Penerbit buku menjadi aset intelektual yang jika tidak dijaga akan merusak kaum muda.
Sayangnya, penerbit buku tidak memiliki pamor lebih karena perkembangan teknologi jauh lebih memberikan kepraktisan yang menguntungkan.
Penerbit buku bagi penulis menjadi fokus terakhir agar karyanya sampai ke tangan pembaca. penerbit buku bagi penulis sebagai tujuan bahkan yang mampu menentukan seorang penulis akan menjadi terkenal dan tidaknya.
Meskipun pada kenyataannya, popularitas seorang penulis ada pada kualitas karya itu sendiri. Penerbit sebagai perantara.
Sudut pandang penderbit buku menilai berbeda. Terjun ke dunia perbukuan merupakan sebuah bisnis yang penuh ketidakpastian.
Daniel Dhakide mengatakan bahwa menggeluti bisnis buku seperti bermain bulutangkis di saat badai, tidak pernah tahu kemana kok akan bergerak. Dengan kata lain, terjun ke bisnis buku semata-semata didasarkan pada blind hope.
Baca juga: Bagaimana jika naskah buku yang sudah dikirim tidak direspon?
1. Tantangan Penerbit Gulung Tikar
Satu persatu penerbit buku gulung tikar. Mereka yang memutuskan banting setir karena merasa kesulitan mengikuti ritme pasar buku.
Sebagai salah satu contohnya teman saya, memutuskan untuk pindah haluan menyewakan tempat kos-kosan daripada meneruskan bisnis didunia penerbitan. Meskipun demikian, bukan berarti penerbit buku sedikit diminati.
Ada fase di mana hilang satu, tumbuh satu yang baru. Hal ini juga berlaku untuk penerbitan buku. Kini, banyak penerbit buku muncul dengan trobosan, inovasi, tema yang lebih segar.
Entah itu penerbit yang bersifat turunan dari penerbit lama, ataupun penerbit yang benar-benar baru berdiri membangun.
Dewasa ini semakin banyak penulis. Banyaknya penerbit baru, maka semakin banyak naskah yang diajukan. Sedangkan jumlah penulis dan jumla penerbit bisa saja jauh lebih sedikit. Sehingga penerbit-penerbit mayor memberikan kriteria penilaian buku yang hendak diterbitkan secara ketat.
Banyak penulis merasa kesulitan memasukan buku ke penerbit mayor. Terutama penulis pemula, yang notabanenya dari segi pengalaman, jam terbang dan nama masih dipertanyakan.
Baca juga:Â Percetakan dengan Sistem POD
Meskipun hasil tulisannya tidak kalah bagus dengan penulis handal. Melihat persaingan seperti ini, munculah penerbit buku indie. Penerbit yang memberikan pelayanan jasa cetak buku secara mandiri. Ada juga yang menawarkan sistem POD
2. Penerbit Buku di Tengah Arus Teknologi Canggih
Berkembangnya teknologi canggih menuntut masyarakat untuk bergerak cepat. Segala aktivitas, pengambilan keputusan dan berfikir juga dituntut serba cepat. Hadirnya teknologi menawarkan serba instans dan praktis. Hampir semua kebutuhan informasi dapat dilakukan hanya dengan teknologi.
Teknologi menawarkan beragam informasi. Mulai dari berita, kebutuhan sehari-hari, finansial dan masih banyak lagi. Dulu dan sekarang mengalami perbedaan yang sangat jauh.
Dulu, berita dan asupan bacaan hanya bisa diperoleh dengan membaca surat kabar dan buku, yang di pajang di toko buku. Saat ini, tidak perlu ke toko buku, kita mampu menikmati ebook.
Satu persatu penerbit buku mulai memberikan alternatif kemudahan kepada pembaca. menggandakan buku yang diterbitkan versi cetak, dengan versi ebook.
Cara ini diharapkan mampu mengejar ketertinggalan dan memberikan kepraktisan kepada pembaca. sayangnya, tidak semua penerbit buku memiliki inisiatif dan trobosan semacam ini.
Beberapa penerbit buku yang masih bertahan dengan cara lama mungkin saja tidak akan mampu bertahan bersaing. Kenyataannya, mereka hingga detik ini masih tetap eksis dan tetap memproduksi buku-buku terbaru.
3. Eksistensi Penulis Buku di Indonesia
Indonesia hanya memiliki luas kira-kira 1.910.931 km2, sebagai negara kepulauan. Dari Sabang sampai Merauke dibelah oleh selat, laut, dan sungai. Terdiri kurang labih 33 propinsi. Dari total 33 propinsi, hanya ada 24 popinsi yang memiliki penerbit buku yang aktif.
