Daftar Isi
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, Anda perlu memahami dan menguasai seluruh kompetensi peneliti agar bisa melakukan kegiatan penelitian dengan baik dan benar.
Belum semua peneliti, khususnya peneliti pemula memahami apa saja kompetensi yang harus dikuasai untuk menjadi peneliti profesional. Menariknya, kompetensi ini terbagi menjadi kompetensi untuk peneliti kualitatif dan kuantitatif. Berikut informasinya.
Apa Itu Kompetensi Peneliti?
Dikutip melalui JDIH Kementerian Keuangan, kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dihayati dan dikuasai untuk melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Jadi, kompetensi peneliti adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dihayati dan dikuasai untuk melaksanakan tugas sebagai peneliti profesional.
Kompetensi dasar wajib dipahami dan dikuasai untuk memastikan kegiatan penelitian berjalan baik sehingga hasil penelitian juga berkualitas serta kredibel. Penelitian yang dilakukan peneliti kompeten umumnya akan menghasilkan temuan-temuan baru.
Bahkan publikasinya bisa menembus media publikasi kredibel. Mulai dari jurnal nasional terakreditasi sampai jurnal internasional bereputasi dengan dampak tinggi. Oleh sebab itu, kegiatan penelitian tidak bisa dilakukan sembarang orang kecuali yang memang kompeten untuk melaksanakannya.
Kompetensi Peneliti Kuantitatif
Dikutip melalui buku berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, karya Sugiyono (2013), kompetensi peneliti terbagi menjadi dua jenis, yakni kompetensi untuk peneliti kualitatif dan kuantitatif. Berikut kompetensi yang harus dikuasai peneliti kuantitatif:
1. Memiliki Wawasan Luas Terkait Bidang yang Diteliti
Kompetensi pertama yang perlu dikuasai peneliti kuantitatif adalah memiliki wawasan luas terkait bidang yang diteliti. Artinya, peneliti harus paham apa yang diteliti dan relevan dengan bidang keilmuan yang ditekuni.
Hal ini penting untuk memastikan peneliti memilih topik yang benar-benar penting dan tepat atau layak untuk diteliti. Tidak asal meneliti dan membuang-buang sumber daya. Jika topik yang diteliti penting, maka tentu hasil penelitian berdampak tinggi (bermanfaat).
2. Mampu Melakukan Analisa Masalah
Kompetensi kedua untuk dikuasai peneliti kuantitatif adalah mampu melakukan analisis masalah. Artinya, peneliti wajib memiliki kemampuan untuk mengetahui dan menyadari adanya suatu masalah yang layak untuk segera diteliti dan dicari solusinya.
Tanpa memiliki kompetensi dalam menganalisis masalah, maka peneliti bisa menganggap suatu fenomena biasa sebagai masalah. Pada akhirnya, banyak penelitian yang tidak benar-benar memberi solusi karena apa yang diteliti memang bukan masalah untuk dipecahkan.
3. Mampu Menggunakan Teori yang Tepat
Kompetensi peneliti ketiga yang wajib dikuasai peneliti kuantitatif adalah mampu menggunakan dan memilih teori yang tepat sehingga teori yang dipilih relevan dengan topik atau masalah yang diteliti.
Teori tersebut mampu menjelaskan masalah yang diteliti tersebut dan mampu menjelaskan secara rinci urgensinya apa untuk segera diteliti. Jika kompetensi ini dimiliki, penelitian yang dilakukan akan ditunjang teori yang relevan dan menguatkan topik penelitian.
4. Memahami Jenis-Jenis Metode Penelitian Kuantitatif
Kompetensi selanjutnya adalah memahami jenis-jenis dari metode penelitian dalam penelitian kuantitatif. Beberapa diantaranya adalah metode survey, eksperimen, ex post facto, evaluasi, dan lain sebagainya.
Pemahaman ini penting karena setiap penelitian kuantitatif yang dilakukan pasti menggunakan satu metode. Jika tidak memahaminya, akan sulit menerapkannya dan kemudian membuat penelitian sukar untuk diselesaikan.
5. Memahami Jenis Teknik Sampling
Kompetensi berikutnya yang harus dikuasai adalah memahami teknik sampling dan bagaimana menentukan teknik yang tepat, serta memiliki kemampuan dalam menentukan skala atau jumlah sampel penelitian. Pemahaman ini penting untuk mengetahui teknik sampling mana yang cocok untuk diterapkan.
