Search
Close this search box.

Software & Cara Editing Buku Sendiri dalam 5 Langkah

cara editing buku

Memahami bagaimana cara editing buku sangat penting bagi seorang penulis. Sebab dianjurkan untuk melakukan editing mandiri sebelum dikirimkan ke penerbit. Alasannya beragam. 

Mulai dari meminimalkan kesalahan pada naskah, apapun bentuknya. Sampai meningkatkan peluang naskah tersebut diterima penerbit. Penerbit rata-rata sangat ketat dalam menyaring naskah. Naskah yang amburadul dan banyak kesalahan, tentu rentan ditolak. 

Jadi, meminimalkan resiko tersebut, seorang penulis harus meluangkan waktu melakukan editing mandiri. Jika tidak memungkinkan, misalnya karena terlalu sibuk. Maka perlu mencari solusi terbaik yang lebih praktis. 

Cara Editing Naskah Buku

Proses editing naskah buku, tentu dimulai dengan memahami tata cara editing buku itu sendiri. Editing secara mandiri lebih fokus pada beberapa kesalahan yang memang mudah diketahui. Misalnya kesalahan ketik, kesalahan pemilihan diksi atau kosakata, tanda baca, dll. 

Berikut adalah beberapa tahapan yang perlu dilakukan penulis dalam proses editing naskah buku: 

1. Memeriksa Ejaan 

Dikutip melalui MDPI Blog, hal pertama yang perlu dilakukan dalam proses editing naskah buku adalah memeriksa ejaan. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang baik harus sesuai EYD. Sehingga naskah selalu menggunakan ragam kosakata baku. 

Jika naskah buku Anda menggunakan beberapa istilah daerah, kosakata tidak baku seperti bahasa anak muda (bahasa gaul), dan sebagainya. Maka bisa ditulis apa adanya dan dicetak miring atau sesuai ketentuan dalam EYD. 

Pemeriksaan ejaan akan membantu menggunakan kosakata yang memang baku. Sekaligus sesuai dengan konteks, sehingga makna dalam setiap kalimat bisa dipahami oleh pembaca. 

Selain itu, pemeriksaan ejaan juga untuk memperbaiki kesalahan ketik. Sebab kesalahan ketik atau typo bisa berujung penggunaan kata kurang tepat. Bisa jadi kata typo tersebut adalah bentuk baku, hanya saja tidak sesuai konteks kalimat yang disusun. Maka editing diperlukan agar kesalahpahaman pembaca bisa dihindari. 

2. Membaca Nyaring  

Hal kedua yang harus dilakukan dalam cara editing buku adalah membaca nyaring. Teknik membaca, secara umum ada dua. Pertama membaca nyaring, yakni membaca dengan mengeluarkan suara. Kedua, membaca dalam hati yang tentu tidak mengeluarkan suara. 

Dalam proses editing naskah secara mandiri, para penulis perlu membaca nyaring. Tujuannya agar lebih mudah mengetahui kesalahan ketik, memahami pemilihan kosakata sudah pas atau belum, penggunaan tanda baca sudah tepat atau tidak, dll. 

Membaca nyaring membantu mengetahui apakah panjang pendek setiap kalimat sudah pas. Sebab, sekalipun tidak ada aturan pasti seberapa panjang kalimat yang ideal. Begitu juga dengan panjang paragraf. Namun, kalimat dan paragraf pendek lebih dianjurkan untuk meningkatkan kenyamanan pembaca. 

Jika membaca dalam hati, maka kesalahan-kesalahan seperti ini akan sulit disadari. Maka perlu membaca nyaring, dan tidak harus dengan volume suara tinggi. Sesuaikan saja sebagaimana berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. 

3. Memeriksa Tanda Baca 

Langkah ketika dalam cara editing buku secara mandiri adalah memeriksa tanda baca. Pemeriksaan tanda baca bisa sekaligus dilakukan di tahap kedua, yakni saat membaca nyaring maupun memeriksa ejaan. 

Namun, bisa juga dilakukan terpisah agar lebih fokus. Anda bisa membaca ulang naskah dari awal dan fokus pada penggunaan tanda baca. Jika ada kesalahan dalam pemilihan tanda baca. Maka bisa segera diganti. 

Begitu juga saat menemukan kalimat yang seharusnya ada tanda baca, tapi belum ditambahkan. Maka bisa segera ditambahkan. Penggunaan tanda baca yang tepat akan mempengaruhi kenyamanan pembaca dan pemahaman pada konteks setiap kalimat. Maka harus tepat. 

