Salah satu tahapan dalam penelitian adalah menentukan sampel dari populasi yang diteliti. Ada banyak teknik penentuan sampel penelitian, salah satunya adalah area sampling atau disebut juga sebagai sampel wilayah.Â
Teknik sampel wilayah bisa diterapkan untuk memilih sampel berdasarkan wilayah geografis. Baik itu didasarkan nama desa, kelurahan, kecamatan, provinsi, dan sebagainya. Sehingga penentuan sampel berbasis wilayah.
Tidak semua penelitian cocok dengan teknik sampel wilayah, begitu pula dengan teknik penentuan sampel penelitian lainnya. Jika masih merasa kurang familiar dengan teknik sampel wilayah. Maka bisa menyimak penjelasan di bawah.
Apa Itu Teknik Pengambilan Sampel Area Sampling?
Dikutip melalui buku berjudul Teknik Sampling dan Survei: Dasar Teori dan Aplikasi, karya dari Ni Wayan Surya Wardhani, dkk (2021), sampel (sample) adalah sebagian dari anggota populasi yang sifatnya diasumsikan mewakili populasi.
Sementara populasi dalam konteks kegiatan penelitian adalah kumpulan semua individu atau unit, dimana ciri atau karakteristiknya akan diteliti, dipelajari, dan diperkirakan. Suatu penelitian yang tidak memungkinkan mendapat data dari populasi, akan memilih sampel.
Pemilihan sampel secara acak, baik dengan pola tertentu maupun tanpa pola sangat penting. Dimana tujuannya bisa menghindari subjektivitas dalam menentukan sampel. Langkah ini membantu peneliti memilih sampel yang merepresentasikan populasi. Sehingga meminimalkan resiko bias.
Secara garis besar, teknik dalam pengambilan sampel penelitian terbagi menjadi dua. Yakni sample probability dan sample non probability. Dalam teknik sample probability terdapat beberapa jenis teknik pengambilan sampel. Salah satunya area sampling atau sampel wilayah.
Sampel wilayah adalah salah satu teknik sampling yang digunakan dalam penelitian, di mana populasi dibagi menjadi beberapa area atau wilayah tertentu. Sehingga teknik ini diterapkan untuk penelitian yang mencakup wilayah cukup luas. Misalnya populasi lintas provinsi, lintas kabupaten, dan bahkan lintas negara.
Dikutip melalui Buku Ajar Statistika Dasar karya dari Dameria Sinaga (2014), teknik sampel wilayah digunakan peneliti karena populasi tidak membentuk kerangka sampling (peneliti tidak perlu membuat daftar lengkap dari seluruh anggota populasi sebelum mengambil sampel).
Alasannya bisa karena jumlah populasi terlalu besar dan atau tersebar di banyak wilayah. Sehingga menghambat pergerakan peneliti untuk mencapai semua wilayah tersebut dalam proses pengumpulan data.
Perbedaan Cluster Sampling dan Area Sampling
Melalui definisi yang dijelaskan sebelumnya, mungkin akan mengartikan area sampling adalah sama dengan cluster sampling. Benarkah demikian? Jawabannya adalah tidak. Sekalipun ada kemiripan, akan tetapi keduanya adalah dua teknik sampling yang berbeda.
Sampel wilayah cenderung berbentuk sampel yang dipisahkan oleh wilayah geografis. Misalnya sampel dari Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat, dan sebagainya.
Sementara pada cluster sampling biasanya sampel menunjukan suatu tempat (institusi, lembaga, dll) yang ada di suatu wilayah. Misalnya, peneliti fokus di Kota Semarang dan memilih sampel dari 3 SMA. Yakni SMA 1 Semarang, SMA 2 Semarang, SMA 3 Semarang. Sehingga tidak ada perbedaan wilayah seperti pada sampel wilayah (area sampling).
Jika bingung, maka berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai perbedaan sampel wilayah dengan cluster sampling:
1. Definisi
Perbedaan yang pertama bisa dilihat dari segi definisi, dimana keduanya memiliki perbedaan signifikan. Secara sederhana, cluster sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kelompok yang sudah ada dalam populasi. Misalnya dalam satu wilayah, daerah, area, dll.
Sementara sampel wilayah adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wilayah geografis. Sehingga sampel dipilih berdasarkan nama desa atau kelurahan, kecamatan, provinsi, sampai negara.
