Seputar Guru

6 Tips Menulis Buku bagi Guru dan Tantangan

Menulis dan menerbitkan buku menjadi bagian dari tugas atau kewajiban guru di Indonesia. Maka  mencari tips menulis buku bagi guru menjadi hal penting. Terutama untuk para guru yang masih kesulitan dalam menulis buku yang diakui sebagai sumber angka kredit. 

Buku yang ditulis oleh guru dan berharap bisa menambah poin angka kredit tentunya bukan asal menulis buku. Sesuai ketentuan yang berlaku, guru wajib menulis buku ilmiah jenis tertentu untuk diakui sebagai sumber angka kredit. 

Selain itu, buku yang disusun dan diterbitkan juga harus memenuhi standar yang berlaku. Sehingga penulis buku tidak bisa dilakukan asal-asalan oleh seorang guru. Jadi, buku jenis apa saja yang sebaiknya ditulis oleh guru? Berikut informasinya. 

Jenis Buku yang Ditulis Guru

Sesuai dengan Permenpan Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Tugas seorang guru di Indonesia mencakup tugas pendidikan, pengajaran dan pembimbingan, pengembangan keprofesian, dan tugas penunjang guru. 

Dalam tugas pengembangan keprofesian berkelanjutan, para guru di Indonesia diwajibkan untuk mengurus publikasi ilmiah. Baik itu artikel pada jurnal ilmiah, menerbitkan buku, sampai menyusun modul dan artikel populer. 

Terkait kewajiban menulis buku, buku apa saja yang wajib ditulis oleh guru di Indonesia? Hal ini diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku. 

Dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 tersebut terdapat empat jenis buku yang wajib ditulis oleh guru. Mencakup buku teks, buku panduan pendidik, buku referensi, dan buku pengayaan. Berikut penjelasan rincinya: 

1. Buku Teks

Buku teks disebut juga sebagai buku ajar. Buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran. 

Buku teks disini mencakup buku teks  pelajaran pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Secara umum, para guru di Indonesia bisa menyusun buku teks pelajaran pendidikan dasar dan menengah. Sementara buku teks perguruan tinggi biasanya disusun oleh kalangan dosen. 

Isi dari buku teks yang disusun para guru adalah materi pembelajaran sesuai dengan silabus dan kurikulum yang berlaku secara nasional. Isinya diharapkan bisa meningkatkan  keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi para siswa. 

2. Buku Panduan Pendidik

Buku kedua yang bisa dan wajib ditulis sekaligus diterbitkan kalangan guru di Indonesia adalah buku panduan pendidik. Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik. 

Jika buku teks bisa menjadi pegangan guru dalam mengajar sekaligus pegangan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Maka buku panduan pendidik disusun seorang guru dengan target pembaca adalah kalangan guru juga. 

3. Buku Referensi

Buku ketiga adalah buku referensi. Buku referensi adalah buku yang isi dan penyajiannya dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara dalam dan luas.  

Secara umum, buku referensi akan menjelaskan beberapa topik atau materi dari mata pelajaran tertentu yang diampu oleh seorang guru. Sehingga isinya membahas berbagai materi dan bisa menjadi sumber pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 

Buku referensi ini bisa ditulis oleh beberapa orang guru yang berkolaborasi dalam mengurus publikasi ilmiah. Selain itu, buku referensi bisa diterbitkan dalam beberapa seri sehingga pembahasan di dalamnya tidak harus terbit dalam satu buku tunggal. 

4. Buku Pengayaan

Buku pengayaan juga termasuk jenis buku ilmiah yang bisa ditulis oleh kalangan guru untuk mendapat poin angka kredit. Buku pengayaan adalah buku yang memuat materi yang dapat memperkaya buku teks pendidikan dasar,menengah dan perguruan tinggi.  

Buku pengayaan biasanya disusun seorang guru untuk melengkapi buku teks. Isinya bisa beragam disesuaikan dengan jenis buku pengayaan yang dibutuhkan guru tersebut. 

Misalnya buku pengayaan berisi kumpulan latihan soal, eksperimen sederhana untuk pembelajaran di laboratorium pada ilmu sains atau IPA, keterampilan menjahit maupun keterampilan lain, dan sebagainya. Sehingga isi di dalamnya adalah ilmu praktek yang bisa diterapkan atau dikerjakan langsung (jika berisi soal-soal). 