4. Memastikan Konsisten dalam Memakai Istilah 

Hal penting berikutnya ketika menerapkan tata cara editing buku adalah memastikan konsisten dalam memakai istilah. Apapun bentuk istilah tersebut. Misalnya sudut pandang, jika Anda memakai sudut pandang orang ketiga. Kemudian memakai penyebutan “Anda”, maka seluruh isi naskah memakai penyebutan yang sama. 

Jangan sampai beda bab, atau bahkan pindah halaman sudah berbeda. Hal ini berlaku untuk semua istilah di dalam naskah yang dibuat. Baik itu istilah asing maupun penggunaan padanan istilah dalam bahasa Indonesia. 

Jika di awal sudah memakai istilah asing, maka begitu seterusnya sampai halaman terakhir. Sebaliknya, jika di halaman awal sudah memakai padanan istilah  maka perlu begitu juga seterusnya. Jangan dicampur, karena bisa membingungkan pembaca. Selain itu, keterbacaan naskah menjadi tidak maksimal. 

5. Memeriksa Referensi yang Digunakan 

Hal berikutnya yang harus dilakukan pada saat melakukan editing naskah buku adalah memeriksa referensi. Referensi biasanya digunakan pada buku ilmiah. Sebab untuk buku nonilmiah seperti novel, antologi cerpen, dll umumnya tidak ada referensi yang dicantumkan. 

Jika buku Anda adalah buku ilmiah, maka sudah tentu ada referensi dan dicantumkan. Baik pada naskah dalam kutipan, maupun di dalam catatan kaki dan daftar pustaka. 

Cara editing buku ilmiah juga mencakup pemeriksaan ulang referensi. Pastikan semua kutipan sudah ada penyebutan sumber, begitu pula di catatan kaki. Cek kembali daftar pustaka, pastikan tidak ada referensi yang terlewat. 

Pada tahap ini, Anda juga bisa memeriksa ada tidaknya kesalahan dalam penulisan daftar referensi. Pastikan sudah sesuai ketentuan, apapun gaya penulisan referensi yang digunakan. 

Software/Aplikasi Editing Naskah Buku

Kemajuan teknologi bisa memberi bantuan yang berarti dalam proses editing naskah buku. Pasalnya ada beberapa tools atau alat bantu yang membantu proses editing tersebut. Beberapa diantaranya berbentuk website, beberapa lagi berbentuk aplikasi. Bahkan bisa keduanya. 

Jika naskah buku yang Anda tulis memakai bahasa Indonesia. Maka setidaknya ada 4 tools yang perlu digunakan untuk menunjang cara editing buku. Yaitu: 

1. Google Documents 

Tools pertama yang banyak direkomendasikan dalam editing naskah secara mandiri adalah Google Docs atau Google Documents. Google Docs adalah toole pengolah kata seperti Ms Word yang disediakan oleh Google dan sifatnya daring. 

Mengetik dengan tools ini perlu terkoneksi dul dengan internet. Setelahnya pengguna bisa mengatur mode “Sediakan saat Offline” agar bisa mengetik saat internet dimatikan (luring). 

Menariknya, berbeda dengan Ms Word yang hanya menyediakan fasilitas pengetikan. Google Docs dilengkapi beberapa fitur untuk melakukan pengecekan kesalahan ketik dan ada rekomendasi kosakata yang lebih tepat. 

Penggunaannya untuk menyusun naskah, membantu penulis menghindari kesalahan ketik. Hanya saja, kesalahan ketik ini baru berfungsi saat terhubung dengan internet. Jika jaringan tidak stabil, jaringan terputus, dan sejenisnya. Maka fitur ini otomatis tidak bisa diakses. 

2. Sipebi 

Tools kedua untuk mendukung tata cara editing buku adalah Sipebi yang disediakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Tools ini masih terbilang baru, sebab seperti dikutip dari website Narabahasa, Sipebi resmi dirilis pada 28 Oktober 2021 lalu. 

Sipebi sendiri fungsinya adalah untuk penyuntingan ejaan dalam bahasa Indonesia. Sehingga fungsinya sama persis seperti tools Grammarly. Bedanya, Grammarly untuk naskah dalam bahasa Inggris, sementara Sipebi dalam bahasa Indonesia. 

