiarisme), Bandung: Penerbit Alfabeta.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…