Cara membuat buku bisa menjadi momok bagi sebagian orang, tetapi ada beberapa cara mudah yang bisa kita lakukan untuk mengusir kemalasan tersebut.
Cara membuat buku bagi sebagian orang adalah sebuah kegiatan yang berat dan membosankan. Hal tersebut berangkat dari asumsi bahwa cara membuat buku membutuhkan waktu yang relatif lama, dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Selain itu, seorang penulis juga dituntut untuk bisa mengumpulkan berbagai data penting dari berbagai sumber yang bermanfaat bagi buku yang akan dibuatnya, khususnya buku referensi. Kondisi tersebut tentu akan berbeda apabila ditujukan bagi penulis buku fiksi yang lebih mengandalkan daya imajinasi ketimbang data. Meskipun demikian, masih banyak orang yang merasa malas untuk cara membuat buku. Di sisi lain, buku menjadi salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Adapun jumlah produksi yang ada di Indonesia kalah jauh dengan negara-negara maju. Tidak mengherankan apabila kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dengan beberapa negara tetangga.
Berkaca pada fenomena tersebut, setidaknya ada beberapa faktor penghambat yang berasal dari dalam diri kita sendiri (internal) dalam rangka cara membuat buku.
- Takut Dihujat
Salah satu kekhawatiran besar yang menjadi momok bagi sebagian orang dalam menulis adalah adanya ketakutan mereka terhadap hujatan yang mungkin dilontarkan oleh masyarakat terhadap tulisan kita. Tidak sedikit kejadian yang menggambarkan fenomena ini. Ada beberapa orang yang kemudian diprotes bahkan dilaporkan pihak berwajib karena membuat tulisan yang dianggap menyudutkan atau melukai hati kelompok tertentu. Pada kejadian ini sebenarnya penulis yang bersangkutan hanya kurang memperhatikan konten atau isi dari tulisan yang diisinya. Oleh karena itu, tulisan tersebut kemudian berdampak pada respon kelompok-kelompok tertentu yang merasa dirugikan dengan adanya tulisan kita di pasaran. Ketakutan tersebut pada dasarnya wajar ketika ada beberapa kasus yang nyata terjadi. Tidak mengherankan apabila banyak orang yang khawatir terhadap permasalahan ini.
- Takut Salah
Kekhawatiran lain yang muncul dalam cara membuat buku adalah kesalahan yang mungkin dibuat oleh penulis. Kesalahan tersebut salah satunya adalah yang sudah disebutkan di atas yaitu menyinggung atau menyudutkan kelompok tertentu secara substantif. Kesalahan lain yang mungkin dilakukan oleh penulis adalah teknik kepenulisan. Hal tersebut mengandung maksud bahwa kesalahan yang dilakukan lebih pada hal-hal teknis seperti tanda baca, salah penulisan kata, dan lain sebagainya. Ketakutan tersebut menjadi wajar karena buku yang akan diterbitkan nanti akan beredar luas di pasaran dimana semua orang memiliki kesempatan untuk membaca tulisan yang kita buat. Bahkan ketika tulisan kita laku di pasaran, pihak penerbit biasanya akan memproduksi buku yang kita buat dalam jumlah yang relatif besar. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari permintaan pasar yang begitu tinggi terhadap tulisan kita.
- Tidak Percaya Diri
Permasalahan terakhir yang dianggap menjadi momok bagi seorang penulis pemula adalah tidak adanya rasa percaya diri yang kuat di dalam dirinya sendiri. Ketidakpercayaan diri tersebut muncul karena cara membuat buku dianggap bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Terlebih lagi buku yang ditulisnya akan dibaca oleh ratusan bahkan ribuan orang. Tentu bukan menjadi hal yang mudah untuk dilakukan karena cara membuat buku secara tidak langsung juga mempertaruhkan nama kita sendiri. Apabila kualitas tulisan yang kita buat baik dan disukai oleh publik, maka secara tidak langsung nama kita juga akan terangkat di mata publik. Begitu juga sebaliknya, apabila tulisan kita dianggap tidak baik, maka nama kita juga akan dilihat kurang baik di publik.
Berangkat dari beberapa permasalahan tersebut, maka setidaknya ada 3 cara mudah yang bisa kita lakukan dalam rangka mengurangi hambatan-hambatan yang mungkin kita hadapi dalam membuat sebuah buku.