Tools satu ini membantu penulis dalam meningkatkan keterbacaan naskah yang disusun. Sekaligus mengatasi atau membantu memeriksa dan memperbaiki kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain: 

  • kata baku;
  • kata ambigu;
  • bentuk terikat;
  • konjungsi subordinatif;
  • konjungsi intrakalimat;
  • konjungsi antarkalimat;
  • kapitalisasi pada awal kalimat;
  • penulisan waktu;
  • penulisan ke- yang diikuti angka; dan
  • penulisan -an setelah angka.

Sipebi hadir dalam bentuk aplikasi yang bisa di instal di perangkat elektronik. Hanya saja sampai saat ini Sipebi hanya bisa di instal ke perangkat dengan OS Windows. Sehingga lebih ditujukan untuk penulis yang mengetik lewat komputer (PC dan laptop). 

Meskipun begitu, Sipebi sifatnya gratis. Sehingga pengguna tidak perlu keluar biaya setiap kali mengandalkannya. Penggunaannya pun tidak dibatasi, sehingga bisa digunakan kapan saja dan sesering yang dibutuhkan. Aplikasi bisa diunduh melalui tautan https://kbbi.kemdikbud.go.id/Aplikasi

3. KBBI Daring 

Tools berikutnya adalah KBBI Daring, saat ini di versi KBBI IV. KBBI Daring dimiliki dan dikelola juga oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Sesuai namanya, tools ini membantu masyarakat menemukan arti atau makna kosakata bahasa Indonesia. 

Selain itu, dalam proses pengecekan tersebut, jika kosakata yang dimasukan tidak baku. Maka sistem di KBBI Daring akan memberi informasi dan merekomendasikan bentuk baku sesuai EYD. 

Penggunaan KBBI Daring dalam tata cara editing buku mandiri adalah membantu memahami kosakata yang akan digunakan. Sehingga konteksnya sesuai di setiap kalimat yang disusun. Layanan KBBI Daring bisa diakses melalui tautan https://kbbi.kemdikbud.go.id/

4. Tesaurus 

Tools berikutnya adalah Tesaurus. Tesaurus sering disebut dengan istilah Buku Sinonim. Fungsi utamanya memang membantu menemukan sinonim atau padanan kata. Sehingga penulis tidak hanya mengandalkan satu kosakata saja. 

Penggunaan sinonim maupun antonim penting dalam proses penulisan. Yakni untuk memperkaya diksi yang ditampilan agar pembaca tidak bosan. Sebab tulisan yang mereka baca jauh dari kata monoton. Pada saat penulis kehabisan ide memakai kosakata apa, Tesaurus bisa diandalkan. 

Pada proses editing buku, Tesaurus bisa digunakan untuk membantu memahami konteks penggunaan kosakata dalam kalimat. Fungsinya akan melengkapi penggunaan KBBI Daring yang sudah dijelaskan. Sehingga buku yang disusun tidak menggunakan kosakata yang kurang tepat dan mudah dipahami. 

5. Pasti (Padanan Istilah) 

Tools yang terakhir untuk mendukung penerapan tata cara editing buku adalah Pasti (Padanan Istilah). Sama seperti Sipebi dan KBBI Daring, Pasti juga disediakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang dinaungi Kemdikbud. 

Pasti membantu pengguna atau penulis untuk menemukan padanan istilah. Sehingga tulisan yang dibuat murni menggunakan bahasa Indonesia. Tujuannya untuk menghindari penggunaan kosakata dari bahasa asing. 

Ada banyak sekali masyarakat kita yang lebih familiar dengan kosakata bahasa asing dibanding dalam bahasa Indonesia. Misalnya, lebih banyak orang memakai kata “online” dibanding “daring” atau “dalam jaringan”. 

Maka platform Pasti dihadirkan untuk memperkenalkan lebih banyak kosakata bahasa Indonesia. Harapannya semakin banyak masyarakat yang lebih familiar menggunakan bahasa Indonesia tanpa campuran bahasa lain. 

Pada editing buku, tools ini membantu penulis memastikan naskahnya sudah memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sekaligus menghindari penggunaan istilah asing. Sehingga penulis tidak perlu memberi catatan kaki di dalam naskah. 

Jika naskah buku Anda ditulis dengan selain bahasa Indonesia. Maka tentu perlu mengandalkan tools lainnya. Sebab 5 tools tersebut sesuai penjelasan sebelumnya, lebih sesuai untuk naskah dengan bahasa Indonesia. 

Salah satu tools untuk membantu proses editing buku dengan bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, adalah Grammarly. Platform ini membantu pengguna mengecek grammar sehingga meningkatkan keterbacaan naskah. Informasi tools lain bisa memanfaatkan internet, media sosial, maupun rekan Anda. 

