Search
Close this search box.

Cara Menerbitkan Buku: Saat Dapat Jawaban dari Penerbit Buku

cara menerbitkan buku

Cara menerbitkan buku pada dasarnya membutuhkan proses yang panjang sehingga kita harus tetap berpikir positif terhadap jawaban apapun dari pihak penerbit buku.

Sebagai seorang penulis yang melakukan cara menerbitkan buku, kita tentu disibukkan dengan proses penyusunan buku yang relatif lama. Proses penyusunan dalam cara menerbitkan buku pun tidak hanya selesai dalam waktu sebulan saja, tetapi bisa berbulan-bulan bahkan hingga bertahun-tahun. Tentu itu semua tergantung pada tekad dan niat kita untuk menulis buku. Ketika kita konsisten untuk terus menulis, tentu proses penyusunan buku akan cepat berlangsung dan dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, cepat tidaknya proses tersebut juga ditentukan dari berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal lebih pada faktor-faktor yang muncul dari dalam diri kita sendiri sebagai seorang penulis. Di sisi lain, faktor eksternal berarti hal-hal lain yang sebenarnya berada di luar jangkauan seorang penulis seperti pihak penerbit buku, teknologi yang kita gunakan, dan lain sebagainya. Ketika kita mampu menyeimbangkan kedua faktor tersebut, tentu proses penerbitan buku dapat berlangsung secara lancar.

Cara menerbitkan buku pada dasarnya tidak hanya berhenti ketika kita selesai menulis buku, tetapi ada tahapan lain yang lebih rumit yang harus dilewati. Tahapan cara menerbitkan buku tersebut adalah proses penyuntingan yang biasanya bisa dilakukan oleh penulis sendiri atau pihak penerbit. Pihak penerbit biasanya akan menyunting tulisan kita sesuai dengan kesepakatan karena pada dasarnya penerbit memiliki editor tersendiri yang tentu saja sudah memiliki kemampuan untuk melakukan proses penyuntingan. Meskipun demikian, kita sendiri sebagai seorang penulis tentu perlu melakukan komunikasi yang intens dengan pihak editor ataupun penerbit untuk memastikan keutuhan tulisan kita. Jangan sampai tulisan yang kita buat kehilangan substansi karena proses penyuntingan yang tidak dikomunikasikan langsung. Selain itu, gaya bahasa yang kita gunakan juga jangan sampai dihilangkan semua karena hal tersebut adalah karakter atau ciri khas dari diri kita sendiri sebagai seorang penulis.

Sebelum buku kita berhasil diterbitkan, tentu ada proses panjang yang harus dilalui, termasuk menunggu jawaban dari pihak penerbit. Artinya sebagai seorang penulis, tentu kita harus mengirimkan draft atau tulisan kita kepada penerbit sebelum diterbitkan menjadi sebuah buku. Kondisi tersebut adalah salah satu tahapan yang juga harus kita lewati. Banyak jawaban dari pihak penerbit buku yang biasanya akan muncul yaitu menerima langsung tulisan kita, menerima dengan catatan revisi, dan menolak tulisan kita. Ketiga kondisi tersebut tentu harus dijadikan bahan pertimbangan bagi kita sendiri sebelum cara menerbitkan buku. Apapun kondisi yang akan kita terima, kita tentu harus siap secara mental. Tentu jawaban pertamalah yang kita harapkan, tetapi tidak menutup kemungkinan juga kita mendapatkan dua jawaban yang lainnya. Apapun jawabannya, tentu kita harus berpikir positif. Kita harus yakin bahwa segala keputusan dari pihak penerbit ada hikmah yang bisa kita ambil.

  1. Tulisan Kita Diterima Secara Langsung

Salah satu kemungkinan jawaban yang akan kita terima dari pihak penerbit adalah diterimanya tulisan kita untuk segera diterbitkan. Meskipun demikian, tidak secara otomatis tulisan kita akan diterbitkan oleh penerbit buku. Ada beberapa hal yang juga harus kita lalui bersama dengan penerbit. Adapun tahapan yang dimaksud adalah melakukan proses penyuntingan yang juga membutuhkan waktu yang tidak singkat. Proses tersebut biasanya akan dilakukan oleh pihak penerbit dengan persetujuan pihak kita sebagai penulis. Sebagai seorang penulis, kita juga harus mengawal jalannya proses penyuntingan tersebut supaya tidak terjadi kesalahan ketika melakukan proses tersebut. Hal tersebut juga dilakukan untuk meminimalisir terjadinya perubahan gaya bahasa atau substansi yang sudah kita tuliskan. Artinya kita juga harus berpikir positif bahwa kita sekaligus mendapatkan pelajaran berharga untuk mengawal proses penyuntingan terhadap tulisan yang kita buat sendiri bersama dengan pihak penerbit.

