Penambahan unsur kepaduan paragraf menjadi hal penting untuk memastikan setiap kalimat saling terhubung. Suatu paragraf tidak terdiri dari satu kalimat tunggal melainkan beberapa kalimat yang tidak berdiri sendiri. Akan tetapi saling terhubung.
Supaya setiap kalimat membentuk hubungan dan menjadikannya punya makna yang bisa dipahami pembaca, ada unsur-unsur yang perlu ditambahkan agar setiap kalimat menjadi padu untuk memenuhi kriteria paragraf yang baik. Apa saja unsur tersebut? Berikut informasinya.
Kriteria kepaduan paragraf ada penambahan beberapa unsur yang terbagi menjadi dua, yakni kepaduan secara gramatikal dan leksikal. Berikut adalah unsur kepaduan paragraf secara gramatikal yang dimaksud:
Unsur kepaduan yang pertama secara gramatikal adalah konjungsi atau kata penghubung. Kata penghubung sendiri adalah kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, atau antarkalimat.
Penambahan kata hubung dalam suatu kalimat dan antar kalimat membantu menjelaskan hubungan yang tepat. Sehingga, makna dari kalimat dan dua kalimat tersebut lebih jelas.
Misalnya, jika menyusun kalimat “Jaka memelihara ayam karena rumahnya kotor” memiliki makna yang berbeda dengan kalimat “Jaka memelihara ayam sehingga rumahnya kotor”. Hal ini terjadi karena keduanya memakai konjungsi berbeda, yakni “karena” dan satunya lagi “sehingga”.
Menggunakan kata hubung membantu penulis menjelaskan hubungan dua frasa maupun dua kalimat dalam satu paragraf sehingga membentuk kepaduan dan makna paragraf tersebut bisa dipahami oleh pembaca.
Terdapat berbagai tujuan dari penggunaan unsur kepaduan paragraf berbentuk konjungsi, diantaranya:
Unsur kepaduan paragraf yang kedua adalah referensi atau pengacuan. Referensi adalah hubungan antara referen dengan lambang yang dipakai untuk mewakilinya. Secara sederhana, referensi adalah penggunaan kata atau frasa yang menunjuk pada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya.
Referensi membantu penulis menggunakan nama lain, sebutan lain, atau kata ganti untuk subjek maupun objek yang dibahas di paragraf sehingga mencegah repetisi atau pengulangan. Dimana pengulangan berlebihan membuat kalimat tidak efektif dan makna paragraf menjadi samar atau sulit dipahami.
Bentuk dari referensi untuk membangun kepaduan paragraf pada dasarnya ada 3, yaitu:
Unsur kepaduan dari referensi yang paling sering digunakan adalah anafora dan katafora. Dalam hal ini, penulis biasanya akan menggunakan kata ganti orang (pronomina persona) dan kata ganti penunjuk (pronomina demonstrativa).
Kata ganti orang seperti penggunaan sudut pandang orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Seperti “saya”, “dia”, “mereka”, dll. Sementara pada kata ganti penunjuk adalah menggunakan suatu kata yang fungsinya untuk menunjukan hal umum, tempat, dan ihwal. Misalnya kata “itu”, “ini”, dan lain sebagainya.
Unsur kepaduan paragraf yang ketiga adalah substitusi atau penyulihan. Substitusi adalah penggantian konstituen dengan menggunakan kata yang maknanya sama sekali berbeda dengan kata yang diacunya.
Secara sederhana, substitusi adalah penggantian suatu kata atau frasa dengan kata lain agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan dalam paragraf. Sehingga tidak mengulang suatu kata yang sama dan membuat paragraf enak dibaca.
Sekilas, substitusi dengan referensi nyaris sama. Namun keduanya berbeda. Referensi adalah menggunakan kata ganti yang menunjuk objek dan subjek yang disebutkan sebelumnya maupun setelahnya.
Sementara substitusi adalah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan penyebutan kata sebelumnya. Sehingga sama-sama menghindari repetisi atau pengulangan. Hanya saja tujuan dan sasaran yang berbeda.
Supaya lebih mudah dipahami, berikut contoh paragraf yang padu dengan substitusi di dalamnya:
“Seorang ibu rumah tangga terserang virus HIV. Virus penyebab AIDS itu diduga ditularkan oleh suaminya yang sering berkencan dengan pekerja seks komersial. Menurut dokter, akibat virus yang hingga kini belum ada vaksinnya itu, kemungkinan dia hanya dapat bertahan hidup dalam waktu enam bulan.”.