Baik itu dari teknik probability sampling maupun non probability sampling. Jika teknisnya sudah ditentukan, maka masuk ke proses penetapan skala sampel penelitian. Teknik dan penetapan jumlah sampel yang tepat akan menjaga kualitas data penelitian sehingga tetap valid dan mampu merepresentasikan populasi.
6. Mampu Menyusun Instrumen dan Pengukuran Variabel Penelitian
Salah satu kompetensi peneliti kuantitatif yang wajib dikuasai juga adalah paham bagaimana menyusun instrumen dan pengukuran variabel penelitian. Secara rinci, kemampuan ini mencakup memahami cara menyusun instrumen penelitian, mengukur variabel penelitian, dan menguji validitas serta reliabilitas instrumen.
7. Mampu Mengumpulkan Data Penelitian
Peneliti kuantitatif juga wajib menguasai kompetensi dalam mengumpulkan data penelitian. Ada banyak metode atau teknik pengumpulan data di dalam penelitian kuantitatif.
Misalnya lewat kuesioner, observasi, wawancara, dan lain sebagainya. Dimana masing-masing memiliki tahapan yang rinci dan terstruktur. Sehingga peneliti perlu menguasainya dengan baik, sehingga pengumpulan data berjalan lancar dan data tersebut punya validitas tinggi.
Apabila data penelitian dikumpulkan bersama-sama dengan anggota tim penelitian, peneliti juga wajib menguasai kemampuan untuk mengorganisir tim. Sehingga, pembagian tugas jelas dan mengumpulkan data dari sampel serta lokasi berbeda agar tidak ada pengambilan data berulang atau ganda.
8. Mampu Menyajikan dan Menganalisis Data
Selanjutnya yang menjadi kompetensi peneliti kuantitatif adalah mampu menyajikan dan menganalisis data penelitian. Selain memahami bagaimana cara mengumpulkan data, peneliti kuantitatif juga wajib memahami cara menyajikan data numerik yang didapatkan.
Selain itu, juga harus mampu menganalisis data tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulan atau diinterpretasikan. Kemampuan ini membantu mengumpulkan data yang kemudian menjadi hasil dari penelitian yang dilakukan.
9. Mampu Memberikan Interpretasi Data
Kemampuan atau kompetensi peneliti kuantitatif berikutnya adalah mampu menginterpretasikan data penelitian. Interpretasi data sendiri adalah proses memahami, menafsirkan, dan menjelaskan makna dari data yang telah dikumpulkan dan dianalisis.
Jadi, data penelitian yang sudah dikumpulkan, disajikan, dan dianalisis kemudian hasil analisisnya bisa dipahami oleh peneliti. Hal ini penting untuk menyajikan kesimpulan yang juga jelas dan mudah dipahami.
10. Mampu Membuat Laporan Penelitian
Selanjutnya adalah kompetensi untuk membuat laporan penelitian. Kegiatan penelitian biasanya didukung oleh berbagai pihak. Misalnya penelitian oleh dosen, maka biasanya atas dukungan dan persetujuan perguruan tinggi.
Maka lumrahnya setelah penelitian selesai dilaksanakan, maka ditutup dengan penyusunan laporan penelitian. Laporan ini nantinya akan diserahkan atau dipresentasikan ke depan pihak-pihak pendukung sebagai bentuk pertanggungjawaban.
11. Mampu Membuat Karya Tulis Ilmiah untuk Publikasi Hasil Penelitian
Kompetensi lainnya yang harus dikuasai oleh peneliti kuantitatif adalah membuat karya tulis ilmiah. Dimana tulisan tersebut nantinya dipublikasikan sebagai upaya menyebarluaskan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan.
Jadi, seorang peneliti kuantitatif harus mampu menyusun artikel ilmiah untuk dipublikasikan melalui prosiding maupun jurnal ilmiah. Selain itu, hasil penelitian juga bisa disusun di dalam naskah buku ilmiah dan diterbitkan oleh peneliti. Baik itu sebagai buku monograf, referensi, maupun bunga rampai (book chapter).