Berdasarkan laporan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), tahun 2012 total penerbit ada 1.317 yang terdaftar. Penerbit yang tidak aktif hanya 6% dari total penerbit yang aktif.
Ke 94% penerbit yang aktif adalah penerbit swasta. Karena hanya satu penerbit yang tercatat milik BUMN, yaitu hanya Balai Pustaka. Sisannya, penerbit tersebut swasta.
penerbit buku swasta bisa dalam bentuk perorangan, komunitas bahkan dalam bentuk kelembagaan pendidikan atau yang sering disebut dengan university press. Misalnya UGM, memiliki percetakan buku sendiri. Sebagian besar penerbit yang aktif berada di pulau jawa.
Hampir 90% penerbit bertempat di pulau jawa, mulai dari Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Yogyakarta. Genre buku yang diterbitkan pun dari berbagai genre.
Eksistensi penerbitan di Indonesia per tahun mampu mencetak 30.000 judul buku. Hasil data yang sampaikan oleh IKAPI tersebut berdasarkan pengajuan ISBN. Dengan kata lain, buku self publisher belum terhitung dalam data tersebut. Jadi, dalam satu tahun, ada lebih judul buku.
Sebanyak 81% buku yang muncul dipasarkan di dalam Negeri. Sisannya, 19% buku diekspor ke negara lain di tahun 2007-2012. Adapun negara impor buku Belanda, Hong kong, Finlandia, Singapure dan Amerika.
4. Tantangan Penerbit Buku di Masa Datang
Bisnis buku memang seperti ‘harapan kosong’ namun semua itu tergantung dari daya juang menghadapi tantangan. Kenyataannya, banyk penerbit buku yang mendapatkan keuntungan banyak, dan omsetnya patut diacungi jempol.
Tantangan yang perlu dipersiapkan semua penerbit buku adalah penerbit lain. Baik itu penerbit yang sudah berdiri lama atau yang baru berdiri. Hingga saat ini, penerbit POD, self publishing dan penerbit mayor memiliki peran, kekuatan yang sama, dan menjadi sesuatu yang biasa.
Perasaan umum inilah yang ditakutkan akan mengurangi rasa kompetitif antar penerbit, terutama dalam hal pendistribusian buku.
Jika terjadi kelesuan pendistribusian buku, dan tidak adanya gebrakan dari pihak penerbit. Mengingat saat ini teknologi marak dan menjamur. Banyak karya-karya lama pun tersebar secara digital.
Barangkali, jika ini berkembang lebih luas, akan mempengaruhi pendapatan dan eksistensi penulis dan penerbit. Dampak terjadinya kasus sejenis, perlahan akan mengubah mindset dari pihak penulis dan penerbit, agar tetap ‘bertahan’ demi sesuap nasi. Para penulis yang benar-benar membawa kebaruan yang akan berkembang; sisanya akan berjuang untuk tetap survive.
Uraian paragraph di atas hanya salah satu contoh segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Hal yang tidak dapat terindahkan, adalah tantangan teknologi. Sisi lain sebagai sarana promosi yang potensial memperkenalkan buku yang rilis ke netizen. Sisi lain, juga sebagai mata pisau yang siap menjatuhkan.
Namun, kesemuanya tidak akan terjadi jika mampu dihadapi dengan sigap, tegas, terliti dan cerman. Intinya, tergantung dari tiap penerbit untuk memadukan kemajuan teknologi dan informasi sebagai alat yang jauh lebih menguntungkan.
Itulah beberapa ulasan tentang ancaman penerbit buku jika tidak memperhatikan 4 poin. Kesimpulannya, keberhasilan tergantung dari bagaimana Anda menyikapi keterbatasan dan tantangan yang datang. Semoga ulasan ini memberikan gambaran, wacana dan sudut pandang baru.
[Elisa]
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.
Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang teknik menulis anda dapat melihat Artikel-artikel berikut:
- Metode dan Trik Penerbit Buku Melirik Naskah
- Cara Mudah Membuat Outline Buku Ajar
- Penerbit Buku dan Teknik Menulis Buku Secara Indie
- 9 Persiapan Cara Menerbitkan Buku Sendiri
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS di sini!
Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download.
Referensi :
- http://www.mizan.com/bisnis-buku-bisnis-yang-sarat-harapan-menyimak-pengalaman-mizan/
- http://www.ikapi.org/component/k2/item/60-data-perbukuan-indonesia