Sementara itu, dikutip melalui Universitas Negeri Semarang (UNNES), dijelaskan bahwa jenis buku yang wajib ditulis guru dan menambah poin angka kredit mencakup buku ajar, buku teks, buku referensi, buku penelitian, dan lain sebagainya. 

Jadi, para guru yang sudah melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK), maka bisa menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi utama. Kemudian dilakukan konversi atau diubah dari laporan hasil penelitian menjadi naskah buku. Baik itu buku teks atau buku ajar, buku referensi, dan lain sebagainya. 

Tantangan Guru yang Mau Menulis

Kenapa kalangan guru di Indonesia membutuhkan tips menulis buku bagi guru? Jawabannya adalah karena memang para guru berhadapan dengan banyak sekali tantangan dalam menulis. 

Tantangan ini bisa dirasakan saat menulis karya tulis ilmiah apapun, tidak hanya saat menulis buku. Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah sejumlah tantangan yang sering dihadapi para guru dalam menulis buku: 

1. Kurang Kesadaran Tugas Guru Bukan Hanya Mengajar

Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal Madaniya, menjelaskan bahwa salah satu tantangan menulis bagi guru di Indonesia adalah minimnya kesadaran bahwa tugas guru bukan hanya mengajar. 

Sesuai dengan Permenpan Nomor 16 Tahun 2009 yang dijelaskan sebelumnya. Tugas guru di Indonesia mencakup tugas pendidikan, pengajaran dan pembimbingan, pengembangan keprofesian, dan tugas penunjang. 

Kegiatan mengajar adalah bentuk pelaksanaan dari tugas pengajaran dan pembimbingan. Jadi, masih ada 3 jenis tugas pokok lain yang harus dikerjakan para guru selama masa pengabdian. 

Sayangnya, belum semua guru di Indonesia menyadari kewajiban tersebut. Dimana sebagian besar hanya mengetahui tugasnya adalah mengajar siswa saja. Hal ini berdampak pada rendahnya kesadaran untuk menulis buku. 

2. Minat Membaca di Kalangan Guru Masih Rendah

Tantangan kedua yang membuat tips menulis buku bagi guru diperlukan adalah rendahnya minat baca di kalangan guru itu sendiri. Menulis harus diakui berawal dari kegiatan membaca. 

Misalnya membaca berbagai publikasi ilmiah saat mencari referensi. Kemudian menulis ulang informasi dari referensi tersebut ke dalam naskah buku atau karya tulis lainnya. Sehingga membaca menjadi kunci untuk bisa menulis. 

Sayangnya, minat membaca di kalangan guru di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini yang membuat proses menulis dirasa masih sangat sulit. Kemudian berdampak pada godaan melakukan tindakan plagiarisme karena merasa buntu harus menulis apa dan seperti apa. 

3. Keterampilan Menulis yang Belum Terasah

Tantangan dalam menulis buku berikutnya yang sering menghadang para guru adalah keterampilan menulis yang belum terasah. Hal ini merupakan salah satu dampak dari rendahnya minat baca yang dijelaskan di poin sebelumnya. 

Jika minat dalam membaca masih rendah, maka keinginan untuk menulis juga ikut rendah. Padahal, menulis menjadi keterampilan bahasa yang tingkatannya lebih sulit dibanding membaca. 

Hal ini membuat para guru enggan mengasah keterampilan tersebut, misalnya tidak tertarik mengikuti pelatihan menulis. Alhasil, keterampilan ini tidak berkembang dan banyak guru di Indonesia belum produktif menjalankan kewajibannya mengembangkan keprofesian lewat publikasi ilmiah. 

4. Masih Jamak Melakukan Tindakan Plagiarisme

Rendahnya minat baca dan belum terasahnya keterampilan menulis di kalangan guru. Kemudian memunculkan tantangan keempat yang meningkatkan kebutuhan terhadap tips menulis buku bagi guru. Yakni adanya tindakan plagiarisme. 

Kalangan guru yang belum terbiasa membaca akan kesulitan dalam menyampaikan buah pikirannya dalam bentuk tulisan. Selain itu, keterampilan menulis yang masih minim menyulitkan para guru harus memulai kalimat seperti apa.

Kondisi ini berbenturan dengan kewajiban untuk mengurus publikasi ilmiah, termasuk menerbitkan buku. Sehingga meningkatkan godaan melakukan tindakan plagiarisme. Sebab mengalami kesulitan tinggi dalam menulis buku hasil buah pikiran sendiri. 