Kompetensi Peneliti Kualitatif
Tak hanya peneliti kuantitatif yang harus menguasai sejumlah kompetensi peneliti. Peneliti kualitatif pun memiliki kewajiban dan kebutuhan yang sama. Berikut beberapa kompetensi yang wajib dikuasai peneliti kualitatif:
1. Berwawasan Luas pada Bidang yang Diteliti
Kompetensi pertama yang harus dikuasai dengan baik oleh peneliti kualitatif dalam berwawasan luas. Khususnya pada bidang yang akan diteliti dan relevan juga dengan bidang keilmuan yang didalami.
Kompetensi ini menjadi kompetensi umum, karena juga wajib dikuasai oleh peneliti kuantitatif. Tujuannya agar peneliti memahami betul apa yang diteliti dan memastikan semua topik yang diteliti memang layak untuk diteliti atau segera diteliti.
2. Mampu Membangun Hubungan Sosial yang Baik
Kompetensi berikutnya yang harus bisa dikuasai peneliti kualitatif adalah mampu membangun hubungan sosial yang baik. Sebab, penelitian kualitatif akan sangat berkaitan dengan narasumber.
Penting untuk memiliki kemampuan membangu hubungan baik dan profesional yang bisa menunjang proses pengumpulan data karena narasumber percaya informasinya berharga bagi peneliti.
3. Peka pada Setiap Gejala dari Objek Penelitian
Selanjutnya yang menjadi kompetensi peneliti kualitatif adalah memiliki kepekaan pada setiap gejala dari objek penelitian. Dalam konteks penelitian sosial, peneliti harus peka pada semua hal yang diperlihatkan objek penelitian.
Khususnya dari narasumber dan juga dari apa dan siapa yang diteliti karena kurang peka memahami mimik muka, sikap tubuh, dan sebagainya saat wawancara dan observasi di lapangan bisa berpotensi membuat peneliti tidak mendapatkan data yang rinci dan mendalam.
4. Mampu Menggali Sumber Data
Kompetensi selanjutnya adalah peneliti memiliki kemampuan dalam menggali sumber data. Artinya, peneliti kualitatif wajib memiliki kemampuan untuk mencari dan menemukan berbagai sumber data. Sehingga tidak terpaku pada satu sumber saja.
Hal ini penting dalam penelitian kualitatif, karena harus mendapatkan data yang detail dan mendalam sehingga sering kali tidak memadai jika mengandalkan satu sumber saja. Oleh sebab itu, peneliti harus mampu mencari sumber primer, sekunder, dan sebagainya agar data yang didapat lebih lengkap.
5. Mampu Menganalisis Data Kualitatif
Berikutnya, adalah kompetensi dalam menganalisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan berhadapan dengan data dalam bentuk bukan angka (non numerik). Oleh karena itu, proses analisisnya lebih banyak tahapan.
Supaya data penelitian bisa segera disajikan dan dipahami dengan baik oleh peneliti, peneliti wajib memiliki kemampuan untuk menganalisis data dengan baik, baik itu dengan rumus tertentu maupun memanfaatkan teknologi lewat aplikasi tertentu.
6. Mampu Menguji Hasil Penelitian
Selanjutnya, peneliti kualitatif juga harus menguasai kompetensi dalam menguji hasil penelitian yang mencakup kemampuan untuk menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian tersebut.
Hal ini penting untuk dikuasai dan bisa dipraktekan dengan baik karena hasil penelitian dalam penelitian kualitatif perlu dilakukan pengujian agar validitasnya terjamin. Oleh sebab itu, peneliti juga harus paham bagaimana proses pengujiannya.
7. Mampu Menghasilkan Temuan Pengetahuan, Hipotesis atau Ilmu Baru
Kompetensi peneliti kualitatif selanjutnya adalah mampu menghasilkan temuan penelitian, hipotesis, maupun ilmu baru. Secara umum, penelitian kualitatif diterapkan pada topik-topik yang cenderung baru dan belum jelas.
Misalnya penelitian terkait suatu fenomena baru, masalah baru di masyarakat, dan sejenisnya sehingga peneliti wajib memiliki kemampuan dalam menghasilkan temuan baru sampai ilmu baru sebagai hasil penelitian. Dimana bisa menjelaskan fenomena baru atau menyelesaikan masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
8. Mampu Menyusun Laporan Penelitian
Kompetensi terakhir yang harus dikuasai peneliti kualitatif adalah mampu menyusun laporan penelitian. Kompetensi ini juga wajib dikuasai oleh peneliti kuantitatif karena apapun metode penelitiannya wajib diakhiri dengan menyusun laporan penelitian.