- Terus Belajar
Salah satu langkah penting yang bisa kita lakukan untuk cara membuat buku adalah dengan cara terus belajar tentang dunia kepenulisan, khususnya dalam cara membuat buku. Proses belajar tersebut juga pada dasarnya bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik secara formal ataupun informal. Formal dalam arti bahwa proses belajar yang kita lakukan terbatas pada ruang-ruang formal seperti pelajaran di kelas, seminar, workshop, dan lain sebagainya. Informal dalam artian bahwa proses belajar yang kita lakukan tidak memerlukan ruang-ruang formal seperti melakukan pengamatan terhadap tulisan fiksi dan non-fiksi secara mandiri, menulis artikel dan mengirimkannya ke media massa, dan lain sebagainya. Kedua jalur tersebut pada dasarnya diharapkan dapat berjalan secara berkesinambungan sehingga proses belajar yang kita lakukan dapat berjalan secara maksimal.
Salah satu cara efektif yang bisa kita lakukan untuk melihat kualitas tulisan yang kita buat adalah dengan meminta bantuan dari pihak lain. Artinya ada pihak lain yang bersedia mengecek atau menilai kualitas tulisan kita, baik secara formal ataupun informal. Sebagai contohnya kita bisa membuat artikel atau opini yang kemudian kita kirimkan kepada media massa. Apabila tulisan kita berhasil dimuat, maka secara tidak langsung kondisi tersebut menjelaskan bahwa tulisan kita relatif baik. Sebaliknya, apabila belum berkesempatan dimuat dalam surat kabar, maka kita harus mencari tahu sisi-sisi kelemahan dari tulisan kita yang bisa kita benahi. Cara lain yang bisa kita gunakan adalah dengan meminta bantuan teman kita untuk membaca tulisan yang kita buat. Apabila mereka menikmati dan mengerti ide yang kita sampaikan melalui tulisan, maka tulisan kita relatif baik, begitu juga sebaliknya.
- Tulisan Kita Akan Diedit
Salah satu hal yang tidak perlu kita khawatirkan dalam cara membuat buku adalah kualitas tulisan kita secara teknis ataupun substantif. Pada titik ini, kita tidak perlu khawatir karena ketika tulisan kita akan diterbitkan, pihak penerbit akan melakukan proses editing terhadap tulisan kita, baik secara teknis ataupun substantif. Proses pengecekan tersebut tentu akan dilakukan oleh orang yang memang sudah ahli dalam hal tata bahasa dan teknis kepenulisan. Bahkan orang yang bertugas melakukan proses editing tersebut akan selalu berkoordinasi dengan kita sebagai penulis utama. Dalam hal substantif pada khususnya, apabila ada hal yang ingin diperbaiki, maka editor akan berkonsultasi kepada kita supaya ide yang kita sampaikan di dalam buku tersebut tetap ada, meskipun terdapat sedikit perubahan dari segi tata bahasa ataupun yang lainnya. Hal penting yang perlu kita ketahui bahwa pihak penerbit juga tidak ingin menerbitkan buku yang kualitasnya dianggap belum memenuhi standar penerbitan buku.
- Gaya Bahasa Sesuai Jenis Buku yang Ditulis
Peluang terakhir yang bisa kita manfaatkan dan tidak perlu kita khawatirkan adalah gaya bahasa yang kita gunakan dalam menulis. Bagi sebagian orang, gaya bahasa adalah sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Meskipun demikian, kita tidak perlu khawatir karena kebutuhan terhadap gaya bahasa yang kita gunakan tergantung pada jenis buku yang akan kita tulis. Apabila kita ingin cara membuat buku referensi, maka cara tepat yang bisa kita lakukan adalah dengan mempelajari buku-buku referensi. Kita bisa membacanya terlebih dahulu sehingga kita bisa mengetahui pola atau gaya bahasa yang digunakan. Apabila kita sudah cukup mengerti gaya bahasa tersebut, maka langkah terakhir yang bisa kita lakukan adalah dengan mencoba menulis apa yang sudah kita pelajari tersebut.
Demikian artikel berjudul Cara Membuat Buku: 3 Cara Mengusir Penghambat Menulis. Semoga bermanfaat.
[Bastian Widyatama]
Referensi
Mawardi, Dodi, 2009, Cara Mudah Cara membuat buku dengan Metode 12 Pas, Jakarta: Raih Asa Sukses.
Anda punya RENCANA MENULIS BUKU
atau NASKAH SIAP CETAK?
Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.
Anda juga bisa KONSULTASI dengan Customer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.
Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR.
Silakan ISI FORM di laman ini. 🙂