2. Teknik Pembagian
Perbedaan yang kedua ada pada teknik pembagian. Artinya, penentuan sampel dibagi berdasarkan apa. Pada sampel wilayah, pembagian tentunya didasarkan pada wilayah geografis. Suatu sampel akan dipilih jika masuk ke wilayah geografis yang sudah ditetapkan sebagai area sampel.
Sementara teknik pembagian pada cluster sampling didasarkan dengan melihat sifat sampel apakah homogen atau heterogen. Misalnya memilih sampel yang ada di sekolah yang sama, kecamatan yang sama, dan sebagainya. Dimana tidak selalu dipengaruhi oleh aspek geografis.
3. Cara Memilih Sampel
Perbedaan yang terakhir adalah pada cara atau teknik dalam memilih sampel penelitian. Pada sampel wilayah, peneliti akan memilih sampel yang berdiam di suatu wilayah dan tidak keluar dari wilayah tersebut.
Misalnya, sampel dipilih dari kota Yogyakarta. Maka siapa saja yang tinggal di Yogyakarta berpeluang dipilih menjadi sampel penelitian. Tentunya setelah memenuhi kriteria lain yang ditetapkan peneliti. Baik itu gender, usia, pekerjaan, dll.
Sementara pada cluster sampling, pemilihan sampel mengacu pada kelompok tertentu di sebuah wilayah. Misalnya siswa SMA kelas 3 di kota Yogyakarta. Maka peneliti akan memilih beberapa SMA di Yogyakarta, sampel akan dipilih dari beberapa siswa kelas 3 di SMA yang sudah dipilih tersebut.
Kelebihan Area Sampling
Secara umum, tidak ada satupun teknik pengambilan sampel penelitian yang sempurna. Semua teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini yang membuat teknik tertentu lebih cocok untuk penelitian topik tertentu, di bidang tertentu, dan dalam kondisi tertentu.
Hal serupa juga berlaku untuk area sampling dan jika dilihat dari sisi kelebihan, maka akan didapatkan beberapa poin berikut ini:
1. Mudah untuk Diterapkan
Teknik sampel wilayah cenderung mudah untuk diterapkan. Pasalnya, peneliti cukup fokus pada aspek geografis dari lokasi dimana calon sampel berada. Sehingga sisanya, tinggal fokus pada penentuan kriteria lain.
Pada akhirnya, teknik ini lebih mudah untuk diterapkan. Sehingga bisa disebutkan sebagai teknik penentuan sampel yang ramah untuk peneliti pemula. Meskipun begitu, mempelajari teknik ini sangat penting untuk kemudahan penerapannya. Sebab tidak bisa hanya mengandalkan perasaan.
2. Teknik yang Ekonomis
Kelebihan yang kedua dari teknik sampel wilayah adalah lebih ekonomis. Artinya, teknik penentuan sampel satu ini cenderung lebih hemat biaya. Sebab lebih mudah untuk diterapkan, sehingga meminimalkan penggunaan sumber daya penelitian berlebihan.
Selain itu, penerapan teknik ini mencegah peneliti memilih sampel dari berbagai wilayah dan jumlah sampel menjadi membengkak. Sehingga biaya dalam pengumpulan data dan tahapan lain dari penelitian akan lebih efisien.
3. Cocok untuk Populasi Skala Besar di Wilayah yang Luas
Kelebihan yang ketiga dari teknik area sampling adalah cocok untuk penelitian dengan populasi skala besar. Maupun untuk penelitian yang populasinya tersebar di wilayah yang sangat luas.
Adanya keterbatasan tenaga, waktu, dan juga biaya bisa menjadi hambatan untuk mendapatkan data penelitian. Menerapkan teknik sampel wilayah membantu mengurangi beban tersebut.
Sebab sampel dipilih berdasarkan wilayah tertentu, bukan semua wilayah. Sehingga jumlah sampel lebih terbatas dan membantu peneliti meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, dan juga biaya penelitian.
4. Cocok untuk Berbagai Bidang Penelitian
Teknik sampel wilayah pada dasarnya bisa diterapkan untuk penelitian di berbagai bidang keilmuan. Baik itu di bidang ekonomi, pemasaran, pertanian atau agrikultur, dan sebagainya.