5. Tidak Memahami Tata Cara Menulis

Tantangan yang dihadapi para guru di Indonesia dalam menulis buku juga dari ketidakpahaman mengenai tata cara menulis yang baik. Secara umum, proses menulis melewati setidaknya enam tahapan. 

Dimulai dari tahap menentukan atau memilih topik, mencari referensi atau bahan, menyusun outline atau kerangka tulisan, mulai proses menulis, melakukan editing dan penyuntingan mandiri, baru kemudian proses penerbitan atau publikasi. 

Tahapan ini belum dipahami oleh semua guru di Indonesia, sehingga banyak yang belum bisa mulai menulis. Sebab tidak paham harus mulai dari tahap apa agar bisa menulis dengan baik dan menghasilkan tulisan berkualitas. 

6. Kurang Akses ke Media Publikasi

Tantangan keenam yang menghambat para guru di Indonesia dalam menulis adalah kurang akses ke media publikasi. Biasanya, berawal dari kurang paham jenis buku yang harus ditulis. Kemudian kurang memahami kemana harus diterbitkan. 

Misalnya ketika seorang guru menulis naskah buku teks. Maka bisa saja kesulitan mencari penerbit yang memang paham standar penerbitan buku karya guru agar diakui sebagai pelaksanaan kewajiban.  

Minimnya pemahaman dan jaringan yang terbatas, ditambah dengan kurangnya pemahaman memanfaatkan teknologi informasi. Bisa membuat akses ke media publikasi terus menjadi tantangan. Padahal semakin banyak penerbit yang siap dan paham bagaimana menerbitkan buku karya guru di Indonesia. 

7. Bingung Cara Mulai Menulis

Dikutip melalui Repository Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, tantangan menjadi penulis salah satunya adalah bingung mulai menulis apa dan bagaimana. Tantangan ini juga jamak dijumpai di kalangan guru Indonesia. 

Dimana masih merasa kebingungan menentukan topik yang sesuai, bagaimana tahapan menulis yang baik, dan bagaimana menyusun kalimat pertama pada naskah. Hal ini kemudian menjadi PR yang harus dipecahkan agar guru bisa segera mulai menulis. 

8. Khawatir Tulisan Tidak Diterima Baik

Tantangan lain yang sering dihadapi guru di Indonesia dalam menulis adalah adanya ketakutan pribadi. Artinya, masih banyak guru di Indonesia tidak percaya diri untuk menulis karena khawatir melakukan kesalahan. Maupun khawatir tulisannya tidak diterima oleh pembaca. 

Salah satu masalah besar dalam hidup, adalah merasa takut pada sesuatu yang belum tentu terjadi. Salah satunya adalah kekhawatiran para guru yang sudah disebutkan sebelumnya. 

Dalam hal ini, para guru masih khawatir tidak bisa menulis dengan baik dan karya tulisnya tidak layak terbit. Selain itu, ada kekhawatiran besar menerima kritikan. Padahal, tidak ada penulis yang menghasilkan tulisan sempurna. Sebab memang tidak ada gading yang tak retak di dunia ini. 

Tips Menulis Buku Bagi Guru

Membantu mengatasi berbagai tantangan di atas, maka bisa menerapkan sejumlah tips menulis buku bagi guru berikut ini: 

1. Mengubah Hasil PTK Menjadi Buku

Tips yang pertama untuk bisa rutin menulis buku adalah melakukan konversi laporan hasil penelitian. Para guru yang sudah melaksanakan PTK, tentunya memiliki laporan hasil penelitian. 

Laporan ini lantas bisa diubah menjadi naskah buku dengan mengubah strukturnya dan gaya bahasa. Sehingga menyesuaikan dengan struktur umum buku ilmiah yang disusun oleh guru Indonesia. Hal ini bisa memberi efisiensi dibanding menulis buku dari nol. 

2. Mengikuti Pelatihan Menulis Buku

Memahami bahwa tantangan menulis bagi guru adalah minimnya keterampilan dalam menulis. Maka solusi terbaik mengatasinya adalah dengan mengikuti kegiatan pelatihan menulis. 

Baik yang diselenggarakan oleh sekolah, dinas terkait, maupun lembaga dan perusahaan yang dikelola pemerintah dan swasta. Berbagai pelatihan ini akan memberi bekal untuk memahami tata cara menulis dan tips maupun triknya. 