Pada contoh di atas, “virus HIV” disebutkan ulang dengan substitusi berbeda. Total ada 2 substitusi. Yakni “Virus penyebab AIDS itu” dan “virus yang hingga kini belum ada vaksinnya itu”.
Jadi, substitusi tidak menggunakan kata ganti orang dan kata penunjuk sebagaimana pada repetisi. Repetisi cenderung lebih saklek, karena hanya bisa menggunakan kata ganti orang dan kata penunjuk sementara substitusi lebih fleksibel, dimana bisa berbentuk frasa.
Unsur kepaduan paragraf ketiga yang secara gramatika adalah elipsis atau pelesapan. Elipsi adalah pelesapan (menghapus atau menghilangkan) unsur bahasa yang maknanya telah diketahui sebelumnya berdasarkan konteksnya.
Jadi, elipsis ini bisa disebut sebagai kebalikan dari referensi maupun substitusi. Pada referensi dan substitusi biasanya ada penggantian pada subjek dan objek yang dibahas di kalimat sebelumnya.
Namun, pada elipsi subjek dan objek tersebut tidak digantikan melainkan dihapus. Sebab dengan menyebutkannya di kalimat pertama, maka dianggap konteksnya sudah jelas.
Sehingga, pada kalimat berikutnya dianggap aman untuk dihapus. Paragraf kemudian menjadi lebih ringkas sekaligus tanpa repetisi berlebihan. Supaya lebih mudah dipahami, berikut contoh paragraf yang mengalami elipsis:
“Einstein lahir di Ulm, Jerman, pada tanggal 14 Maret 1879, tergolong anak yang pendiam, tidak pernah senyum, dan lamban. Dikenal jarang berbicara dengan orang lain. Namun, kalau sudah bertanya sesuatu yang menarik perhatian, maka berubah menjadi orang yang cerewet.”
Pada contoh paragraf di atas ada subjek “Einstein” pada kalimat pertama atau pembuka. Pada kalimat selanjutnya tidak ada pengulangan penyebutan nama maupun kata ganti. Namun, pembaca langsung paham kalimat-kalimat tersebut membahas Einstein.
Sementara untuk unsur kepaduan paragraf secara leksikal mencakup sinonimi, antonimi, hiponimi, meronimi, dan juga repetisi. Berikut penjelasannya:
Jika secara leksikal, maka salah satu unsur kepaduan pada paragraf adalah sinonimi. Secara sederhana, sinonimi adalah penggunaan kata-kata yang memiliki makna sama atau hampir sama untuk menghindari pengulangan kata yang sama secara terus-menerus dalam paragraf.
Secara sederhana, sinonimi adalah proses membentuk kepaduan suatu paragraf dengan menggunakan persamaan kata atau sinonim. Sehingga mencegah repetisi dan membuat paragraf lebih enak dibaca serta mudah dipahami. Berikut contohnya:
“Siapakah Wilbur dan Orville Wright? Bila membaca halaman Iptek kemarin, kamu tentu telah mengetahuinya. Ya, benar mereka dua bersaudara yang merancang pembuatan pesawat terbang. Kakak beradik ini lahir di Dayton, Ohio, Amerika Serikat. Orang tuanya bernama Pak Wilton Wright.”
“dua bersaudara” disebutkan ulang dengan memakai sinonim “kakak beradik”
Unsur kepaduan paragraf yang kedua secara leksikal adalah antonimi. Antonimi bisa dipahami sebagai kepaduan paragraf yang dibangun dengan cara menampilkan kata-kata yang maknanya kontras atau berlawanan, sehingga menegaskan maksud penulis dan membuat hubungan antarkalimat lebih jelas.
Menggunakan teknik antonomi bisa membantu membangun kepaduan paragraf sebab bisa menjelaskan sesuatu yang sifatnya kontras. Tak hanya itu, teknik ini membantu penulis membangun hubungan yang logis dari dua kalimat atau lebih dalam satu paragraf. Berikut contoh paragraf yang padu dengan antonimi di dalamnya:
“Anto dan Kamto merupakan sahabat karib semenjak mereka masih duduk di bangku SMP. Ke mana pun pergi, mereka selalu berdua. Namun, semenjak lulus perguruan tinggi, mereka hampir tidak pernah bertemu. Pertemuan mereka terjadi ketika ada acara reuni di SMA. Keduanya saling menceritakan karir dan keluarganya. Anto bercerita bahwa dia telah kawin dan dikaruniai dua anak. Anak pertamanya laki-laki dan sudah bersekolah di SD. Kamto ikut senang mendengar cerita sahabatnya itu meskipun dia sendiri sampai kini masih hidup seorang diri. Dia masih lajang.”
menjelaskan hubungan Anto dan Kambo yang kontras, sehingga ada antonim “kawin” dan “lajang”
Unsur kepaduan paragraf yang ketiga jika dilihat dari sisi leksikal adalah hiponimi. Adapun yang dimaksud dengan hiponimi adalah hubungan yang terjadi antara kelas yang umum dan subkelasnya.