Kesulitan Editing Buku Sendiri (Self Editing)

Menerapkan tata cara editing buku secara mandiri seperti penjelasan sebelumnya, ternyata tidak mudah. Banyak penulis mengakui bahwa mengedit naskah sendiri jauh lebih sulit dibanding mengedit naskah orang lain. Kira-kira kenapa? 

Terdapat beberapa alasan yang membuat proses editing naskah mandiri terasa sulit. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Kesulitan Mengharmonisasikan Persepsi Sendiri dengan Orang Lain 

Kesulitan yang pertama adalah mengharmonisasikan persepsi sendiri dengan persepsi orang lain. Pada saat melakukan editing naskah secara mandiri, Anda akan memposisikan diri sebagai pembaca. 

Hal ini tentu sulit, karena Anda menyusun sendiri naskah tersebut. Sehingga persepsi Anda cenderung sebagai penulis, bukan sebagai pembaca. Kondisi ini yang membuat editing secara mandiri terasa lebih sulit untuk dilakukan. 

2. Merasa Naskah Sudah Sempurna 

Sebagai penulis, naskah yang Anda susun tentu terasa sudah baik dan benar. Bahkan dirasa sudah sempurna, sehingga bebas kesalahan. Hal ini wajar, karena Anda menulis sesuai pemahaman dan gaya penulisan yang dimiliki. 

Perasaan ini membuat penulis kesulitan melakukan editing pada karyanya sendiri. Sebab menyulitkan mereka menemukan kesalahan. Kecuali untuk kesalahan teknis, seperti kesalahan ketik dan kesalahaan ejaan. 

3. Kehilangan Antusiasme pada Naskah 

Kesulitan editing buku sendiri juga muncul karena penulis kehilangan antusias pada naskah. Hal ini terjadi, karena penulis akan membaca satu naskah yang sama berulang kali. 

Analoginya seperti saat penulis kehausan, maka akan minum segelas air. Tegukan pertama terasa menyegarkan, tegukan kedua terasa puas, tegukan selanjutnya akan terasa jenuh. 

Kejenuhan menghadapi naskah yang sama inilah yang membuat editing mandiri lebih sulit. Tidak heran, banyak menulis mengaku jauh lebih mudah memeriksa kesalahan tulisan orang lain dibanding tulisan sendiri. 

4. Minim Waktu 

Kesulitan melakukan editing pada buku hasil tulisan sendiri juga terjadi karena minim waktu. Tidak semua penulis mencurahkan seluruh waktunya untuk menulis. Ada juga yang memiliki kesibukan lain. 

Entah itu mengasuh anak, karena menjadi ibu rumah tangga sekaligus penulis. Entah itu dosen, yang tidak hanya aktif menulis tapi juga mengajar dan meneliti. Minimnya waktu menjadi sandungan untuk memeriksa buku yang sudah ditulis. 

Minimnya waktu bisa diakali dengan beberapa cara. Pertama, menggunakan tools untuk proses editing. Kedua, jika masih kesulitan juga maka bisa mencari jasa editing dan proofreading profesional. Sifatnya tentu berbayar, dan penulis perlu menyediakan anggaran khusus untuk pengeluaran ini. 

Layanan Editing Naskah Gratis

Bagi Anda yang menghadapi saah satu atau bahkan semua kesulitan editing sendiri di atas. Maka jangan berkecil hati, Anda bisa menggunakan jasa penerbitan dari Penerbit Deepublish. 

Dalam paket penerbitan yang disediakan, para penulis tidak perlu repot melakukan editing dan proofreading sendiri. Semua akan dikerjakan tim profesional, berpengalaman, dan bersertifikasi BNSP dari Penerbit Deepublish. 

Prosed editing menggunakan tools yang dikembangkan secara mandiri. Sehingga tidak sekedar menggunakan Google Documents, yang sering belum up to date dengan perubahan di KBBI. Jadi, hasil editing dan proofreading Penerbit Deepublish dijamin sesuai KBBI versi terbaru. 

promosikan penerbit deepublish memberikan fasilitas editing dan proofreading gratis kepada semua penulis yang ingin menerbitkan bukunya di Penerbit Deepublish

unggulkan layanan editing gratis dan banyak layanan penerbitan gratis lainnya. bisa dicek di paket penerbitannya

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik cara editing buku dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

Artikel Penulisan Buku Pendidikan