Apabila tulisan kita dapat diterima langsung oleh pihak penerbit, maka biasanya mereka akan memberikan rekomendasi kepada kita untuk menambahkan beberapa hal seperti gambar, ilustrasi, statistik, dan lain sebagainya. Tentu kita seolah perlu merevisi kembali tulisan kita, tetapi hal tersebut pada dasarnya baik untuk kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus berpikir positif bahwa segala sesuatu yang penerbit minta kepada kita tidak lain adalah untuk memberikan nilai lebih pada tulisan yang kita buat. Selanjutnya, kita tentu harus bersikap proaktif terhadap masukan dan rekomendasi dari pihak penerbit. Apabila tulisan kita nantinya berhasil diterbitkan, maka tidak hanya kita sendiri yang berbangga hati, tetapi juga pihak penerbit yang telah memperbaiki dan mempercantik tulisan kita.

  1. Tulisan Kita Diterima Dengan Catatan

Kondisi kedua yang perlu kita persiapkan mental adalah ketika tulisan kita diterima, tetapi dengan catatan. Kondisi tersebut sama halnya dengan tulisan kita ditolak oleh pihak penerbit, tetapi kita diminta untuk memperbaikinya kembali supaya bisa diterbitkan. Tentu kita harus bersyukur dan berpikiran positif terhadap kondisi yang demikian karena setidaknya naskah kita tidak terlalu buruk kualitasnya menurut penerbit buku yang bersangkutan. Dengan adanya kondisi tersebut, kita justru belajar kembali untuk merangkai tulisan yang lebih berkualitas. Artinya kita diberikan kembali waktu untuk belajar tentang teknik kepenulisan yang baik dan benar. Ketika kita sudah menyelesaikan tulisan kita, maka kita bisa kembali mencoba mengirimkan naskah kita kepada pihak penerbit buku yang lain. Apabila diterima, maka langkah selanjutnya yang harus dilewati adalah proses penyuntingan dari pihak penerbit sendiri.

  1. Tulisan Kita Ditolak Secara Keseluruhan

Kondisi terakhir yang harus berani kita terima secara lapang dada adalah ketika tulisan kita ditolak secara keseluruhan. Artinya pihak penerbit buku tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk cara menerbitkan buku kita di penerbit yang kita tuju. Kondisi tersebut tentu secara tidak langsung menyiratkan bahwa kualitas tulisan kita belum terlalu sempurna. Dari kondisi tersebut, kita harus berpikir positif bahwa Tuhan menghendaki supaya kita belajar lagi untuk menulis sebuah buku. Mungkin yang menjadi masalah tidak hanya urusan substansi, tetapi juga bisa urusan teknis kepenulisan. Oleh karena itu, kita perlu kembali mempelajari hal-hal tersebut. Terlebih lagi ketika kita masih menjadi penulis pemula, ditolak oleh sebuah penerbit tentu menjadi tahap awal untuk menjadi seorang penulis yang handal. Artinya kita tidak perlu patah semangat dalam menulis.

Berangkat dari kondisi tersebut, kita justru harus merasa senang bahwa masih ada penerbit yang memperhatikan kesalahan-kesalahan kita. Bahkan ketika naskah kita ditolak, kita bisa menanyakan penyebab yang membuat naskah kita tidak layak diterbitkan. Dari informasi tersebut, kita kemudian bisa mempelajari hal-hal yang dianggap belum sempurna di mata penerbit. Apabila kita sudah mendapatkan informasi dan menyelesaikannya dengan seksama, maka kita memiliki kesempatan kembali untuk cara menerbitkan buku kita. Artinya di lain waktu, kita bisa mengirim naskah kita ke penerbit yang lainnya. Tentu semua hal membutuhkan proses untuk bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Hanya saja kita juga perlu menyadari bahwa kesuksesan kita untuk cara menerbitkan buku tidak dapat dilepaskan dari berbagai kesalahan yang kita buat di awal.

[Bastian Widyatama]

 

 

Referensi

Mawardi, Dodi, 2009, Cara Mudah Menulis Buku dengan Metode 12 Pas, Jakarta: Raih Asa Sukses.

 

Artikel Penulisan Buku Pendidikan