Kelemahan
Sementara jika dilihat dari sisi kelemahan atau kekurangan, maka akan didapatkan beberapa poin berikut ini:
1. Kurang Merepresentasikan Populasi
Memilih sampel dengan teknik sampel wilayah sangat disarankan untuk teliti dan hati-hati. Sebab sampel yang dipilih dengan ketelitian yang minim bisa membuatnya kurang representatif terhadap populasi.
Kemungkinan ini sangat tinggi, karena perbedaan wilayah geografis akan mempengaruhi banyak aspek masyarakat di dalamnya. Mulai dari gaya hidup, pola pikir, tingkat kepuasan pada suatu produk, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, penerapan teknik ini diimbagi dengan memilih sampel yang memenuhi sejumlah kriteria tambahan. Kriteria ini berupa kesamaan tertentu untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif.
2. Data Penelitian Rentan Bias
Kekurangan kedua dari area sampling adalah data penelitian rentan bias. Hal ini sejalan dengan kekurangan di poin sebelumnya. Adanya perbedaan antara satu wilayah dengan wilayah lain bisa memberi perbedaan individu yang signifikan.
Hal ini bisa ikut mempengaruhi kualitas data yang dikumpulkan. Oleh sebab itu, pemilihan sampel wajib dilakukan dengan teliti. Kemudian diikuti dengan penentuan kriteria tambahan, sehingga meminimalkan resiko data bias.
3. Mendapatkan Data dengan Keragaman Tinggi
Sekalipun sampel wilayah mudah diterapkan dan biayanya lebih ekonomis. Namun, ada kesulitan tingkat tinggi ketika peneliti berhadapan dengan keragaman data. Data dari sampel lintas wilayah geografis bisa memberi keragaman tinggi.
Dalam ruang lingkup kegiatan penelitian, data yang terlalu beragam menyulitkan dalam melakukan analisis. Penarikan kesimpulan pun menjadi lebih sulit. Apalagi jika data yang beragam jumlahnya sedikit dan tidak bisa dijamin merepresentasikan populasi.
4. Membutuhkan Perencanaan yang Baik
Meskipun menjadi teknik penentuan sampel penelitian yang cenderung mudah. Namun tidak semua penelitian dengan teknik ini menjadi mudah. Sebab dalam kondisi tertentu, peneliti membutuhkan perencanaan yang sangat matang.
Misalnya dalam hal memilih wilayah mana saja yang akan dijadikan sampel penelitian. Membandingkan terlalu banyak wilayah, tentu memberi tingkat kesulitan lebih tinggi. Apalagi setiap wilayah memiliki perbedaan signifikan. Baik dari segi mata pencaharian, jumlah pendapatan masyarakat, infrastruktur, dll.
Jika berhadapan dengan sejumlah kondisi ini. Maka penerapan area sampling membutuhkan persiapan lebih detail dan lebih matang. Menyusun perencanaan seperti ini bisa jadi memakan waktu lumayan lama.
5. Kadang Membutuhkan Sumber Daya Tambahan
Berhubung teknik sampel wilayah memang menentukan sampel berdasarkan wilayah geografis. Maka ada kalanya peneliti membutuhkan sumber daya tambahan dalam proses menjangkau sampel untuk pengumpulan data.
Misalnya ketika penelitian dilakukan pada suku di suatu daerah atau di pedalaman. Maka peneliti tentunya akan membutuhkan pemandu untuk menjangkau sampel yang sudah dipilih tersebut.
Oleh sebab itu, peneliti membutuhkan persiapan yang matang. Sehingga bisa mengetahui apa saja yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data. Hal ini tentunya akan mempengaruhi durasi sampai kebutuhan dana penelitian.
Cara Pengambilan Sampel dengan Teknik Area Sampling
Jika dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik area sampling. Kemudian masih bingung mengenai bagaimana penerapannya. Maka berikut adalah tahapan dalam penetapan sampel memakai teknik ini seperti dikutip dari Spada UNS (Sistem Pembelajaran Daring UNS):
1. Menyusun Sampling Frame yang Menggambarkan Peta Wilayah Populasi
Tahap yang pertama dalam menerapkan teknik sampel wilayah adalah menyusun sampling frame. Atau bisa disebut sebagai kerangka sampel. Kerangka sampel ini akan menggambarkan peta wilayah persebaran populasi penelitian.
Jadi, peneliti perlu mencari data dulu terkait lokasi populasi penelitian ada di wilayah mana saja. Kemudian membuat peta atau visualisasi untuk memudahkan penyajian data persebaran tersebut. Peta ini akan memudahkan peneliti masuk ke tahap kedua.