Secara sederhana, hiponimi merupakan salah satu cara atau teknik membangun kepaduan paragraf dengan penggunaan hubungan umum-khusus antara kata satu dengan kata lainnya.
Misalnya dalam satu paragraf, dibuka dengan kalimat yang menyampaikan sesuatu yang bersifat umum. Kemudian di kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya menjelaskan secara khusus. Seperti contoh di bawah ini:
“Darah kita terdiri atas empat bagian, yaitu sel darah merah, sel darah putih, sel pembeku darah, dan plasma. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berwarna merah sehingga sel ini berdarah merah.”
paragraf dibuka dengan hal umum yakni “darah” kemudian di kalimat kedua menjelaskan hal khusus yakni “sel darah merah” yang merupakan bagian dari darah
Unsur kepaduan paragraf secara leksikal yang keempat adalah meronimi. Adapun meronimi adalah hubungan leksikal antara objek yang merupakan bagian dari objek yang lain.
Secara sederhana, meronimi adalah teknik membangun kepaduan paragraf dengan menjelaskan sesuatu yang menjadi bagian dari objek dan diikuti dengan menjelaskan keseluruhan objek tersebut.
MIsalnya, suatu paragraf menjelaskan objek berupa “rumah”. Kemudian kalimat berikutnya adalah menjelaskan bagian-bagian dari rumah tersebut. Misalnya atapnya bagaimana, terasnya, dan lain sebagainya. Berikut contoh paragraf dengan meronimi:
“Sebuah mobil terdiri atas berbagai komponen penting. Mesin berfungsi sebagai penggerak utama, ban digunakan untuk berjalan di jalanan, sedangkan setir dipakai untuk mengendalikan arah.”
objek yang dibahas adalah “mobil” kemudian diikuti dengan menyebutkan bagian-bagian mobil, yakni setir dan ban
Unsur kepaduan paragraf yang terakhir secara leksikal adalah repetisi. Repetisi sendiri adalah teknik membangun kepaduan paragraf dengan penyebutan kembali suatu unit leksikal yang sama yang telah disebut sebelumnya.
Repetii disini bisa berbentuk perulangan kata, frasa, atau klausa. Berikut contoh paragraf dengan repetisi untuk membangun kepaduan:
“Ada yang mengusulkan agar kelima orang itu dibuat patung hingga bisa dikenang setiap saat. Lama-kelamaan penduduk Armenia tidak hanya mengunjungi patung itu, tetapi mulai menyembahnya. Patung itu dianggap berkuasa seperti Tuhan saja. Seorang pemuda bernama Syakirin sangat sedih dan sering menangis melihat penduduk Armenia yang menyembah patung.”
mengulang “patung”
Itulah penjelasan secara rinci mengenai berbagai unsur kepaduan paragraf. Memahami unsur-unsur ini bisa membantu membangun paragraf yang padu. Sehingga memenuhi salah satu kriteria menjadi paragraf yang baik dan benar.
Baca Juga:
Pada saat membahas mengenai kata imbuhan atau kata berimbuhan, Anda akan ikut membahas mengenai kata…
Penerbit Deepublish menyampaikan ucapan selamat dan apresiasi atas perayaan ulang tahun ke-8 PrimeBiz Hotel Surabaya.…
Dalam menyampaikan suatu ide atau informasi yang cenderung singkat dan sederhana, maka bisa lewat kalimat…
Pada saat mempelajari jenis-jenis kalimat, Anda akan mempelajari kalimat kompleks atau kalimat majemuk bertingkat. Kalimat…
Menerapkan tata cara membuat latar belakang dengan Connected Paper bisa dipertimbangkan. Langkah ini termasuk dalam…
Salah satu tahap penting di dalam kegiatan penelitian dalam uji kualitas data. Pengujian pada kualitas…