Sehingga tidak lagi bingung harus mulai menulis dari mana. Sekaligus paham tahapan menulis yang baik dan benar seperti apa. Selain itu, ikut serta dalam pelatihan bisa mendorong rasa percaya diri untuk menulis. Sebab ada motivasi untuk mempraktekan ilmu yang didapat dari pelatihan tersebut. 

3. Membangun Kebiasaan Membaca Buku

Rendahnya minat baca menyulitkan guru untuk memahami referensi yang digunakan. Serta meningkatkan resiko melakukan tindakan plagiarisme. Maka menjadi penting untuk membangun kebiasaan membaca. 

Bisa dimulai dari bacaan ringan seperti cerpen, kemudian mengatur jadwal membaca agar lebih sering. Hindari membaca buku yang tidak disukai. Selain itu, untuk mencegah plagiarisme maka wajib mengecek di aplikasi similarity indeks. Misalnya Turnitin agar meningkatkan kesadaran menghindari plagiarisme. 

4. Memahami Menulis Merupakan Kewajiban dan Kebutuhan sebagai Guru

Tips menulis buku bagi guru berikutnya adalah memahami seluruh kewajiban sebagai guru di Indonesia. Sudah sesuai ketentuan, guru wajib melaksanakan empat tugas. Mulai dari tiga tugas pokok dan tugas penunjang. 

Jadi, semua tugas tersebut harus dilaksanakan selama masa pengabdian. Kesadaran tinggi melaksanakannya akan mendorong untuk mengerjakan seluruh unsur kewajiban akademik. Sehingga bisa lebih produktif menulis dan tanpa sadar akan mendorong pengembangan jenjang karir lewat jabatan fungsional guru. 

5. Memanfaatkan Teknologi untuk Memudahkan Proses Menulis

Tips berikutnya adalah tidak ragu untuk memanfaatkan teknologi. Gunakan berbagai platform yang membantu proses menulis. Mulai dari platform AI untuk mencari referensi ilmiah kredibel, membantu mengutip, membantu menyusun daftar pustaka, dan sebagainya. Sehingga menulis menjadi efisien dan efektif. 

6. Menguatkan Niat dan Komitmen untuk Menulis

Tips yang keenam agar bisa rutin menulis adalah kalangan guru perlu menguatkan niat dan komitmen untuk menulis. Pahami betul bahwa tidak ada tulisan yang sempurna. Naskah yang belum sempurna ini akan dibantu pihak editor penerbit agar layak terbit. Kesadaran ini memberi motivasi untuk lebih percaya diri menulis. 

Penerbit yang Berpengalaman Menerbitkan Buku Guru

Jika sudah memahami berbagai tips menulis buku bagi guru dan apa saja tantangan yang harus segera dihadapi. Kemudian berhasil mengatasinya dan menghasilkan buku siap terbit. Maka bisa menggunakan jasa penerbitan dari Penerbit Deepublish. 

Penerbit Deepublish memiliki pengalaman panjang sejak tahun 2010 membantu menerbitkan buku ilmiah karya dosen dan guru di Indonesia. Jadi, naskah Anda dijamin terbit sesuai standar untuk memenuhi beban kerja dan menambah poin angka kredit guru.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Kalimat Inversi: Definisi, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contoh

Dalam bahasa Indonesia, ada banyak sekali jenis kalimat dan salah satunya adalah kalimat inversi. Kalimat…

7 jam ago

Kontranim: Pengertian, Ciri-Ciri, Manfaat, dan Contoh

Tahukah Anda, bahwa dalam bahasa Indonesia ada kata yang termasuk ke dalam jenis kontranim atau…

7 jam ago

Cara Menggunakan Jenni AI untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah

Teknologi AI (Artificial Intelligence) memang membawa perubahan signifikan dalam kehidupan manusia. Bagi akademisi, peneliti, dan…

3 hari ago

Buku Bajakan: Hukum, Ciri-Ciri, dan Solusi Jika Terlanjur Membeli

Buku bajakan atau buku KW dipahami sebagai satu diantara sekian bentuk pelanggaran Hak Cipta yang…

3 hari ago

Cara Membuat Grafik di Excel dengan 2 dan 3 Variabel

Microsoft Excel menjadi salah satu aplikasi perkantoran dari Microsoft yang banyak digunakan untuk mengolah dan…

4 minggu ago

Catatan Lapangan dalam Penelitian: Fungsi, Jenis, Contoh

Dalam proses mengumpulkan data penelitian di lapangan pada penelitian kualitatif, peneliti perlu memiliki catatan lapangan…

4 minggu ago