2. Menentukan Wilayah yang Diambil Sampel
Tahap kedua dari penerapan teknik area sampling adalah menentukan wilayah mana saja yang akan dijadikan tempat pemilihan sampel. Penentuan wilayah mana saja akan membantu menjaga fokus dalam pelaksanaan penelitian.
Apalagi jika populasi tersebar di wilayah yang sangat luas. Maka tidak memungkinkan untuk menjangkau semua wilayah tersebut. Umumnya peneliti akan memilih wilayah di masing-masing area.
Misalnya, peneliti memilih wilayah di Indonesia Timur. Maka perlu ditentukan provinsi mana saja di Indonesia bagian Timur yang akan dipilih. Peneliti perlu memastikan wilayah yang dipilih masih memberikan sampel yang merepresentasikan populasi.
3. Menetapkan Jumlah Wilayah yang Diambil Sampel
Tahap ketiga adalah menetapkan jumlah wilayah yang akan diambil sampel. Jumlah wilayah yang akan diambil sampelnya tentu hanya sebagian. Bisa sebagian kecil atau separuh dari total wilayah tempat populasi penelitian berada.
Misalnya, dari peta wilayah populasi terdapat 10 kota di Provinsi Jawa Barat. Berhubung keterbatasan waktu, tenaga, dan pendanaan penelitian maka tidak memungkinkan mengambil sampel dari 10 kota tersebut. Maka peneliti perlu memilih 3-5 kota dari 10 kota yang ditempati populasi penelitian.
Dalam menentukan jumlah wilayah yang akan diambil sampel, peneliti perlu melakukan berbagai pertimbangan. Misalnya jumlah minimal wilayah untuk bisa mendapatkan sampel yang representatif atau atas pertimbangan lain yang relevan.
4. Menentukan Sampel di Masing-Masing Wilayah
Tahap akhir dalam penerapan area sampling adalah menentukan sampel di masing-masing wilayah. Secara umum, pemilihan sampel dilakukan secara acak untuk memastikan setiap sampel berpeluang dipilih oleh peneliti.
Namun, dalam memilih sampel peneliti bisa memilih berdasarkan kriteria dan pertimbangan yang dianggap relevan. Sehingga sampel tersebut merepresentasikan seluruh sampel di wilayah penelitian. Sekaligus merepresentasikan populasi.
Pada tahap ini, peneliti juga akan menentukan jumlah sampel di masing-masing wilayah yang sudah dipilih. Mengenai jumlah, perhitungannya bisa menggunakan rumus tertentu yang umum digunakan para peneliti. Misalnya rumus Slovin, Cochran, Tabel Krejcie & Morgan, dan lain sebagainya.
Membantu mendapatkan data yang berkualitas dan minim bias menggunakan teknik area sampling. Maka bisa menerapkan beberapa tips berikut ini:
- Menentukan populasi penelitian dengan jelas dan sesuai tujuan penelitian. Misalnya, peneliti ingin meneliti tingkat kesejahteraan masyarakat desa. Maka populasi dan sampel wajib di wilayah pedesaan bukan perkotaan.
- Menentukan wilayah secara logis dan representatif. Misalnya peneliti ingin mengetahui daya beli masyarakat pada produk elektronik di provinsi Jawa Barat. Maka pilih sampel dari perkotaan sekaligus pedesaan, jangan hanya dari kota saja atau desa saja sebab bisa jadi kurang representatif.
- Menetapkan jumlah sampel yang memadai. Seperti penjelasan sebelumnya, jumlah sampel akan menentukan kualitas data. Jika jumlahnya terlalu sedikit maka data menjadi kurang representatif dan rentan bias. Maka dianjurkan memakai rumus untuk menentukan jumlah sampel yang memadai.
- Menggunakan teknik pengumpulan data yang konsisten antara satu wilayah sampel dengan wilayah lain. Jika teknik pengumpulan data berbeda, maka akan rawan bias. Sehingga kualitas data tidak bisa dijamin, karena beda teknik maka beda pula data yang bisa didapatkan. Misalnya, jika pengumpulan data dengan wawancara maka diterapkan ke semua wilayah. Jangan sampai wilayah tertentu justru memakai survey daring.
Jika Anda memiliki pertanyaan atau ingin berbagi pengalaman terkait topik area sampling. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dari artikel ini ikut diakses orang terdekat Anda.