Jadi, para peneliti juga harus memiliki kemampuan atau keterampilan untuk menyusun laporan tersebut. Biasanya laporan disusun mengikuti format dan ketentuan yang ditetapkan pihak pendukung penelitian. Misalnya, jika penelitian didanai hibah maka format laporan ditetapkan penyelenggara hibah tersebut.
Pentingnya Peneliti untuk Terus Mengembangkan Kompetensinya
Kompetensi yang dimiliki oleh para peneliti, baik peneliti kualitatif maupun kuantitatif tentunya perlu terus dikembangkan karena ada lebih banyak kompetensi perlu dikuasai untuk menunjang penelitian seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi.
Ada banyak cara bisa dilakukan peneliti dalam mengembangkan kompetensi peneliti tersebut. Misalnya dengan mengikuti workshop, pelatihan, dan sebagainya. Namun, seberapa penting untuk terus mengembangkan kompetensi ini? Berikut penjelasannya:
1. Membantu Mengikuti Perkembangan Landscape Penelitian
Arti penting yang pertama kenapa kompetensi para peneliti perlu terus dikembangkan adalah untuk mengikuti perkembangan penelitian itu sendiri. Hal ini menjadi hal lumrah dihadapi para peneliti.
Dulunya, kegiatan penelitian cenderung fokus pada satu bidang sehingga penelitian kolaborasi pun dilakukan dosen dan peneliti di bidang keilmuan yang sama. Namun, berbeda dengan masa sekarang.
Ada banyak program pendanaan atau hibah penelitian mendorong kolaborasi skala besar. Baik itu kolaborasi lintas bidang keilmuan, kolaborasi lintas negara sampai benua, dan sebagainya. Ada perubahan landscape penelitian dan tanpa pengembangan kompetensi, peneliti bisa kesulitan mengikutinya.
2. Menunjang Proses Publikasi Internasional
Arti penting yang kedua untuk terus mengembangkan kompetensi peneliti adalah untuk menunjang proses publikasi ilmiah. Hal ini penting, karena standar publikasi ilmiah terus naik dan dosen serta peneliti harus bisa menyesuaikan diri.
Misalnya, dosen di masa lalu bisa fokus menyusun artikel ilmiah untuk diterbitkan ke jurnal nasional dan jurnal internasional. Namun, saat ini dosen didorong untuk publikasi ke jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional bereputasi yang tentu lebih sulit dan bahkan dijadikan syarat khusus untuk kenaikan jabatan fungsional.
3. Membantu Menyesuaikan dengan Tuntutan Akademik
Berikutnya yang membuat pengembangan kompetensi peneliti penting untuk dilakukan adalah agar bisa menyesuaikan dengan tuntutan akademik. Hal ini tentunya berlaku untuk kalangan dosen di Indonesia yang juga wajib melaksanakan penelitian rutin.
Sesuai penjelasan sebelumnya, dosen di Indonesia sekarang berhadapan dengan syarat khusus untuk kenaikan jabatan fungsional. Berkaitan juga dengan riwayat publikasi ilmiah. Bedanya dengan regulasi sebelumnya, riwayat publikasi ilmiah dosen dibuat lebih spesifik.
Misalnya publikasi di jurnal internasional bereputasi, juga dilihat dampaknya lewat IF (impact factor) yang dihasilkan. jika kompetensi dosen dalam meneliti tidak dikembangkan akan sulit menembus jurnal internasional bereputasi.
4. Mendukung Pemenuhan Tuntutan Industri dan Masyarakat
Alasan lain adalah untuk peneliti dan dosen bisa memenuhi tuntutan industri maupun masyarakat karena semakin kesini semakin banyak masalah dan fenomena yang dihadapi masyarakat serta industri.
Tanpa ditunjang dengan kompetensi yang memadai dan relevan dengan perubahan tersebut, hasil penelitian dosen dan peneliti dari lembaga penelitian akan sulit berdampak nyata.
Dengan beberapa hal tersebut, Anda bisa memahami bahwa mengembangkan kompetensi peneliti sangat penting untuk bisa menunjang kegiatan penelitian dan pengembangan karir. Jadi, mengembangkan kompetensi lewat pelatihan dan workshop bisa menjadi agenda rutin.